FPM Bali Godok Home Industri Berbahan Mangrove BADUNG - Melirik - TopicsExpress



          

FPM Bali Godok Home Industri Berbahan Mangrove BADUNG - Melirik lima tahun kebelakang, perkembangan hutan mangrove di wilayah sekitar Teluk Benoa diakui menuai degradasi bertahap. Tak dipungkiri, salah satunya disebabkan oleh banyaknya sampah di sekitar mangrove. Ini disampaikan oleh Staf Seksi Kelembagaan Bidang Data dan Pengolahan Hutan Mangrove Balai Pengelolaan Mangrove Wilayah I Denpasar, Nyoman Yeni Susanthi. Selain itu, katanya ada banyak faktor yang mendukung terjadinya degradasi mangrove baik itu ulah manusia maupun hama. "Banyaknya pembangunan gedung juga bisa menjadi penyebab kerusakan mangrove," ungkapnya yang ditemui pada hari kedua pelatihan pengelolaan ekosistem mangrove dan pemanfaatan buah mangrove, Rabu (10/7). Dari 1732 ha luasan Tahura Ngurah Rai, diyakininya masih mampu dikembangkan lagi. Salah satunya yakni di sekitar Teluk Benoa, terdapat dua jenis mangrove yakni Alba dan Lindur yang dirasa sangat cocok untuk dikembangkan. "Ini sesuai dengan zonasi yang ada, ditepat lain bisa saja jenis yang lain" sebutnya. Kemungkinan ini dirasa sangat mendukung langkah kedepan dalam hal pengolahan hasil hutan mangrove. Khususnya di Bali, yang paling memungkinkan adalah pemanfaatan buah mangrove sebagai bahan makanan. Tak hanya itu, Yeni pun mengungkap salah satu manfaat mangrove lain. Salah satunya yaitu sebagai bahan baku industri bioethanol. Tapi sayangnya, baru diketahui bisa diolah dari bakau jenis Nipah yang di Bali masih sangat jarang adanya. "Satu tandan bakau, bisa menghasilakn 1 liter ethanol. Pengolahan nira menjadi BBM membutuhkan waktu sekitar 15 sampai 30 menit. Yang lama itu, waktu pengumpulan cairan dari tandan pohon nipah yang mencapai waktu 20 hari," jelasnya dan mengatakan di beberapa daerah sudah menggunakan hal ini khususnya untuk kerosi (minyak tanah). Terkait dengan digodoknya pengolahan hasil bakau, FPM Bali selaku penyelenggara pelatihan ini mengakui bahwa dalam hal industri rumah tangga, yang paling sulit yakni mengenai pemasaran produk. "Nanti kami akan berkonsultasi dengan keluarga besar Artha Graha Peduli di seluruh Indonesia agar bisa membeli produk yang nanti dihasilkan. Kami juga akan mengajak CSR perusahaan besar di Indonesia untuk turut mendukung ini program ini" janji Ketua FPM Bali, Heru Wasesa didampingi sekretarisnya, Ketut Selamet Pramana. Disebutkannya, digodoknya pelatihan ini demi menumbuhkan partisipasi masyarakat setempat untuk melestarikan hutan mangrove tanpa mengesampingkan potensi ekonominya untuk kesejahteraan sosial. Ditanya mengenai prospek Bali dalam hal ini? Heru mangatakan sangat memungkinkan. Apalagi secara internasional, keberadaan Bali sangat diakui. (adi)
Posted on: Fri, 12 Jul 2013 09:32:23 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015