NASIONALISME #PERSEBAYA (1927) Nasionalisme adalah masalah sikap, - TopicsExpress



          

NASIONALISME #PERSEBAYA (1927) Nasionalisme adalah masalah sikap, tentang keluasan hati dan keberanian untuk menepikan ego untuk sesuatu yang lebih besar. Saya kira, dengan prinsip nasionalisme ini, kita bisa belajar banyak dari klub bernama #PERSEBAYA yang bermain di Liga Primer Indonesia, dan dinaungi PT #PERSEBAYA Indonesia. Klub yang kita kenal dengan nama #PERSEBAYA (1927). Saat ini, nasib #PERSEBAYA di ujung tanduk, karena PSSI tidak mengakuinya dan tak memasukkan klub berjuluk Bajul Ijo itu dalam skema unifikasi liga. PSSI menganggap #PERSEBAYA yang bermain di Liga Super Indonesia adalah #PERSEBAYA yang sah. Tidak boleh ada dua #PERSEBAYA dalam satu liga. Namun di tengah tekanan itu, #PERSEBAYA (1927) justru menunjukkan, bahwa badai dan awan gelap tak akan menutup cahaya benderang di lapangan hijau. Tiga pemain klub itu justru menjadi kunci tiga tim nasional Indonesia dan dua di antaranya adalah ikon. Evan Dimas Darmono menjadi ikon dan kapten Tim Nasional U-19, Andik Vermansyah menjad ikon Tim Nasional U-23, dan Taufiq menjadi kesayangan pelatih Jacksen F. Tiago di Tim Nasional Senior. Menarik, #PERSEBAYA justru tidak berupaya menjadikan para pemain mereka sebagai alat tawar-menawar dengan PSSI. Kendati dalam kondisi terpuruk, manajemen #PERSEBAYA mengikhlaskan tiga pemain binaan kompetisi internal klub-klub pemegang saham PT #PERSEBAYA Indonesia itu bermain untuk tim nasional. CEO dan salah satu pemilik saham #PERSEBAYA, Cholid Goromah, menegaskan, pihaknya tidak akan menghalangi pemain untuk memperkuat timnas. Ia mempersilakan PSSI memilih pemain #PERSEBAYA mana saja yang layak memperkuat negara dalam turnamen resmi. "#PERSEBAYA mengutamakan kepentingan negara dan bangsa," katanya dalam sebuah percakapan dengan beritajatim. Goromah seperti ingin menegaskan, bahwa sikap #PERSEBAYA tak berubah sejak dulu didirikan pada 18 Juni 1927. Klub ini menaungi klub-klub amatir di Surabaya untuk menjadi alat perjuangan di lapangan hijau, menunjukkan bahwa bangsa ini ada dan tak mati. Kita merdeka, ketika kita berani menunjukkan sikap kita, pendirian kita. Sikap #PERSEBAYA ini bertolak 180 derajat dengan sikap klub-klub Liga Super Indonesia yang dulu pernah melarang para pemain memperkuat tim nasional resmi. Ini dikarenakan klub-klub tersebut kala itu berseberangan kebijakan dengan PSSI dalam urusan kompetisi. Alhasil, tim nasional yang dibesut Nil Maizar kala itu memilih pemain di tengah keterbatasan. #PERSEBAYA yang tercatat di dua lembaga sepakbola dunia, FIFA dan AFC, adalah #PERSEBAYA yang dimiliki PT #PERSEBAYA Indonesia. Nama #PERSEBAYA di IPL pun masih tercantum di situs resmi FIFA. Tanpa mengakui #PERSEBAYA (1927), PSSI sebenarnya menggali persoalan baru. FIFA menolak jika timnas diperkuat pemain dari klub yang tidak diakui federasi. Kita khawatir, ini menjadi isu bagi negara lawan untuk mempersoalkan posisi Indonesia dalam laga internasional. Ambiguitas ini akan makin tampak, jika Andik Vermansyah kelak benar-benar dikontrak klub di Jepang. Posisi klub asal-muasal Andik harus jelas, dan mau tidak mau itu berarti menyebutkan nama #PERSEBAYA (1927) dalam proses transfer atau perpindahan pemain tersebut. Namun di negeri ini, penjelasan bisa diproduksi. Demikian juga dengan alasan. Namun apapun alasan dan penjelasan, semua tidak akan menutupi fakta, bahwa klub bernama #PERSEBAYA (1927) telah membuktikan, bahwa nasionalisme tak hanya dalam lisan, namun juga sebuah pelaksanaan sikap. Pelaksanaan kata-kata. Selamat berjuang Evan, Andik, dan Taufiq. Kalian telah menunjukkan bahwa tak ada cerita Surabaya mengkhianati ibu pertiwi. [beritajatim]
Posted on: Tue, 08 Oct 2013 19:26:25 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015