KRONOLOGIPENYERANGAN FAKI TERHADAP SEBUAH DISKUSI DI GODEAN, - TopicsExpress



          

KRONOLOGIPENYERANGAN FAKI TERHADAP SEBUAH DISKUSI DI GODEAN, SLEMAN, DIY Minggu, 27Oktober 2013 Pengantar: Irina,seorang volunteer yang concern pada persoalan sosial-ekonomi,sering mengadakan perjalanan dan memberikan pelatihan-pelatihan sederhana untukberbagai kelompok di kampung-kampung, di antaranya kelompok ibu-ibu, kelompoktani, peternak, dan sebagainya. Dari perjalanannya masuk ke kampung-kampungitu, Irina sering menjumpai anak-anak muda yang berkeluh-kesah tentang kondisiekonomi keluarganya dan menyatakan keinginan mereka untuk bisa memiliki usahasendiri. Untukmerespon keinginan dan kebutuhan mereka itu, maka, daripada harus berkelilingke banyak tempat dan berbicara dengan 1-2 orang pemuda yang tersebar diberbagai tempat yang berjauhan, Irina berinisiatif mengumpulkan mereka untukberbincang santai bersama-sama, di satu tempat. Lalu dipilihlah kotaYogyakarta, yang letaknya di tengah-tengah dan mudah dijangkau dari berbagaidaerah. Laludipilihlah Shanti Dharma, sebuah tempat pertemuan dan pusat pelatihan yangsering digunakan oleh berbagai kalangan untuk berbagai keperluan. Tempat inimenjadi pilihan karena bersih, asri dan murah. Di sana sering diselenggarakan retret danberbagai kegiatan sekolah, dari TK hingga mahasiswa, dari remaja hingga parapegawai MMP (menghadapi masa pensiun). Di sana juga ada usaha budidaya jamurdan aneka olahannya, pembuatan pupuk organik padat maupun cair, pembuatantepung mocaf (modified cassava flour), dan sebagainya. Tempat ini cukupideal untuk memberikan contoh-contoh usaha yang bisa dijadikan pilihan bagipara peserta. Pertemuandirencanakan diadakan pada hari Minggu, 27 Oktober jam 11.00 dan diakhiri padasore atau malam hari. Bagi peserta dari luar kota, direncanakan akan pulangpada Senin, 28 Oktober pagi. Selamabelasan tahun Shanti Dharma membuka ruang untuk pemberdayaan masyarakat, tidaksekali pun terjadi keributan di sana. Semua acara selalu berjalan dengan tertib,aman dan nyaman. Begitupun yang menjadi harapan Irina dan kawan-kawan. Dengan jumlah peserta yanghanya 15-20 orang, dijamin tidak akan terjadi keributan, kekacauan, ataupunkeonaran apa pun. Apalagi sebagian besar peserta yang akan hadir adalahperempuan dan bukan hanya berasal dari keluarga Eks Tapol 1965,tetapi beberapa di antaranya adalah tetangga atau kawan sekampung mereka. Karena sudah teruji sebagaitempat yang aman dan tertib, tidak ada ijin tertulis apa pun yang diperlukandari Kepolisian untuk menyelenggarakan acara di sana. Tapisangat disayangkan, pada hari Minggu, 27 Oktober 2013, tempat itu menjaditercemar oleh ulah sekelompok massa yang secara kasar dan beringastelah mengintimidasi, menyerang dan melukai beberapa orang yang hadir di sana.Lima orang terluka dan tidak mendapatkan bantuan pengobatan apa pun dari aparatkeamanan. Alih-alih melindungi warga yang terintimidasi dan terancamkeselamatannya, pasca penyerangan tersebut aparat desa pun ikut-ikutanmengintimidasi pengelola Shanti Dharma dengan mengatakan bahwa, Kamitidak ingin terjadi keributan di lingkungan kami. Aparat Desa punmemanggil pengelola Shanti Dharma yang sedang berada di luar kota untuk segerapulang dan memberikan klarifikasi atas penyelenggaraan peristiwa tersebut. Inijelas logika yang dibalik-balik: yang mengintimidasi siapa,yang dimintai keterangan siapa... Kronologi kejadian: Jam Uraian 08.30 Peserta dari Pati, rombongan ibu-ibu dan beberapa anak muda yang terdiri dari 10 orang tiba di Shanti Dharma. Mereka beristirahat sambil berbincang sesama mereka. Setelah menyambut dan menemui rombongan beberapa saat, Irina, koordinator acara, pamit untuk satu keperluan. 09.00 ● Salah seorang ibu dari Pati menelpon Irina, memberitahu bahwa Kapolsek, Camat, Lurah, dan beberapa aparat desa ingin bertemu dengan panitia penyelenggara. ● Irina segera datang menemui mereka. Ternyata yang datang bukan hanya Kapolsek, Camat dan Lurah, melainkan ada Kasat Intel, beberapa aparat desa setempat dan beberapa orang lain yang berpakaian sipil, yang tidak diperkenalkan identitasnya kepada Irina. Kesemuanya berjumlah 10 orang. Kasat Intel segera menjelaskan maksud kedatangan mereka. Menurut Kasat Intel, sejak Sabtu malam sampai Minggu pagi, ada laporan dari berbagai pihak bahwa akan ada pertemuan di Shanti Dharma, dan mereka datang untuk meminta klarifikasi karena tidak ada surat ijin maupun pemberitahuan kepada Kepolisian setempat. ● Irina menjelaskan bahwa pertemuan yang direncanakan akan diadakan pukul 11.00 itu hanya sebuah pertemuan kecil yang melibatkan 15an orang dan hanya akan membicarakan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan secara mandiri untuk meningkatan pendapatan keluarga. ● Lalu Kasat Intel menyampaikan bahwa ada sekelompok masyarakat yang tidak menghendaki adanya pertemuan tersebut, karena dikhawatirkan akan menimbulkan kekisruhan di lingkungan sekitar. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Kasat Intel, Kapolsek, Camat dan jajarannya melakukan koordinasi untuk mengantisipasi terjadinya kekisruhan yang dikhawatirkan tersebut. ● Kemudian terjadi dialog antara Irina dengan semua aparat yang hadir. Secara tegas Irina menyatakan bahwa tidak akan terjadi apa-apa di dalam pertemuan tersebut, dan tidak akan ada hal-hal yang membahayakan siapa pun. Irina mempersilahkan semua pihak yang mengkhawatirkan dan berkeinginan mengetahui jalannya pertemuan ikut hadir dan duduk bersama di antara para peserta, supaya bisa mendengar, melihat dan mengetahui isi pertemuan seutuhnya. Kalau ada pihak-pihak yang khawatir, curiga lalu mengancam akan melakukan penggagalan atau pembubaran paksa, menjadi tugas aparat keamanan untuk mengamankan dan melindungi warganya yang terancam. ● Setelah 10-15 menit saling menjelaskan dan memberikan klarifikasi, dialog pun berakhir dengan adanya saling pengertian di antara para pihak untuk menjaga keamanan bersama. Kasat Intel dan rombongan undur diri dan menyatakan tetap akan mengawasi. Sepeninggal Kasat Intel, Kapolsek, Camat, dll., terlihat ada beberapa orang mondar-mandir di sekitar lokasi. Beberapa di antaranya duduk-duduk di pos jaga. 09.55 Melihat situasi yang kurang kondusif, rombongan Ibu-ibu dari Pati menyampaikan keinginannya untuk pulang. 10.05 Rombongan Pati pulang. 10.20 Dua orang kawan datang dan segera berbincang dengan Irina. 10.30 Tiba-tiba Kapolsek dan rombongan yang tadi sudah undur diri bergegas datang menghampiri Irina serta dua kawan yang baru datang. Kali ini mereka datang dengan tim yang lebih besar, dan banyak di antaranya berpakaian sipil dan berwajah tegang. Belum sempat mereka menyampaikan maksud kedatangannya, secara berduyun-duyun datang serombongan massa yang makin lama kian banyak jumlahnya. Irina tidak bisa mengetahui jumlah massa secara pasti, tapi diperkirakan mencapai 50an orang. Beberapa di antara mereka maju, mengambil posisi duduk dan berdiri sejajar dengan para aparat, bahkan beberapa di antaranya berdiri sangat dekat dengan Irina, beberapa jengkal di depan tim keamanan dan aparat desa. Mereka menggunakan uniform (T-shirt) warna merah, hitam dan beberapa di antaranya bercelana hijau. Hampir semua memakai emblem FAKI pada T-shirt atau kemeja yang dipakainya. Kapolsek pun secara singkat menyampaikan bahwa massa menghendaki pertemuan dibatalkan dan dibubarkan. “Demi keamanan”, panitia diminta membubarkan diri. Kapolsek juga menyatakan, menjadi tugasnya untuk melakukan pembinaan terhadap warga. Lalu ada salah seorang dari kelompok massa yang bertanya: Kalau tidak bisa dibina, pak? Massa yang lain secara serempak menjawab dengan lantang: Ya dibinasakan! Setelah itu mereka bersahut-sahutan, meneriakkan beberapa kata dengan lantang: Yogya menolak komunis!; “Komunis ideologi terlarang!” Bagi kami, harga mati untuk komunis! Darah komunis halal!, dan seterusnya. Irina lalu menjawab bahwa peserta belum datang semua tetapi sudah dalam perjalanan menuju lokasi. Karena sebagian besar dari mereka mengendarai sepeda motor, mereka tidak bisa dihubungi, sehingga perlu menunggu kedatangan mereka untuk menjelaskan bahwa pertemuan dibatalkan. Irina meminta aparat dan massa untuk bersabar. Sementara itu, pimpinan FAKI bernama Burhanuddin dengan nada keras mengindikasikan adanya kongres kader Komunis di situ. Irina membantah dan mengatakan, “Bagaimana mungkin ini sebuah kongres, kalau hanya akan dihadiri oleh belasan orang dan hanya akan berlangsung beberapa jam saja?” Tapi jawaban ini tak digubris. Sekali lagi Irina menyatakan bahwa mereka bisa melihat sendiri apa yang akan terjadi di dalam pertemuan, jika pertemuan tetap boleh diselenggarakan. Setelah beberapa lama wakil-wakil massa bergantian berbicara, pembicaraan pun diakhiri dengan kesepakatan: pertemuan batal, tetapi Irina berulang-ulang meminta dengan sangat agar aparat dan semua pihak menjamin keamanan dan keselamatan semua orang yang ada di tempat. Baru saja pembicaraan berakhir dan saling bersalam-salaman, di luar terdengar keributan dan teriakan-teriakan. Irina minta aparat segera melihat dan mengamankan situasi, tetapi nampaknya aparat kurang sigap. Seorang pemuda yang masih memakai helm masuk ke pekarangan dalam Shanti Dharma sambil menutup rapat mulutnya dengan tangan kanannya. Irina segera menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi. Dia menjawab: saya dipukul. Bibirnya pecah, mukanya sembab. Beberapa aparat mengelilingi si pemuda; bukannya segera memberikan bantuan, tapi bertubi-tubi meminta data dan memotret KTPnya. Pemuda itu berinisial A, datang ke lokasi untuk mengantarkan bapaknya. Dengan suara lirih ia meminta supaya Bapaknya dibantu. Ia mengatakan bapaknya dipukuli dan terkapar di luar. Beberapa aparat segera keluar mencari tahu, tapi tak seorang pun bisa memberikan penjelasan di mana sang Bapak berada. Irina panik, berusaha mencari bantuan dan segera menelpon seorang kawan. Tak lama kemudian Irina mendapat informasi akan ada bantuan ambulans dari kawan-kawan untuk korban luka. Sesaat kemudian, masuk dua pemuda lainnya. Mereka juga mengaku dipukuli: yang satu mata kanannya memar dan merah, yang satu lebam pelipisnya. Irina hanya bisa menenangkan mereka dan meminta maaf karena tidak mengantisipasi kejadian ini. 12.00 Dengan tergesa-gesa, aparat menyarankan peserta dan panitia segera meninggalkan lokasi. Irina masih terus mendesak supaya para korban diberi bantuan lebih dulu sebelum pulang, tapi permintaannya tidak digubris aparat. Irina bahkan mengatakan bahwa sudah ada ambulans yang dikirim kawan-kawan ke lokasi untuk membawa korban ke Rumah Sakit, tapi lagi-lagi diabaikan. Aparat bahkan memberikan instruksi supaya semua segera berkemas meninggalkan tempat, karena dikhawatirkan akan ada penyerangan lagi. Akhirnya, dengan kendaraan (sepeda motor) masing-masing, semua meninggalkan lokasi dengan dikawal Polisi. Sampai beberapa kilometer kemudian, Polisi yang mengawal berbalik arah dan melepas orang-orang yang dikawalnya. Kira-kira jam 13.30, setelah tiba di sebuah tempat yang aman, Irina baru berhasil memperoleh informasi: Bapak yang sempat terkapar tadi berhasil diselamatkan oleh seorang kawan yang tiba di lokasi secara bersamaan, dan dilarikan dengan menggunakan sepeda motor. Kawan yang menyelamatkannya itu ternyata juga menjadi korban anarkis massa dan mengalami pusing berat di kepalanya. Dengan demikian, seluruhnya ada lima korban dengan berbagai luka fisik: Seorang pecah bibir dan lebam mukanya, seorang memar dan merah matanya, seorang lebam pelipis kirinya, seorang (62 tahun) sempat terkapar dipukul tengkuknya, dan seorang lagi keningnya ditendang dengan sepatu lars. Korban yang terakhir ini menyelamatkan diri dengan mengendarai sepeda motor dan memboncengkan korban ke-4 dalam keadaan pusing berat, menempuh jarak tak kurang dari 150 kilometer dari Jogjakarta menuju tempat tinggalnya.
Posted on: Fri, 01 Nov 2013 09:13:07 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015