Cerita ini diambil dari sebuah Novel dengan penulis Bernard - TopicsExpress



          

Cerita ini diambil dari sebuah Novel dengan penulis Bernard Batubara . Tapi pemerannya kita ganti dgn CoboyJunior... "Kata Hati..." KH~ -MasaLalu... *Part 1 Kafe Djendelo Koffie masih sama seperti terakhir kali Iqbaal kesana bersama Bella. Meja-meja kayu, lantai papan, kursi bambu, dan tempat lesehan yang menjadi spot favorite mereka berdua. Aroma yang khas selalu tercium setiap kali kaki melangkah masuk ke Djendelo Koffie, kadang aroma kopi, kadang aroma coklat, kadang aroma keduanya bercampur dan melayang-layang diudara. Perempatan Codong Catur dan Jalan Gejayan, Djendelo Koffie terletak dilantai atas toko buku Toga Mas. Toga Mas dan Djendelo Koffie dihubungkan dengan tangga yang juga dari kayu, memberikan kesan sederhana, cocok dengan selera mahasiswa Yogya yang tak begitu berminat untuk nongkrong sambil minum kopi dikafe yang ber-setting mewah dan "elite". Suasananya pun nyaman, itulah pula yang menjadi alasan Iqbaal senang menghabiskan waktunya disini. Pukul sembilan pagi. Iqbaal sedang menenangkan diri sambil mempersiapkan dirinya untuk tes kerja disebuah harian lokal sebagai jurnalistik fotografer. Dilayar ponselnya, ia membuka beberapa website tentang fotografi untuk kebutuhan jurnalistik. Matanya berputar dari satu teks ke teks lain diponselnya yang berlayar cukup lebar. Iqbaal melempar pandangannya ke sudut Djendelo yang lain. Ia melihat seorang perempuan tampak sedang serius berkutat dengan laptopnya. Dimejanya, terletak beberapa buku yang sedikit berantakan. Perempuan itu tampak seusia Iqbaal, mungkin lebih muda. Rambutnya hitam dan panjang, sedikit bergelombag. Alisnya tebal, tidak seperti Bella, alis Bella agak tipis. Dagunya agak lancip, sama dengan Bella. Matanya, lebih bulat dan lebih hitam dari Bella, mata Bella sedikit cokelat. Sesekali, Iqbaal melihat perempuan itu tersenyum-senyum sendiri saat memegang ponselnya, mungkin sedang berkirim pesan dengan seseorang. Senyum perempuan itu manis, tidak seperti Bella. Senyum Dera ceria. Entah sejak kapan, Iqbaal selalu membandingkan senyum setiap perempuan yang ia lihat dengan Bella. Ponsel Iqbaal berbunyi. Telepon dari Teh Ody. Nada dering ponsel itu masih sama seperti dulu. Seperti ia masih bisa tersenyum mendengar nada dering itu. Nada dering itu, lagu kesukaan seseorang. Seseorang yang ia sayang. Seseorang yang juga menghancurkan rasa sayangnya itu. - "Halo. Kenapa, teh?" - "Baal, ini gue Kiki." Iqbaal menyeritkan dahi. - "Oh, kenapa bang? Kok Handphone Teh Ody sama lu?" - "Teh Ody barusan kecelakaan." - "Hah?" Iqbaal panik - "Gue kebetulan lagi dideket rumah sakitnya, dia bilang udah hubungan lu, tapi handphone lu gak aktif." Jelas Kiki. "Handphone gue juga lagi sekarat" - "Iya, tadi handphone sempet gua matiin bentar. Dirumah sakit mana?" - "Oh... Gue langsung kesana." Iqbaal menutup telepon dan keluar dari Djendelo dengan setengah berlari. Ia meninggalkan uang dimeja dan membiarkan kopinya yang belum diminum sama sekali. - "Mas... Mas...!!" Ada suara perempuan memanggil dari arah belakang Iqbaal, membuat Iqbaal menoleh. - "Ini kunci motor mas, ya. Ketinggalan dimeja tadi" Kata perempuan itu. - "Oh..." Iqbaal sedikit kaget, dan bersyukur. Kebiasan buruknya, pelupa. Dan anehnya yang dilupakan selalu barang-barang penting: kunci motor, dompet, ponsel. "Makasih ya, mbak. Makasih banget," Ujarnya buru-buru. Yang diberi ucapan hanya tersenyum, lalu membalikkan badan dan berjalan kembali masuk ke kafe. ----------- Iqbaal melangakh masuk keRumah Sakit Mediasentosa, ia terenyak sesaat karena dirunah sakit ini juga dulu sahabatnya SMAnya sempat ditangani sebelum akhirnya meninggal akibat kecelakaan nahas itu. Iqbaal tak pernah bisa bersahabat dengan aroma rumat sakit, dan sejak sahabat SMAnya meninggal, ia semakin benci jika terpaksa harus masuk kerumah sakit. - "Mbak." Iqbaal menghampiri meja petugas administrasi dengan tergopoh-gopoh. "Ada pasien namanya Fildza?" - "Nama lengkapnya? Disini banyak sekali yang namanya Fildza, mas" Sahut petugas itu sembari tersenyum ramah. - "Fildza Hasnamudhia" Iqbaal menjawab dengan cepat. Resepsionis itu terlihat mengetik sesuatu dan menatap layar komputer didepannya. - "Ada, mas. Baru saja masuk tadi. Paviliun Melati Nomer 205." Petugas itu menujuk dengan sebelah tangannya. "Ke arah sana, ya" - "Makasih mbak" sahut Iqbaal mengakhiri pembicaraan dan langsung menuju arah yang ditunjuk oleh petugas tadi. Iqbaal tiba didepan kamar Melati 205 dan langsung masuk. ...... Maaf ya COmate kalo typo :-) Maaf juga kalo sedikit :-) Inget ya cerita ini diambul dari sebuah Novel "Kata Hati" yang waktu juga sempat ditayangkan diBioskop :-) L+C yooo!! Min*CFC Follow : @cutcellyna_adm Ask.fm : cutcellyna
Posted on: Sun, 01 Sep 2013 08:40:04 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015