Jordan Henderson, Pusat Gravitasi The Three Lions Against that - TopicsExpress



          

Jordan Henderson, Pusat Gravitasi The Three Lions Against that we noticed that Jordan Henderson runs from his knees, with a straight back, while the modern footballer runs for his hips. We thought his gait might cause his problems later in his career. Satu paragraf singkat padat di buku otobiografi Sir Alex Ferguson ini terbilang pedas. Mengomentari gaya lari seorang pemain, Ferguson seperti punya banyak cara untuk mengritisi seorang pemain. Tapi, untuk saat ini, kritik Ferguson seperti tak ada artinya. Bersama Liverpool, Henderson berkembang sangat pesat. Manajer Brendan Rodgers mengubah sang pemain menjadi sosok yang tak tergantikan di skuat inti ditambah kemampuan jelajah dan visi Hendo yang di atas rata-rata pemain Inggris. Pengaruh Henderson di Liverpool sangat besar. Fisik yang prima dan daya jelajah ke semua sudut lapangan membuat pekerjaan Steven Gerrard sebagai regista menjadi lebih mudah. Hebatnya, dengan kapasitasnya yang harus bekerja lebih berat ketimbang para rekan yang lain, Henderson jarang dibekap cedera. Dia hanya absen dalam tiga laga pada musim 2013-14 karena kartu merah saat menghadapi Manchester City. Fakta yang juga bisa menjadi alasan Liverpool gagal mengangkat trofi. Pasalnya, ketika kehilangan Hendo, Liverpool hanya mengumpulkan empat poin dari satu kali menang, satu kali imbang, dan satu kali kalah. Dari sosok yang overrated, menjelma menjadi underrated. Siapa yang tak kaget ketika The Reds rela menggelontorkan dana 15 juta pounds untuk seorang pemain muda dari tim semenjana seperti Sunderland. Mengalami musim pertama yang berat bersama Liverpool, Henderson sempat dianggap sebagai pembelian yang gagal – sebuah anggapan yang berhasil ia balikkan musim ini. Selain memiliki fisik prima, kemampuan passing istimewa, stamina yang tak kunjung habis, Henderson juga merupakan pemain Inggris yang cukup stylish serta sangat mengerti akan taktik. Tak jarang sang pemain melakukan trik-trik yang membuat mata para pemirsa terbelalak. Back-heel assist hingga passing tanpa melihat, misalnya. Kedisiplinannya menjaga ruang dan masuk ke dalam ruang kosong dengan overlap pun sering muncul. Henderson menjadi kunci Liverpool dan tak tergantikan. Hal ini sepertinya akan berlanjut saat sang pemain membela The Three Lions di Piala Dunia nanti. Siapa yang menyangka Henderson bisa mengalami peningkatan sedemikian tajam? Para pencinta sepak bola tentu akan memilih nama Jack Wilshere, Frank Lampard, hingga Michael Carrick untuk sosok pendamping Gerrard di lini tengah timnas Inggris. Namun, fakta terungkap bahwa Roy Hodgson kemungkinan besar akan menduetkan Gerrard dengan Henderson di Piala Dunia nanti. Memang, Inggris berbeda dengan Liverpool. Terlepas dari keberadaan enam pemain The Reds di skuat Hodgson. Henderson pun bermain sejajar dengan Gerrard sebagai double pivot. Berbeda saat keduanya membela Liverpool, di mana Hendo berada di depan Gerrard untuk menjelajah dan meng-cover sang kapten yang berada di pos terdalam di lini tengah. Tak ada pressing ketat, tempo cepat, hingga serangan balik kilat yang biasa Liverpool praktikkan. Sepak bola possession yang memikat pun sulit dilakukan oleh pasukan Roy The Owl Hodgson. Inggris bermain laiknya Inggris. Membosankan dengan strategi monoton dan abstrak. Ketika menonton Inggris bermain, Anda akan terheran-heran mengapa bisa sangat mencintai Premier League. Permainan mereka begitu kaku dan klasik, dengan mengandalkan umpan-umpan silang dengan tempo yang tak stabil. Terlepas dari hal itu, ada satu hal yang sangat mengagumkan dan bisa menjadi kunci sukses The Three Lions. Bukan, bukan Steven Gerrard, yang pastinya begitu dahaga akan trofi Internasional setelah bertahun-tahun membela Inggris. Tetapi, Henderson. Pada laga persahabatan Inggris beberapa waktu lalu saat menghadapi Peru dan Honduras, Henderson terlihat jelas menjadi pusat permainan. Meski bermain lebih ke dalam, Henderson terlihat sangat dinamis, berlawanan dengan Gerrard yang statis. Meski tak sekreatif dan eksplosif saat berkostum The Reds, bisa terlihat dengan jelas, Henderson acap menjadi otak pertama serangan tim. Dari Gerrard ke Hendo, Gerrard ke Hendo. Terus seperti itu. Hampir semua pemain Inggris memilih memberi umpan ke Henderson ketika menemukan jalan buntu dalam membangun serangan. Berharap akan ada formula positif ketika bola awal datang dari sang pemain. Sehingga bukan hal yang mengagetkan jika jumlah passing sukses Henderson dalam dua laga persahabatan tersebut jauh lebih mencolok ketimbang rekan-rekannya (Sekitar 70-90 umpan menurut Squawka). Hes got energy to burn. Hes a great athlete. And he does the dirty work as well as the more attacking stuff. Hes improved his all-round game to build on the fact that hes a great athlete, his short passing, his long passing, and hes getting his name on the scoresheet from time to time, setting a few up too. Hes very grounded. Hes in the gym every day, he doesnt drink; he wants to be a top professional. Demikian pujian Gerrard untuk Henderson. Ketika Jack Wilshere menerima banyak pujian di usia muda dengan dianggap sebagai gelandang Inggris paling potensial dengan gaya bermain ala Spanyol, Henderson diam tapi pasti mengalami lonjakan performa yang jauh di atas gelandang emosional bertato milik Arsenal itu. Ketika Tom Cleverley dengan jemawa yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengeksekusi tiki-taka, Henderson tak pernah berkoar ketika membuat assist indah atau pelbagai jenis umpan. Ketika Ross Barkley dianggap sebagai ‘The Next Steven Gerrard’ karena potensinya di usia muda, wajah yang mirip, dan memiliki kapasitas mencetak gol yang baik, mungkin mereka lupa Henderson adalah pemain yang paling sering melakukan sprint track-back untuk memotong serangan lawan, berlari ke seluruh penjuru lapangan, melakukan tekel keras nan rupawan, hingga masuk ke kotak penalti lawan untuk membantu serangan. Sekarang siapa sebenarnya ‘The Next Gerrard’? Banyak tim meragukan Inggris akan berbicara banyak di Piala Dunia. Inggris masih, dan selalu, disebut sebagai tim overrated. Jika ditanya, mungkin hanya Stephen Hawking yang berani mengeluarkan kalkulasi statistik mengenai bagaimana cara Inggris menjuarai kompetisi ini, dari filosofi jersey, formasi, hingga penendang penalti berdasarkan rambut. Tetapi satu yang pasti, seburuk apapun permainan The Three Lions, selama mereka memiliki sesosok pemberi 150 persen di tiap laga seperti Henderson, ada peluang untuk memberi kejutan. Saya bukan fan Inggris, tetapi tak bisa dimungkiri, menarik menunggu kiprah mereka dengan Henderson sebagai pusat gravitasi tim. @DanangIbnuKasih
Posted on: Mon, 09 Jun 2014 12:40:15 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015