Pagi itu masih berselimut kabut.Di sebuah garasi agen bus lintas - TopicsExpress



          

Pagi itu masih berselimut kabut.Di sebuah garasi agen bus lintas jawa, tampak seorang gadis sedang berdiri sendirian, terus memegangi hpnya. Sambil membenahi jilbab hitam dan kemeja berwarna biru lembayungnya, sesekali dia memandangi pintu masuk dan sedikit gelisah. “ mau kemana, dek?”, seorang pria setengah baya menghampirinya dengan niat ingin membantu. “ mau ke tempat teman saya, pak. Ini lagi tunggu dijemput “, gadis itu menjawab sambil tersenyum ramah. Dan pria itupun berlalu. Gadis itu kembali memandangi pintu masuk lalu melihat hpnya yang ternyata sudah mati sejak tadi. Karena itulah dia tampak agak gelisah. Namun dia berusaha untuk terlihat tenang. Duh….mudah-mudahan Ercham membaca sms terakhirku tadi..dan sudah menuju kesini….batinnya dalam hati. Gadis itu bernama Indah. Sangat wajar untuknya merasa sedikit gelisah. Bahkan seharusnya dia jauh lebih gelisah dari itu. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya dia menginjakkan kaki di tempat ini. Tempat yang berjarak ribuan kilometer dari tempat asalnya. Dia berasal dariSulawesi Tengah. Sementara saat ini, dia sedang berada di daerah Gunungkidul, Jogjakarta. Terlebih lagi, hanya sendirian. Dua hari sebelumnya dia masih berada di Bandung, dirumah kakak sepupunya. Lalu pamit ke Jakarta, dan kemarin terus menuju Jogja dengan menumpangi bus. Dia awalnya berangkat dari Palu menuju Jakarta untuk mengikuti sebuahseminar bisnis di senayan. Tapi terjadi hal di luar rencana. Dia tiba-tiba jatuh sakit setibanya di Jakarta, dan sempat dirawat di rumah sakit. Dengan kondisi lemah, dia tetap mengikuti seminar dan kegiatan lainnya. Tapi saat harus pulang bersama teman-temannya, terpaksa dia menunda kepulangannya. Karena kakak sepupunya memintanya untuk berkunjung ke Bandung terlebih dahulu, sekalian memulihkan kondisinya. Indah Pada Waktunya Indah menarik napas panjang, menikmati udara pagi yang begitu sejuk. Membiarkan udara bersih itu perlahan mengisi rongga dadanya. Menggelitik sebuah tanya yang tersimpan jauh di lubuk hatinya. Bahkan tanpa disadarinya. Tidak terbesit sedikitpun pertanyaan mengapa dia bisa begitu nekad sampai di tempat ini, hanya untuk silaturahmi dengan teman kerjanya itu. Ercham adalah rekan kerjanya saat dia masih bekerja di sebuah hotel di kota Palu. Tapi mereka sudah tidak bertemu lagi selama dua tahun ini. Karena Ercham terpaksa harus pulang ke jawa waktu itu. Mereka sama sekali tidak memiliki hubungan yang spesial. Hanya sesekali Ercham mengantarnya pulang, saat kebetulan Indah mengisi shift sore atau malam. Awal berkenalan, Indah memang merasa simpati dengan pembawaan Ercham yang kalem, sopan dan rapi. Seterusnya, mereka hanya bertemu sesekali. Karena Indah hanya bergelut dengan tugas keuangannya setiap hari, di dalam ruangannya. Sementara Ercham sibuk dengan pekerjaannya di bagian kasir depan. Hingga setahun kemudian, Indah harus membuatkan surat pengalaman kerja untuk Ercham saat dia pamit untuk pulang ke jawa bersama sepupunya Bagus. Tiba-tiba Indah menangkap bayangan orang yang dikenalinya sedang mengendarai sebuah motor bersama satu orang lainnya, memasuki area garasi itu. Alhamdulillah….akhirnya Ercham datang juga. Indah tersenyum lega saat Ercham dankawannya yang juga ternyata dikenalinya, berhenti tepat didepannya. “ eh, ada Bagus juga….” Indah segera menyalaminya, lalu melihat ke arah Ercham yang hanya diam sambil tersenyum. “ yuk, ….”. Ercham memberi isyarat agar Indah naik ke motor bersamanya. Merekapun berlalu dari tempat itu. *** Bagaimana ini?....apa yang terjadi?.....Indah terus bergelut dengan hatinya. Karena tanpa disadari, dia dan Ercham telah mengungkapkan rasa masing-masing. Sementara….sebenarnya saat ini dia sedang dalam posisiberencana menikah dengan Rama. Ya, Rama adalah seorang ikhwan yang sudah setahun ini mengisi hatinya. Dan mereka sudah memiliki rencana untuk menghalalkan hubungan mereka di atas ikatanpernikahan. Ingatan Indah tiba-tiba membiaskan lagi kejadian saat Rama berpamitanpadanya untuk berdakwah selama 4 bulan lagi. Rama adalah seorang jamaah tabligh yang berjuang menebarkan keindahan islam dengan dakwahnya. Indah sangat mendukung perjuangan Rama itu. Namun….saat itu dia sama sekali kecewa. Karena sebelumnya mereka sudah salingberjanji untuk memperteguh hubungan mereka dengan niatankhitbah dari Rama. Indah tidak menyangka kalau Rama malah akan pergi. Yang akhirnya meringankan lisannya untuk berucap, “ maaf Rama….aku akan coba untuk menunggumu, namun….aku tidak bisa berjanji untuk menolak, saat ada seseorang yang mungkin akan hadir di selang waktu kepergianmu, yang punya niatanbaik untukku..” Ramapun hanyaterdiam. Bukan tanpa alasan Indah berucap seperti itu. Karena dirinya sedang dalam tahap dimana dia benar-benar mengharapkan segera menikah untuk menghalalkan hubungannya dan memberinya rasa aman sebagai seorang wanita muslimah. Mengharapkan segera menemukan sosok imam bagi hidupnya kelak. Dan untuk itu, sudah beberapa kali dia berikhtiar untuk menemukan orang yang cocok. Namun belum juga bertemu dengan belahan jiwa yang diridhai oleh Allah. Harapan terakhirnya kali ini adalah bisa bersama dengan Rama, yang memang sudah dikenalnya sejak kuliah dulu. Bahkan sudah banyak suka duka yang mereka lalui. Masing-masing orang tuapun sudah sama-sama ridha. Namun Rama belum juga menyampaikan niatnya langsung pada ibu Indah. Tiba-tiba lamunan Indah dibuyarkan oleh suara kak Lika. “ gimana?, udah saatnya check in,dek. Kok melamun?....” “ ah ya kak. Kalau begitu aku masuk dulu ya. Terima kasih dah mau nganter. Salam buat tante Hasnah. “ Indah memeluk kak Lika dengan hangat, lalu segera memasuki terminal keberangkatan bandara. Sambil menunggu antrian check in, Indah sesekali melihat ke hpnya. Setelah mendapatkan boarding pass, diapun segera memasuki ruang tunggu. Wajahnya terlihat bingung dan gundah. Apakah ini suatu kesalahan?...ya, tentu saja ini salah. Kok bisa-bisanya aku membiarkan ini semua menjadi seperti ini. Sambil menahan napas, dia memencet tombol di hpnya….. “ halo, assalamu’alaykum er….” “ wa’alaykumsalam….gimana?, dah mau berangkat nih?...” “ er…ada yang mau aku omongin….” Indah mencoba menata lisannya dengan hati-hati. “ Sebenarnya….saat ini aku sedang ada hubungan dengan seseorang. Dan kami sudah berniat untuk menikah. Maaf, kemarin aku tidak sempatcerita. Karena itu….aku tidak bisa nerusin semua ini. Sekali lagi maaf….” “ gak….pokoknya aku gak mau tahu..” “ tapi…” “ itu saja….ok..” Ya Allah…..malah jadi seperti ini. Bahkan Ercham tetap teguh. Indah menarik napas panjang. Dadanya terasa begitu sesak. Semua rasa berbaur menjadi satu. Tidak bisa dia pungkiri, dia memang teramat simpati pada Ercham. Terlebih, dengan suasana yang begitu akrab dengan keluarga Ercham kemarin. Entah kenapa, rasanyaseperti tidak asing sama sekali dengan rumah si mbah, lingkungannya, orang-orang yang menyapanya saat shalat tarawih dan subuh berjamaah di mesjid. Apalagi pada si mbah putri, yang begitu ramah padanya. Ada rasa yang begitu damai dengan semua hal di Gunungkidul kemarin. Walaupunhanya sehari. Ya….hanya sehari…. Karena itulah, tanpa sadar air matanya tumpah saat berada di kereta menuju kembali ke Jakarta. Ada rasa haru dan rindu yang teramat dalam, saat harus meninggalkan Ercham dansemua hal yang ditemuinya di Gunungkidul. Rasa itu terus menyelimutinya seharian di Jakarta, hingga akhirnya dia menceritakan itu ke Ercham. Dan, saat itulah perasaan keduanya terungkap begitu saja…..ternyata Ercham sudah menyimpan rasa simpati padanya sejak bertemu di hotel dulu. Pantas saja, Ercham tetapsesekali menghubunginya selamadua tahun belakangan ini. Indah sama sekali tidak menyadari sebelumnya. Hhhh….kembali Indah mencoba membuang rasa sesak itu. Hingga akhirnya sms Ercham yang terakhir masuk, sebelum pesawat take off dari bandara Soekarno Hatta saat itu… “ selamat jalan sayang…semoga selamat sampai tujuan…” *** Malam yang dingin menyelimutikota Palu saat itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 dinihari. Dan Indah masih terjaga…..siang tadi, dia sudah tiba dengan selamat di rumah. Ibu , kakak-kakak dan ponakannya menyambut dengan begitu bahagia. Karena sebelumnya mereka sempat khawatir dengan kabar saat dia harus dirawat di rumah sakit Jakarta. Setelah membuka oleh-oleh dari kak Lika dan Ercham, Indahpun mengajak ibunya untuk bicara berdua. Rasanya sudah tidak sabar. Diceritakannya semua yang sudah dialaminya, khususnya pertemuannya dengan Ercham dan keluarga di Gunungkidul. walau sebelumnya, Indah memang sudah pamit untuk silaturrahmi ke tempat Ercham pada ibunya. Tapi banyak hal yang harus disampaikannya. Dan tiba-tiba Indah tertegun saat ibunya tanpa sadar menangis saat melihat foto mbah putri lalu berucap, “ nak….jujur…selama ini, hati ibu memang agak ragu dan berat dengan hubunganmu dan Rama.Tapi ibu mencoba untuk mengikhlaskan semuanya pada Allah….asal kau bisa bahagia. Namun….saat mendengar ceritamu tentang Ercham…..hatiibu terasa begitu ringan dan pintu hati ini seakan terbuka begitu lebar untuknya…ibu juga tidak tahu kenapa. Sekarang….semua kembali kepadamu. Cobalah berpikir dengan tenang dan meminta petunjuk dari Allah…” Dengan perlahan Indah membasuh kedua tangannya…diambilnya air wudhu dengan khusyuk dan akhirnya menenggelamkan gelisah, tangis dan keragu-raguannya dalam sujud shalat istikharah dan tahajud malam itu…. “ Ya Allah…ya Rabb….berikanlahapa yang terbaik bagiku menurutilmuMu….teguhkan hatiku padanya….dan hilangkan keraguan pada yang lainnya…amin…… *** “ Sesungguhnya laki-laki yang baik itu adalah untuk wanita yang baik pula. Begitupun sebaliknya…..” Sore itu, wajah Indah terlihat begitu cerah dan tenang…..tak ada lagi rasa ragu dan kalut yang menyelubungi kalbunya. Ya….hatinya sudah menetapkanpilihan…dan dia yakin inilah yang terbaik untuk semuanya. Tanpa terasa sudah dua bulan berlalu setelah kepulangannya dari Jakarta. Dan hari itu Indahsudah menghubungi adik Rama untuk memintanya ke rumah malam itu. Karena Rama baru saja kembali dari perjalanan dakwahnya beberapa hari yang lalu. Indah segera ingin bertemu.Setelah kurang lebih 4 bulan lamanya menunggu kepulangan Rama, tanpa komunikasi sama sekali. Ibu dan saudara-saudaranya juga sudah mengetahui niatnya untuk bicara dengan Rama. Indah ingin menceritakan semuanya. Sebagai bentuk keterbukaan mereka. Sehingga saat Rama datang, merekapun membiarkan keduanya leluasa mengobrol. Walaupun Indah tahu, kak Ahmad tetap terjaga di kamarnya yang tepat berada di sebelah ruang tamu. Bismillahirrahmanirrahim…..Indah menata perasaannya dalam hati sebelum memulai bicara pada orang di hadapannya. Orang yang selama lima tahun ini sudah dikenalnya. Awalnya hanya sebagai teman sekampus, hingga akhirnya mereka telah mengikat hati untuk berniat menyatukannya dalam ikatan ridha Allah. Orang yang selama ini sudah begitu banyak membantu dan mendukungnya dalam segala hal. Orang yang selama ini sudah cukup menghabiskan tawa dan air mata bersama. Orang yang sudahmenyayanginya dengan tulus. Ya, begitu banyak kebaikan yangsudah diberikan untuknya dari sosok lelaki di hadapannya saatitu. Dan malam ini, biarlah Allah dan malaikat menjadi saksi dari keputusannya. Hasil dari istikharahnya….dari tahajud tahajud penenang hatinya selama ini… *** Alhamdulillah…..segala puji hanya bagi Allah…..atas segala nikmat dan karuniaNya….atas perkenan terhadap doa-doa hambaNya yang memasrahkan diri….. Siang itu matahari menyinari begitu cerah….namun rasanya begitu sejuk dan syahdu dalam hati Indah. Sudah tepat lima bulan setelah kepulangannya dari Jakarta. Indah sedang duduk sendiri dalam kamarnya yang berhiaskan sutera dan bunga-bunga. Sehelai jilbab putih dan kebaya putih membaluti tubuhnya yang membiaskan kemantapan hati dan rasa syukurnya yang tak terhingga. Terima kasih ya Allah….terima kasih ibu….akhirnya hari ini dirinya akan dipersatukan dengan pasangan hidupnya. Dalam ikatan berkah dan ridha Allah…setelah penantian dan pencarian yang lumayan panjang….semuanya ternyata begitu indah pada waktunya. Skenario Yang Maha Kuasa memang teramat indah…. Indah menunduk khusyu sambil mendengarkan dengan seksama aktifitas yang sedang berlangsung di ruang tamu, tepat di sebelah kamarnya. “ dengan ini saya terima nikahnya Marindah binti Muhammad Husain dengan maskawin sebentuk cincin emas dibayar tunai…..”….. Suara orang-orangpun mensyahkan ijab Kabul itu, seiring dengan Indah mengucap hamdalah dan shalawat setelahmendengar suara Ercham tadi…. SEKIAN
Posted on: Wed, 17 Jul 2013 04:16:41 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015