Berita Singgalang | Opini Ketika Moral Kian Tergerus Tanggal 06 - TopicsExpress



          

Berita Singgalang | Opini Ketika Moral Kian Tergerus Tanggal 06 November 2013 SILVIA FEBRINA (Staf Puskesmas Jua Gaek Kab. Solok) – Setelah beberapa hari lalu memperingati Hari Sumpah Pemuda dan menjelang Hari Pahlawan, kita kembali mengenang kerasnya perjuangan pemuda dan para pahlawan untuk menyatukan serta memerdekakan bangsa. Hari ini kita sedih sekali melihat kenyataan, merenungi bagaimana kelak nasib bangsa ke depan. Akankah perjuangan mereka 85 tahun silam sia-sia? Anak-anak, remaja, orang dewasa, pegawai bahkan pejabat sebagian sudah kehilangan kendali moral yang sangat dijunjung tinggi sejak dulu. Begitu mudahnya budaya timur yang terkenal dengan sopan santun dan budaya malu, memudar ditelan arus globalisasi. Hal itu juga disebabkan oleh penetrasi budaya asing yang semakin tidak terkontrol. Semua seakan berlomba-lomba mempertontonkan ketidaksenonohan yang mem buat kita jengah. Seakan-akan tidak ada lagi rambu-rambu yang harus dipatuhi. Ketika ditegur mereka berang dengan alasan kebebasan berekspresi dan melanggar HAM. Mereka tidak bisa membedakan yang benar dan yang salah. Dekadensi moral di mana-mana. Pelajar SMP yang masih belia melakukan perbuatan asusila di kelas dan disaksikan teman-temannya. Oknum guru melakukan pelecehan murid perempuan. Oknum PNS digrebek istri karena tengah berselingkuh di kamar hotel. Wanita muda berpakaian minim diperkosa di angkutan kota. Oknum polisi wanita foto telanjang dan tersebar luas di dunia maya. Bahkan baru-baru ini seorang ketua lembaga tinggi yang baru saja dilantik diciduk KPK karena tertangkap tangan korupsi. Lebih mencengangkan kita, di ruang kerja bapak yang terhormat itu ditemukan narkoba. Kita tidak henti-hentinya beristighfar sembari bertanya dalam hati, siapa lagi yang akan menjadi panutan? Siapa lagi yang mengingat kan generasi penerus akan pentingnya akhlak, moral dan agama untuk keselamatan hidup? Yang lebih penting lagi, siapa yang akan menyelamatkan bangsa ini? Mungkin suatu saat, nama besar kita sebagai bangsa yang bermoral, bertata krama dengan penduduk mayoritas muslim tinggal kenangan? Ketika pemerintah sudah tidak lagi kuasa membendung apalagi menghentikan karena beberapa oknum aparat bejat yang terlanjur dipekerjakan! Nauzubillah. Saat dicetuskannya otonomi daerah melalui UU No. 22/1999, kita sebagai bangsa punya secercah harapan. Bagi kita otonomi daerah berarti kembali ke nagari, kembali ke surau, anak-anak muda lebih memilih masjid dan surau sebagai pusat aktivitas. Hal itu akan menghidupkan kembali adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Kenyataan berkata lain. Yang terjadi kemudian adalah maraknya fenomena ayam kampus, PSK ABG, bahkan komunitas gay dan lesbian sudah semakin membuka diri kepada khalayak. HIV/AIDS, sampai saat ini belum ada obatnya. Penyebab utamanya narkoba dan seks bebas. Sindikat perdagangannya semakin kuat berurat berakar. Bahkan sudah ada pabriknya yang dapat menghasilkan ratusan ribu tablet perhari. Sasarannya para anak muda dan pelajar yang sedang mencari identitas diri. Awalnya hanya coba-coba, diajak teman atau agar dapat diterima di komunitasnya, kemudian ketagihan, ketagihan dan dosis terus ditingkatkan. Akhirnya, ketergantungan. Mereka tidak sadar akan bahaya yang terus mengintai. Mereka kehilangan masa depan akibat kerusakan sistem syaraf, HIV/AIDS bahkan kematian. Masalah tidak akan pernah selesai ketika kita hanya berpangku tangan sembari menunjuk-nunjuk siapa yang paling bertanggung jawab. Sudah saatnya kita, apapun profesi dan kedudukan kita di tengah-tengah masyarakat untuk ikut berperan mengurai benang kusut yang semakin semrawut ini. Hal itu tidak cukup hanya dengan menambah jam pelajaran agama atau memberlakukan gerakan magrib mengaji jika pemerintah tidak menertibkan warung remang-remang. Atau orang tua berlepas tangan dengan hanya menyerahkan tanggung jawab pendidikan kepada guru semata. Orang tua selayaknya lebih proaktif dan memberikan contoh karena sesungguhnya orang tua adalah guru yang pertama dan utama bagi seorang anak. Mulai sekarang mari pemerintah, para orang tua, pemuka agama, guru, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat dan niniak mamak menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan anak. Jadilah suri tauladan untuk anak kemenakan di lingkungan kita masing-masing. Suarakanlah pesan-pesan moral serta berusaha mengobati yang sudah terlanjur “sakit”. Semua itu kita lakukan untuk kemajuan Indonesia khususnya Ranah Minang di masa datang. Ayo, mulai dari sekarang sebelum terlambat. (*)
Posted on: Wed, 06 Nov 2013 16:16:49 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015