Calok Kodhi; Pusaka Peninggalan Sunan Blingi Oleh; Mohammad - TopicsExpress



          

Calok Kodhi; Pusaka Peninggalan Sunan Blingi Oleh; Mohammad Ali* Calok kodhi begitulah orang sepudi menyebutnya, benda ini merupakan benda pusaka yang sakti mandra guna peninggalan raden Aryo Pulang Jiwo atau lebih mashur disebut panembahan Sunan Wirokromo Blingi. Beliau masih mempunyai keturunan darah biru dari Raden Rahmat Sunan Ampel Surabaya, menurut literatur yang ada, beliau juga tercatat dalam sejarah, bahwa beliau merupakan orang yang pertama kali membabat Pulau Sepudi dan Raas. Kalau melihat dari silsilah atau cerita yang berkembang dalam masyarakat sangat ada hubungannya antara kerajaan singosari dengan kejayaan adi podey pada waktu itu. Sedangkan para ahli sejarah tidak menerima kebenaran ceritan tersebut, karena tidak ada kelangsungan dari cerita tersebut. jadi banyak versi mengenai asal usul dari keduanya, ada sebagian yang mengatakan Adi Rasa dan Adi Podey merupakan keturunan orang Madura, tetapi yang banyak berkembang dan dikuatkan dengan penelusuran para ahli sejarah, yang benar keduanya merupakan keturunan orang jawa, dilihat dari jalannya sejarah tidak ada kemungkinan mereka merupakan keturunan dari seorang raja. Banyak masyarakat mengasumsikan bahwa Adi Rasa dan Adi Podey adalah keturunan raja tetapi setelah ditelusuri raja yang mempunyai anak yang bertapa di gunung arjuna tidak ada, ternya keduanya merupakan keturunan orang kampung yang kemudian bertapa di gunung arjuna. Selama bertapan di gunung arjuna kemudian adi rasa mendapatkan Calok Carangcang dan adi podey mendapat Calok Kodhi, dan pada waktu itu keduanya masih belum mempunyai nama julukan adi rasa dan adi podey, sampai senjata tersebut digunakan untuk membabat pulau sapudi. setelah mendapatkan pusaka tersebut di Singosari terjadi peperangan, untuk menghindari peperangan itu keduanya turun lewat pinggir timur Sungai Brantas, hingga tiba di Surabaya, sesampainya di Surabaya mereka menyebrangi selat Madura, setelah berhasil menyebrangi selat tersebut mereka berjalan ke arah timur hingga sampai di Lapataman atau yang di kenal saat ini adalah Kabupaten Sumenep. Kemudian mereka melanjutkan kembali perjalannya kepulau kecil (Sapudi) dengan menggunakan perahu kecil (Karocok). Di pulau itulah senjata pusaka atau calok kodhi di gunakan oleh Adi Rasa untuk membabat pulau tersebut. “Adi Podey membabat pulau tersebut dari arah barat, sedangkan Adi Rasa memulainya dari arah timur,” tutur Massuryo Juru kunci tempat peristirahatan (Pasarean) Adi Podey. Wirok Romo dan Wiro Broto merupakan gelar asli dari Adi Rasa dan Adi Podey yang diberikan oleh pujangga Pertala adi, nama tersebut diberikan setelah keduanya selesai membabat karang yang masih belum dibentuk pulau, kemudian mereka membuat tempat tinggal sebagai temapat untukberlindung, karena dulu sapudi marupakan hutan rimba yang banyak binatang buasnya. Keduanya memulai membabat pulau tersebut pada tahun 1223 sampai tahun 1227, Adi Podey memulai dari arah barat pulau Sapudi yang dikenal dengan desa Karang Loang dan Adi Rasa dimulai dari arah timur yaitu yang kita kenal dengan pulau Raas, keduanya membabat pulau tersebut selama 4 tahun, setalah selesai membabat, keduanya mempunyai rencana untuk membentuk pembagian wilayah yang didatangi oleh Pujangga Pertala Adi sebagai saksi pembagian wilayah tersebut, “ adi rasa dan adi podey membabat pada tahun 1223 sampai tahun 1227 yaitu 4 tahun utuk membabat sapudi dan raas,”. Imbuh Massuryo Hasil babatan dari Adi Rasa dengan senjata pusakanya kini pulau tersebut diberi nama Pulau Raas, sedangkan Adi Podey memulai membabat dari arah barat yang kini dikenal dengan pulau Sapudi. Sampai saat ini calok kodhi masih di yakini oleh maasyarakat mampu membawa mamfaat besar. “ calok tersebut diyakini oleh masyarakat dapat menyembuhkan penyakit baik penyakit kepada manusia, hewan dan juga tanaman tanaman,” tutur Abdurrahman penjaga calok kodhi. *** Setelah beliau wafat, pusaka tersebut tidak semerta merta hilang di telan bumi begitu saja, akan tetapi terus di abadikan oleh masyarakat setempat sebagai benda pusaka sakti, menurut kepercayaan masyarakat pulau Sapudi, pusaka tersebut hingga saat ini masih diyakini banyak membawa keberkahan kepada masyarakat. Hal ini terbukti ketika ada seseorang yang jatuh sakit, biasanya orang tersebut atau keluarganya akan memberi minum air bekas memandikan pusaka calok kodhi peninggalan beliau. Dengan izin yang maha kuasa penyakit yang menimpanya sembuh dengan pelantara meminum air tersebut. Lebih jelasnya, pusaka ini digunakan saat tanaman para petani terkena penyakit hama, pusaka itu diyakini mampu menyembuhkan penyakit tersebut dengan cara membawa pusaka mengelilingi desa atas permintaan dari masyarakat setempat dan atas izin kepala desa setempat, sebelum mengelilingi desa, masyarakat masih mengadakan ritual khusus yakni, mengadakan selametan, membaca tahlil bersama dan tidak tidur sampai pagi hari, setelah ritual itu selesai tepatnya di pagi hari pusaka tersebut di bawa memutari desa. “ sebelum menyanggupi permintaan masyarakat, masyarakat diminta untuk meminta izin terlebih dahulu kepada kepala desa untuk kekompakannya,” tutur Abdurrahman. Dalam mengelilingi desa tersebut, calok kodhi di gendong oleh orang yang memang dipercaya, biasanya yang banyak dipilih adalah keturunan dari orang yang dulunya juga menjadi penggendong calok kodhi tersebut, selama calok kodhi dalam gendongan orang tersebut, banyak keajaiban atau kejadian-kejadian aneh yang terjadi selama dalam perjalanan mengelilingi desa, seperti tidak lelah, tidak haus ketika berjalan sejauh apapun, cepat jalannya beda dengan jalannya orang biasanya, dan tidak sakit apabila terkena duri atau yang lain. dan apabila orang yang menggendong bukan keturunan dari orang sebelumnya, maka akan mendapatkan halangan, seperti cepat lelah, dan orang yang menggendongnya akan selalu berganti-ganti karena menimbulkan rasa yang berbeda dengan sebelumnya. “hanya orang-orang khusus yang dapat menggendong pusaka tersebut, biasanya melalui jalur keturunan, dan kalau sudah lepas dari gendongan orang yang menggendongnya, maka orang tersebut akan merasakan lelah, sakit dan lain sebagainya,” imbuh Abdurrahman Selama dalam perjalanan mengelilingi desa, jama’ah tidak sepi dari rijeki yang di suguhkan oleh masyarakat, mulai dari makanan ringan sampai pada uang dan sebagainya. Biasanya ada juga yang meminta untuk diam atau istirahat di rumah warga yang meminta air calok kodhi tersebut, dan memberikan uang untuk menebus airnya. “ kalau masalah makanan banyak masyarakat yang memberi, mulai dari makanan ringan, Uang dan lain-lain,”. Imbuh Abdurrahman Ritual memandikan pusaka calok kodhi, biasanya dilaksanakan setiap tahun sekali, yakni bertepatan pada tanggal 10 bulan Asyuroh atau lebih dikenal dengan bulan muharram. Karena bulan tersebut diyakini oleh masyarakat Sapudi sebagai bulan yang istijabah atau keramat dalam melakukan ritual pusaka dan sebagainya. Sebelum memandikan calok tersebut, masyarakat masih mengadakan ritual khusus yakni, membaca solawat nariyah, surat Al-ihlas, tahlil bersama. dan di awal-awal pembukaan acara biasa diisi dengan cerita tentang perjalanan Adi Podey dan Adi Rasa selama membabat di pulau sapudi. Dan air dari hasil memandikan pusaka tersebut banyak di yakini oleh masyarakat sebagai obat, sehingga masyarakat apabila mengikuti acara pemandikan pusaka tersebut, banyak yang membawa botol air mineral untuk mengambil air hasil memandikan pusaka tersebut. “ banyak masyarakat meyakini bahwa Air Calok tersebut dapat menyembuhkan penyakit,” tutur Abdurrahman Dalam memandikan calok tersebut, yang menjadi pelengkap dalam ritual tersebut diantaranya menggunakan bunga mawar, daun pandan dan air hangat, air hangat tersebut agar hasil air pusaka tersebut awet tidak bau. air tersebut di butuhkan oleh masyarakat sebagai obat, baik untuk manusia dan juga hewan. hal ini banyak diyakini dan terbukti hasiaatnya, kerena mereka yakin itu semua adalah dari Allah melalui prantara calok tersebut. “karena mereka meyakininya, dan terbukti, sehingga ketika sudah 10 asuroh banyak orang yang datang untuk mengambil airnya untuk di jadikan obat,” imbuhnya Dalam acara pemandian Calok tidak hanya dihadiri oleh masyarakat setempat saja, melainkan dihadiri dari berbgai desa yang ada di Sapudi. biasanya mereka datang dengan berkelompok-kelompok (rombongan) perdesa, seperti; desa tarebung, kaloang, jambuir, dan desa-desa yang lain yang ada di sapudi. Dan mereka tidakhanya datang untuk mendapatkan air barokah tersebut, melainkan untuk bersilaturrahmi dengan mengadakan selametar dan tasyakkuran sebagai rasa sukur kepada Allah SWT dan mengenang jasa-jasa para leluhur pulau Sapudi. Jangan pernah melupakan tradisi, karena tradisi merupakan ciri khas dari kehidupan masyarakat tersebut.
Posted on: Tue, 12 Nov 2013 17:02:41 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015