CERITA SONYA part 2 Malam hari aku sibuk mengerjakan tugas - TopicsExpress



          

CERITA SONYA part 2 Malam hari aku sibuk mengerjakan tugas kuliahku yang sudah terlewat dari dua minggu lalu, kucari semua materi soal di buku-buku dan internet maklum saja otakku tidak terlalu pintar dalam soal pelajaran sampai terkadang aku harus bertanya dengan kakakku yang kebetulan adalah seorang calon dokter spesialis. Berbicara Dokter spesialis aku sadar, kenapa aku tidak tanyakan saja kepada kakakku mengenai penyakit Sonya, mungkin kakakku tahu. Terdengar pintu kamarku terketuk, aku menunggu siapa yang mengetuk. Pintu terbuka, ternyata kakakku namanya adalah Rica Leyona usianya hanya berbeda dua tahun lebih tua dariku “Ngit… ada telefon” ujarnya yang sembari masuk kedalam kamarku aku bertanya-tanya tidak seperti biasanya ada orang yang menelfonku malam hari seperti ini, kalaupun ada pasti dia akan menelfon ke ponselku “Siapa Kak ?” tanyaku penasaran kak Rica duduk disebelahku sambil memperhatikan tugas kuliahku yang sedikit berantakan “Katanya siii namanya Sonya. Pacar kamu?” jawab kak Rica lalu ditambahkan dengan pertanyaan ‘Sonya ?’ batinku mereka “Enggak dia itu hanya temanku” jawabku yang keluar dari kamar Aku sudah duduk dikursi ruang keluarga, kuambil telepon yang tertaruh disebelah jam beker kecil “Hallo Sonya ?” tanyaku memulai “Hallo Ngit… kamu lagi apa ?” tanyanya, terdengar suaranya masih sedikit lemah pasti dia masih belum baikkan “Ehm… aku lagi ngerjain tugas kuliah Nya-. Ada apa ? oh ya kamu udah baikan ?” tanyaku khawatir “Aku udah baikan koq Ngit… oh ya yang tadi siang thank’s yaaa dan maaf udah ngerepotin kamu” ujarnya , kekhawatiranku sedikit sirna mendengar suara Sonya, setidaknya dia masih bisa untuk memberitahuku tentang keadaannya “Oh syukur deh” jawabku singkat “Oh ya kamu lagi ngerjain tugas ya ? yasudah deh aku tutup dulu ya telfonnya takut ganggu” ujarnya “sebenarnya aku masih ingin berbicara dengan kamu, tapi tugas kuliahku harus dikumpulin besok. Besok pasti aku kerumah kamu” jelasku “Iya. Udah yaaa GANBATE Langit” katanya yang seraya menyemangati aku dengan sedikit bahasa Jepangnya. Panggilanpun terputus kini benakku dirasuki oleh sosok Sonya, rasa bimbangku membuatku menjadi serba salah. Pengecutkah aku membiarkan perasaanku begitu saja ? menyia-nyiakan wanita yang selama ini aku sukai dan mungkin kini perasaanku menjadi lebih berharap padanya. Entahlah aku hanya menunggu waktu saja dan mungkin hanya waktu yang bisa menjawab perasaanku. Aku kembali kekamar dan melanjutkan tugas kuliahku. Kak Rica yang masih berada dikamarku sedang asyik melihat beberapa buku mata kuliahku “Kakak masih disini ?” tanyaku kak Rica mengernyitkan keningnya “Jadi kakak gak boleh masuk kekamar kamu ?” tanyanya balik “Iya gak gitu juga. Jarang-jarang kakak mau masuk kekamar aku, biasanya kalau gak ajarin aku paling cuma kasih uang ke aku!” ujarku “Anak ini kakaknya perhtian salah gak perhatian tambah salah” tuturnya yang menjitak pelan kepalaku pikiranku kembali teringat dengan Sonya terutama dengan penyakitnya “Kak kalau orang yang suka pingsan sama sering keluar darah dari bibirnya itu tandanya sakita apa ?” tanyaku serius wajah kak Rica berubah heran dengan pertanyaanku “Kamu sakit ?” “Kakak ini kebiasaan sekali. Setiap aku bertanya pasti kakak tanya balik !” sautku jengkel kak Rica tertawa geli melihatku “Iya deh maaf !” "terus itu penyakit apa kak kalau gejalanya sering pingsan dan mengeluarkan darah dari hidungnya?” tanyaku mengulang “Iya kakak belum bisa mastiin juga. Takut-takut nanti malah jadi salah diagnosa, itu harus diperiksa lebih lanjut” jawabnya Kak Rica kembali sibuk dengan buku pelajaran punyaku sedangkan aku masih penasaran dengan penyakit Sonya mau tidak mau aku harus mencari tahu penyakit yang diderita oleh Sonya. Keesokan harinya setelah aku pulang dari kuliah, aku langsung pergi kerumah Sonya untuk memastikan keadaannya. Kebetulan rumah Sonya dan aku hanya berbeda tiga blok saja jadi tidak terlalu jauh. Saat dijalan menuju rumah Sonya kulihat Nabilah yang baru turun dari angkot“Nabilah” panggilku dari kejauhan Nabilah menoleh kebelakang dan melihat tepat kearahku kulamabaikan tanganku dan secepatnya menghampiri Nabilah “Kak Langit ?” ujarnya yang masih heran “Kamu dari mana ?” tanyaku yang sesegukan “Aku habis dari apotek kak” jawabnya yang sembari menunjukan kantung plastik yang baru dibelinya “Habis beli obat yaaa ?” wajah Nabulah tampak bingung “Koq kakak tahu?” tuturnya aku tertawa kecil “Iyalah dimana-mana apotek itu tempat menjual obat-obatan dan resep dokter” kataku Nabilah menyengir malu “hhmm aku lupa. Oh ya kak Langit mau kemana ?” tanyanya “Aku mau kerumah kamu. Mau jenguk kak Sonya” “Oh yaudah bareng aja yuk” ajaknya kamipun melanjutkan perjalana kami kerumah Sonya Tiba dirumah Sonya, kulihat pagar dan pintu rumah tertutup dan terlihat sangat sepi “Nabilah koq rumah sepi ?” tanyaku “Iya mamah lagi nganterin pesana kue, papah biasa kerja. Kalau kak Sonya paling jam segini lagi tidur” jawabnya Nabilah membuka pintu pagar dan masuk kedalam, terlihat rumah yang tidak terlalu besar dan mewah tapi masih terlihat asri bersih dan banyak memajang tanaman bunga angrek putih “Ayo kak masuk” ajak Nabilah Nabilah menutup pintu pagar dan langsung masuk kedalam rumah, aku mengikutinya dari belakang. “Kak Langit kalau mau ketemu kak Panda kekamarnya saja. Aku mau siapin makan siang untuk kak Panda” jelasnya. Nabilah memang anak yang baik dan pengertian, aku bersyukur Sonya mempunyai adik sebaik Nabilah “iya, kakak kekamar kak Sonya dulu ya?” kataku yang langsung bergegas menunuju kamar Sonya Pintu kamar Sonya tertutup rapat, sejujurnya bagiku kurang sopan mengganggu seseorang yang sedang beristirahat. Tapi tidak apalah niatku juga baik. Kuketuk pintu kamar Sonya dengan pelan tapi tidak ada balasan dari dalam, kuketuk lagi sedikit lebih kencang dan pintupun terbuka. Terlihat Sonya yang membuka pintu, wajahnya pucat, tubuhnya juga berkeringat dan yang baru aku sadar dia terlihat lebih kurus dari waktu aku bertemnu denganya “Hai…” sapaku Sonya tersenyum, tapi senyumnya sungguh lemah “Masuk Ngit…” ujarnya yang berjalan menuju tempat tidurnya Sonya kembali berbaring ditempat tidurnya yang cukup besar “Kamu sudah pulang kuliah ?” tanyanya “Sudah. Hari ini kelas kosong jadi aku pulang saja” jawabku “Oh. Kamu mau minum ? biar aku ambilin dulu” katanya yang berusaha bangun namun aku mencegahnya bisa-bisanya disaat kondisinya seperti ini masih memikirkan orang lain “Hei tidak perlu. Hausku sudah hilang saat melihat kamu tadi” ledekku Sonya tertawa malu “Maaf yaa” sereunya aku bingung dengan perkataan Sonya “Maaf untuk apa ?” “Maaf saja” singkatnya “Aku benar-benar tidak mengerti” lagi-lagi dia tersenyum padaku, kenapa dia pandai sekali memikat hatiku dengan senyumannya. Batinku selalu berbicara ‘Aku mencintainya Tuhan, izinkan aku untuk tetap bersamanya izinkan aku untuk mencintainya dan bisa memberikan dia hatiku yang tulus ini’ “Langit… Langit” suara Sonya membuyrakan lamunanku “Iya apa ?” “Kenapa diam ?” tanyanya “Enggak koq, gak apa-apa” jawabku berbohong Tiba-tiba “Uhuk-uhuk-uhuk” suara batuk Sonya yang terdengar nafasnya membuat aku semakin tidak tega melihatnya. Aku langsung bergegas mengambil air yang berada dimeja hias dekat dengan tempat tidur Sonya “Ini minum dulu” bujukku Sonya melepaskan dekapan tangannya, kulihat darah yang keluar di bibir dan tangannya. Lagi-lagi Sonya berdarah, inilah yang membuatku semakin khawatir dengan kondisinya “Sonya kamu berdarah ?” ujarku Sonya secepatnya menghapus darah di bibir dan tangannya. Tidak lama Nabilah datang membawa nampan yang berisikan bubur, air, dan beberapa obat-obatan “Hallo… pasti lagi pad…” ucapannya terhenti ketika dia melihat darah Sonya Secepatnya dia menaruh nampan di meja hias “Kakak …” suara Nabilah pecah Sonya mencoba menenangkan aku dan Nabilah “Aku gak apa-apa koq. Mungkin efek samping dari obat yang tadi pagi aku minum” ujarnya Mata Nabilah sedikit berkaca-kaca, dia menahan air matanya yang tertahan dipelopak bawahnya tatapannya begitu dalam melihat kakaknya “Lebih baik kamu makan dulu, habis itu minum diminum obatnya” ujarku yang mengambil bubur disebelahku. Kuaduk bubur yang dibawa Nabilah masih terasa panas. Lalu kucoba menyendokkan pada Sonya “Aku gak lapar” tolaknya “Tapi kamu harus makan. Bagaimana kamu bisa sembuh kalau kamu gak makan ?” bujukku Sonya terdiam sesaat, lalu tidak lama dia membuka mulutnya. Aku menyuapkan bubur kemulut Sonya secara perlahan. Nabilah terlihat tidak khawatir lagi ketika melihat kakaknya yang mulai ingin makan “Ngit…” panggil Sonya, aku masih sibuk mengaduk bubur dan menyuapakan bubur pada Sonya “Iya apa?” jawabku lembut “Bawa aku…” ungkapnya tertahan “Bawa kemana ?” tanyaku yang masih bingung Sonya menunduk, raut wajahnya berubah sedih “Sonya ?” tanyaku mengulang “Bawa aku ketempat yang paling indah didunia ini” jawab Sonya kini matanya berpasangan dengan mataku. Kutatap matanya, hasrat ini benar-benar membuatku menjadi semakin mencintainya, menctai wanita yang bagiku bagai sebuah angin terbang “Kemanapun Ngit. Kemanapun kamu pergi bawa aku bersamamu” lanjutnya Sonya tersenyum dia menggenggam tanganku, genggamannya sangat erat. Aku mengelus pipinya yang halus, tulang pipinya terasa antara aliran darahku. Akupun mengangguk sebagai jawabannya “Aku ikut yaaa?” ujar Nabilah dia membuat suasana hening menjadi lebih berwarna “Iya kamu boleh ikut” ucapku kamipun mengobrol dan bercanda hal-hal yang tidak penting. Hari itu membutaku lebih mengenal dengan sosok Sonya.
Posted on: Sat, 20 Jul 2013 15:50:40 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015