Mimpi tentang Indonesia Hilang Penulis : Wisnu Nugroho A - TopicsExpress



          

Mimpi tentang Indonesia Hilang Penulis : Wisnu Nugroho A Moderator Febri Diansyah dari ICW, peneliti Fakultas Ekonomi UGM Rimawan Pradiptyo, dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Acep Iwan Saidi, peneliti LIPI Syamsuddin Haris, dan Luky Djuniardi Djani dari Institute for Strategic Analysis (dari kiri ke kanan) menjadi pembicara dalam diskusi panel harian Kompas bersama Lingkar Muda Indonesia di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (12/9). Diskusi bertajuk ”Pemimpin yang Menyelesaikan Masalah” antara lain membahas kepemimpinan yang diharapkan rakyat muncul dalam Pemilihan Umum 2014. JAKARTA, KOMPAS — Demokrasi yang tumbuh setelah reformasi dan gaduh dengan banyak isu tidak memunculkan mimpi tentang Indonesia. Upaya mencari pemimpin dalam pemilihan umum juga kerap terjebak dalam pesona pribadi kandidat tanpa tahu apa mimpi mereka tentang Indonesia. Demikian salah satu topik bahasan diskusi Lingkar Muda Indonesia dengan tema ”Pemimpin yang Menyelesaikan Masalah” di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (12/9). Hadir sebagai pembicara peneliti senior Pusat Peneliti Politik LIPI Syamsuddin Haris, Ketua Forum Studi Kebudayaan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Acep Iwan Saidi, Deputi Peneliti dan Basis Data Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM Rimawan Pradiptyo, serta peneliti Institute for Strategic Analysis Luky D Djani. ”Sekarang, yang ada kita terpesona pada personalitas. Tidak pernah kita bertanya mimpi para kandidat. Kita belum menentukan ke mana arah mimpi kita tentang Indonesia,” ujar Luky. Syamsuddin menambahkan, tidak hadirnya mimpi tentang Indonesia karena skema pemilu tidak membuka mekanisme bagi publik menguji mereka. Salah satu mimpi yang tidak muncul adalah soal kekayaan sumber daya alam Indonesia yang dikuasai asing. ”Belum satu pun pemimpin punya mimpi jelas soal ini. Apakah akan dinasionalisasi atau mengambil langkah radikal. Yang jelas, bukan suatu langkah biasa- biasa saja,” ujarnya. Kritik disampaikan juga kepada kandidat yang dari hasil survei tinggi elektabilitasnya tetapi selalu bilang ”tidak mikir” ketika ditanya pencalonannya. Mengenai konvensi, apresiasi diberikan. Kritik diberikan untuk potensi konvensi jadi semacam kontes pencarian bakat. Anggota komite konvensi, Effendi Gazali, yang hadir sebagai peserta diskusi, diberi ”tugas” untuk meminimalkan potensi ini. (INU) #ArjunaIreng
Posted on: Fri, 13 Sep 2013 03:58:45 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015