BELAJAR MENJAWAB, "SAYA TIDAK TAHU" Menjamurnya lingkaran halaqah - TopicsExpress



          

BELAJAR MENJAWAB, "SAYA TIDAK TAHU" Menjamurnya lingkaran halaqah patut untuk diapresiasi keberadaanya. Namun “penataan” keilmuan para pengemban dakwah yang masih dalam kategori musyrif/murobi/mentor pembelajar, sudah semestinya menyampaikan apa saja yang diketahui dan berhenti berbicara ketika tidak mengerti apa yang menjadi topik pembicaraannya. Menjawab pertanyaan dari mad’u yang cukup membingungkan harus disikapi dengan bijak. Jawablah jika memang kita tahu jawabannya, namun berhentilah menjawab (stop) ketika kita tidak mengetahui permasalahan yang ditanyakan oleh mad’u kita. Jangan sok tahu jika memang tidak punya ilmunya. Ditengah perkembangan dan kemajuan para kader pengamban dakwah, saya ingin menasihatkan kepada diri saya sendiri khususnya dan kepada para pengemban dakwah pada umumnya. Inilah nasihat dari para ulama kepada kita semua pengemban dakwah : Mu’adz bin Jabal ketika ditanya oleh Rasulullah tentang sesuatu yang tidak diketahui, maka beliau menjawab allaahu wa rasuluhu a’lam. Disebutkan dalam satu hadits yang diriwayatkan dari Mua’adz bin Jabal . Ketika Rasulullah bertanya kepada Mu’adz: Ya Mu’adz tahukah apa hak Allah atas hamba-Nya? Mu’adz menjawab, “Allah dan Rasulnya yang lebih tahu”. Rasulullah bersabda, “Hak Allah atas hamba-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. (HR. Bukhari Muslim) Kemudian Rasulullah bertanya lagi, “Tahukah engkau apa hak mereka jika telah menunaikannya?” Mu’adz menjawab, “Allah dan Rasulnya yang lebih tahu”. (HR. Bukhari Muslim) Ini menunjukkan adab seorang shahabat ketika ditanya tentang sesuatu yang tidak dia ketahui, mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Rasulullah sendiri pun diajarkan oleh Allah untuk menjawab “allahu a’lam” ketika ditanya tentang ruh, karena itu urusan Allah. Allah berfirman, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, “Ruh termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit”(QS. Al-Isra: 85) Maka Rasulullah tidak malu mengatakan, “tidak tahu” pada perkara-perkara yang memang Allah tidak turunkan ilmu kepadanya. Atau beliau menunda jawaban hingga turun jawaban dari Allah. Imam Syafii pernah ditanya tentang satu masalah, beliau menjawab, “saya tidak tahu”. Maka si penanya heran dan berkata, “Apakah engkau tidak malu mengatakan ‘tidak tahu’, padahal engkau adalah ahlul fiqh negeri Iraq?” Beliau menjawab, “Tidak, karena para malaikat sekalipun tidak malu mengatakan ‘tidak tahu’ ketika Allah tanya, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar” (QS. Al-Baqarah: 31). Maka para malaikat menjawab, “Mereka menjawab: “Mahasuci Engkau, tidak ada ilmu bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Mahamengetahui lagi Mahabijaksana” (QS. Al-Baqarah: 32). Ibnu Mas’ud berkata, Barangsiapa yang memiliki ilmu maka katakanlah! Dan barangsiapa tidak memiliki ilmu maka katakanlah Allahu a’lam! Karena sesungguhnya Allah telah mengatakan kepada nabi-Nya : (Katakanlah (hai Muhammad) : “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan (memaksakan diri)” (Atsar riwayat ad-Darimi Juz 1/62; Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayaanil Ilmi, Juz 2/51). Abu Bakar as-Sidiq ketika ditanya taffsir suatu ayat yang tidak beliau ketahui, beliau menjawab: “Bumi mana yang akan aku pijak, langit mana yang akan menaungiku, mau lari ke mana aku atau apa yang akan aku perbuat kalau aku mengatakan tentang ayat Allah tidak sesuai dengan apa yang Allah kehendaki” (Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayaanil Ilmi, Juz 2/52). Pernah Ali bin Abi Thalib ditanya tentang satu masalah, kemudian beliau menjawab, “Aku tidak mempunyai ilmu tentangnya” (padahal pada saat itu beliau sebagai khalifah). Beliau berkata setelah itu: “Duhai dinginnya hatiku (3x)”. Maka para penanya berkata kepadanya: “Wahai Amirul Mukminin, apa maksudmu?” Ali bin Abi Thalib menjawab: “yakni dinginnya hati seseorang ketika ditanya tentang sesuatu yang dia tidak ketahui, kemudian dia menjawab, “wallahu a’lam”. (Atsar riwayat ad-Darimi Juz 1/62-63). Kejadian yang sama juga terjadi pada Ibnu Umar ketika beliau ditanya, “Apakah bibi mendapatkan warisan?” Beliau menjawab, “saya tidak tahu”. Kemudian si penanya berkata, “Engkau tidak tahu, dan kami pun tidak tahu, lantas…?”. Maka Ibnu Umar berkata, “Pergilah kepada para ulama Madinah, dan tanyalah kepada mereka”. Maka ketika dia berpaling, dia berkata, “Sungguh mengagumkan seorang Abu Abdirrahman (Ibnu Umar) ditanya sesuatu yang beliau tidak tahu, beliau katakan “saya tidak tahu” (Atsar riwayat Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayaanil Ilmi, Juz 2). Datang seseorang kepada Imam Malik bin Anas bertanya tentang satu masalah hingga beberapa hari beliau belum menjawab dan selalu mengatakan, “saya tidak tahu”. Sampai kemudian orang itu datang dan berkata, “Wahai Abu Abdillah, aku akan keluar kota dan aku sudah sering pulang pergi ke tempatmu (yakni meminta jawaban)”. Maka Imam Malik menundukkan kepalanya beberapa saat, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, “Masya Allah ya hadza, aku berbicara adalah untuk mengharapkan pahala. Namun aku betul-betul tidak mengetahui apa yang kamu tanyakan” (Riwayat Abu Nu’aim dalam al-Hilya, 6/323) Imam asy-Sya’tibi berkata, “Kalimat ‘saya tidak tahu’ adalah setengah ilmu” (Riwayat ad-Darimi 1/63) Kepada para teman-teman seperjuangan, katakalanha “saya tidak tahu” jika memang kita tidak tahu. Wallaahu a’lam. ( Posting ulang karena masih banyak menemukan kasus ini :) )
Posted on: Fri, 13 Sep 2013 02:29:42 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015