RESIKO PENGGUNAAN DOT By Aimi, Umi Nuril Arifa and Rina Riena in - TopicsExpress



          

RESIKO PENGGUNAAN DOT By Aimi, Umi Nuril Arifa and Rina Riena in Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (Files) • Edit Doc AIMI mengadopsi rekomendasi WHO untuk tidak menganjurkan penggunaan dot atau botol susu pada bayi dan balita. Alasan-alasannya antara lain adalah sebagai berikut: 1. RESIKO BINGUNG PUTING Bingung puting adalah keadaan dimana bayi memilih untuk menggunakan botol dan dot karena cara kerja meminum ASI dari botol dan dot dan payudara berbeda. Melalui botol dan dot bayi tidak harus suckling melainkan hanya sucking. Sedangkan pada payudara bayi harus menggunakan lidahnya untuk merangsang keluarnya ASI. Sedangkan pada botol dan dot bayi hanya menyedot dan aliran ASIP sudah keluar dengan derasnya. Banyak ibu bertanya adakah dot yang menyerupai payudara ibu dapat mencegah bingung putting.. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun dot yang menyerupai payudara ibu. Bentuk dot yang ada saat ini memudahkan susu menetes tanpa bayi harus berusaha menghisap. Masalah muncul ketika bayi merasa harus “bekerja keras” menghisap payudara ibu agar ASI dapat keluar. Sementara bayi sudah terbiasa dengan aliran susu dari dot. Bayi biasanya akan kesal dan menolak untuk menyusu langsung. Beberapa akibat juga mempengaruhi si ibu sendiri seperti payudara bengkak dan berkurangnya ASI. Pada sebagian bayi memang tidak tampak bingung puting, namun harus disadari bahwa setiap bayi berbeda. Ada bayi yang setelah beberapa waktu menggunakan dot baru terkena bingung puting, namun ada juga yang langsung terkena dampaknya. Bingung puting juga tidak mengenal usia. Bisa terjadi pada bayi baru lahir, namun bisa juga terjadi pada bayi yang sudah besar. 2. RESIKO TIDAK HIGIENIS LEBIH TINGGI Dot itu sendiri tidak dapat dikatakan higienis sedangkan higienitas adalah hal mutlak bagi bayi karena sistem imunnya yang belum matang. Perlu diingat bahwa bakteri mudah berkembangbiak pada kondisi hangat. Setiap kali habis dipakai dot harus langsung dibersihkan. Bila dot berada dalam kondisi terbuka terlalu lama ataupun terjatuh juga harus segera disingkirkan. Belum lagi sisa lemak yang menempel di sela-sela dot yang sulit untuk dibersihkan. Jika hal-hal ini diabaikan dapat mengakibatkan muntah, diare, kolik dan sebagainya. 3. RESIKO KERUSAKAN GIGI Penggunaan dot mempengaruhi bentuk kesehatan gigi-geligi dan otot area mulut. Penggunaan dot dalam jangka panjang dapat merusak gigi anak (karies). Sebuah penelitian menemukan bahwa anak ASI yang tidak pernah mengenal dot (dan empeng) akan tumbuh dengan memiliki wajah yang lebih proporsional. Bentuk gigi-geliginya lebih sempurna dibanding bayi yang mengenal dot. Menyusu langsung pada payudara bukan hanya untuk membuat bayi kenyang saja. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang kompleks, melibatkan seluruh otot yang berada di sekitar mulut dan rahang. Mulut bayi harus bekerja keras untuk mendapatkan ASI. Sebaliknya pemberian ASI (dan pengganti ASI) melalui dot tidak merangsang bayi untuk belajar dan bekerja menghisap. Akibatnya, kekuatan otot-otot tersebut melemah, sehingga kemampuan bicara menjadi terhambat.. Kurang lebih sama perbandingannya seorang penari yang otot-ototnya lentur karena sering berlatih dengan yang jarang atau malas berlatih 4. RESIKO INFEKSI TELINGA Otitis Media merupakan infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Struktur saluran telinga pada bayi lebih dekat dengan daerah mulut dan belum memiliki sistem proteksi yang kurang baik dibandingkan struktur telinga orang dewasa. Oleh karena struktur ini, gangguan pada daerah mulut akan memudahkan terjadinya gangguan pada struktur telinga bagian tengah. Pada pengguna Dot ditemukan kasus Otitis media yang meningkat. Barangkali kejadian ini terkait dengan gangguan pertumbuhan gigi dan meningkatnya kemungkinan infeksi pada penggunaan dot yang tidak higienis. Para peneliti di AAP (American Academy of Pediatry) menyarankan untuk mengurangi atau menghentikan secara total penggunaan dot untuk menghindari terjadinya Otitis Media. Masalah muncul pada penggunaan dot adalah jika susu tetap keluar walaupun anak tidak menyedot, misalnya karena tertidur. Di sisi lain, saat anak tidur otot-ototnya menjadi rileks, termasuk otot yang menyusun saluran eustachius sehingga saluran tersebut terbuka. Nah, susu yang tetap keluar tadi bisa-bisa bukannya tertelan, namun masuk ke dalam saluran eustachius dan memenuhi rongga pada telinga tengah. Hal ini mungkin terjadi, apalagi pada anak yang menyusu botol dalam keadaan berbaring. Cairan yang terkumpul di telinga tengah kemudian dapat menjadi media infeksi bakteri. Selain itu, adanya cairan di belakang gendang telinga akan mengganggu proses transmisi suara. Akibatnya, anak menjadi sulit mendengar. Fungsi telinga dapat kembali normal apabila cairan tersebut dibuang. 5. KESULITAN MENYAPIH Menyapih anak dari dot bisa jadi lebih sulit dibanding menyapih dari payudara. Sedangkan bayi yang tidak menggunakan dot kita tidak usah memikirkan bagaimana menyapih dari gelas kan? Karena seumur hidup kita akan minum menggunakan gelas. 6. TIDAK MENGGUNAKAN DOT BISA MEMBANTU MENJAGA BONDING IBU DAN ANAK Kenapa demikian? Karena bayi mendapatkan kepuasan oral hanya dari puting payudara ibunya tidak dari puting botol dan dot. Sehingga bayi akan selalu menunggu saat-saat bisa menyusu langsung pada ibunya bila ada kesempatan. Hal ini penting untuk menjaga bonding ibu dan bayi terutama bagi ibu bekerja yang terpaksa harus meninggalkan bayinya selama beberapa jam setiap harinya. Yang beresiko adalah ketika ibu harus meninggalkan bayi selama beberapa hari. Bayi yang biasanya bisa menyusu secara langsung pada waktu sore dan malam ketika ibunya di rumah, mendadak harus terus diberi dot selama 24 jam. Setelah ibunya pulang, banyak kasus dimana tiba-tiba bayi menolak menyusu langsung dari ibunya.
Posted on: Tue, 25 Jun 2013 04:47:29 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015