Marah, kesal, miris tapi juga sekaligus geli. Alangkah naifnya - TopicsExpress



          

Marah, kesal, miris tapi juga sekaligus geli. Alangkah naifnya lembaga sekelas KPK melakukan tindakan yang tidak masuk akal, dan (maaf) menurut saya sangat ceroboh sekali. Teringat oleh saya, bagaimana semangat dan ngototnya KPK saat akan menyita mobil-mobil Ustadz LHI di kantor DPP PKS (7/5/2013). Dimana proses penyitaan itu dilakukan pada malam hari dan tanpa membawa surat bukti penyitaan pula. Sehingga tak heran jika tindakan unprosedural itu mendapat perlawanan (pencegahan) dari pihak keamanan DPP PKS yang bertugas pada malam kejadian itu. Dan teringat juga oleh saya, bagaimana gencar dan masifnya awak media (cetak, elektronik, social media) memblow-up peristiwa itu selama berhari-hari dalm bentuk berita yang “miring” semua. PKS melawan KPK, PKS tidak kooperatif terhadap KPK, PKS tidak mendukung pemberantasan korupsi di Indonesia dan lain sebagainya. Itulah judul dan isi berita yang beredar di masyarakat ketika itu. Tak ada satupun media yang mengupas atau mengangkat isu tentang kelalaian KPK dalam melakukan proses penyitaan tersebut. Semua media sepakat serta beramai-ramai menyalahkan dan membantai PKS, yang memang sudah menjadi “pesakitan” sejak ditangkapnya Ustadz LHI lantaran dituduh terlibat dalam kasus suap impor daging sapi (30/1/2013). Sangat kontras dengan kejadian sekarang, dimana adanya pengembalian salah satu mobil yang disita oleh KPK kepada PKS, hampir tak ada media yang bersedia memblow-up-nya. Mereka pura-pura (atau) tidak tahu. Karena bagi media (sekuler), berita ini sangat tidak menarik dan tidak menguntungkan. Jika berita ini diangkat, mereka khawatir justru akan menjadi bumerang bagi mereka. Dimana akan memberikan dampak positif bagi PKS, akan membersihkan nama PKS. Dan yang paling mereka takutkan adalah masyarakat akan berbalik simpati kepada PKS, kemudian menghakimi KPK dan media yang telah melakukan tindakan sewenang-wenang kepada PKS. Itulah yang tidak mereka harapkan sama sekali. Naif memang… Berita tentang pengembalian mobil fortuner ini justru banyak beredar di dunia maya melalui media social, yang itupun sebagian besar dilakukan oleh web/situs milik kader-kader PKS. Untuk itu, saya menaruh respek dan sangat salut dengan kerja rekan-rekan PKS yang jatuh bangun meng-counter berita-berita miring tentang PKS. Karena memang tak bisa berharap banyak dari media-media (sekuler) tersebut. Namun dibalik semua itu, terkait dengan salah sita yang telah dilakukan oleh KPK terhadap harta (mobil) Ustadz LHI, disini saya mencatat beberapa sikap arogan KPK yang memang belum (tak pernah) berubah, yaitu mobil yang disita itu disuruh ambil sendiri oleh pihak PKS (15/6/2013), tidak adanya permintaan maaf dari pihak KPK kepada PKS, terutama kepada Ustadz LHI. Walaupun memang ada pernyataan dari jubir KPK (Johan Budi) mengenai proses pengembalian mobil tersebut, tapi isinya bukanlah permintaan maaf. Serta belum adanya niat untuk memulihkan nama baik Ustadz LHI dan juga PKS yang telah tercemar. Menurut saya, sebagaimana dulu getol dan gencarnya KPK dan media meng”hakimi” Ustadz LHI dan juga PKS, sebegitu pula hendaknya mereka bisa berlaku adil dan profesional terhadap permasalahan ini. Namun sayangnya, keegoisan dan “kebencian” kepada PKS menutup mata dan hati mereka.
Posted on: Sun, 16 Jun 2013 17:16:51 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015