Ramadan memang bulan berkah, tak terkecuali untuk klub-klub top - TopicsExpress



          

Ramadan memang bulan berkah, tak terkecuali untuk klub-klub top Eropa. Sambil meregangkan otot, sekaligus juga piknik di Jakarta, mereka bisa menangguk laba sembari "say hello" kepada para fans yang selama ini secara ikhlas ikut membesarkan nama mereka. Berturut-turut Arsenal, Liverpool, dan Chelsea meramaikan malam-malam Ramadan di Jakarta. Belum sampai dua bulan sebelumnya, tim nasional Belanda sudah lebih dulu mencicipi rumput Stadion Utama Gelora Bung Karno. Tahun sebelumnya, Inter Milan dan Valencia juga berkunjung ke Jakarta. Plus Queens Park Rangers yang bertanding di Surabaya. LA Galaxy juga sempat mencicipi rumput Jakarta. Jika kedatangan klub-klub itu serupa kedatangan “borongan” (atau grosir, mungkin?), maka daftar itu bisa lebih panjang lagi jika menghitung kedatangan secara "eceran" nama-nama seperti Cesc Fabregas, Radja Nainggolan, Pepe, dan beberapa nama lainnya. Juga pemain-pemain yang sudah gantung sepatu yang kadang datang secara "eceran", kadang secara "borongan" macam EPL Master atau Milan Glory. Anda pusing dengan daftar yang bejibun itu? Jangan dulu pusing. Saya akan menderetkan daftar yang bahkan jauh lebih panjang lagi. ***** Berdasarkan catatan sejarah, kedatangan klub-klub dan timnas ke Indonesia sudah terjadi sejak dulu. Terhitung sejak negara kita memiliki kedaulatan penuh, sudah ada beberapa klub dan timnas yang berkunjung ke tanah air kita. Selama lebih kurang tiga tahun pertama (1951-1954), beberapa klub asing sudah berkunjung ke tanah air. Sino Malay (Singapura) tercatat sebagai klub pertama luar negeri yang berkunjung ke Indonesia. Empat pertandingan pada tahun 1951 yang dilakoninya itu ketika menang 3-0 atas Persija Jakarta, kalah 1-4 dari UMS (klub intern anggota Persija), seri 1-1 dengan BBSA (klub intern anggota Persija), dan kalah telak 0-6 dari timnas Indonesia. Sejarah pun mencatat bahwa pertandingan timnas Indonesia pada 21 Februari 1951 itulah yang dicatat sebagai debut bagi timnas Indonesia. Setahun kemudian, Aryan Gymkhana India (Mei 1952) dan Nan Hua Hongkong (Juni 1952) menjadi klub asing berikutnya. Setelah itu, giliran Manila Interport Filipina (Juni 1953), Malays Football Association Singapura (Juli 1953), Futbalski Savez Yugoslavia (Agustus-September 1953), dan Tiger Sporting Association Singapura (November 1953). Sebagai catatan, Aryan Gymkhana dan Nan Hua yang bernama "Inggris" sebagai South China Athletic Association berkunjung lagi ke Indonesia pada 1953. Pada 1954, giliran G.A.K. Graz Austria (Juli 1954) dan F.F. Kalmar Swedia (November-Desember 1954) menginjakkan kakinya di tanah air. Setelah itu, sejak 1955, dimulai Grasshoppers Swiss (Februari 1955) hingga timnas Belanda (Juni 2013) berdatanganlah beberapa tim, yang bukan hanya klub, tetapi juga beberapa timnas. Akhir 1950-an dan awal 1960-an, beberapa klub dan timnas yang berkunjung ke Indonesia lebih didominasi dari Asia Timur dan Eropa Timur. Hal yang wajar karena arah politik negara kita sedang mengarah ke sana. Memasuki era Orde Baru, di luar kesebelasan Asia Tenggara, Csepel (Hungaria), PSV Eindhoven (Belanda), dan Yanmar (Jepang) sudah hadir pada 1970-an. Tidak ketinggalan Benfica (Portugal), Santos (Brasil), dan Independiente (Argentina), serta Rosario Central (Argentina) turut hadir. Jangan lupakan Hamburg SV (Jerman) dan Ajax Amsterdam (Belanda) yang disebut sebagai klub-klub legendaris di negaranya. Kalau mau disebutkan lagi klub-klub semacam Frem (Denmark), Offenbach (Jerman), Espagnola (Spanyol), Go Ahed Eagles (Belanda), dan beberapa klub "kecil" yang umumnya dari Eropa, termasuk klub-klub pecahan dari Uni Soviet, lainnya turut mewarnai. Bahkan jika dilihatnya di era sekarang, Atletico Mineiro (Brasil) yang kini lolos ke babak final Libertadores Cup 2013 sempat mencicipi udara tanah air. Itu semua di tahun 1970-an. Dari beberapa tim luar negeri, klub-klub tampak mendominasi. Kalaupun untuk timnas negara lain bisa dihitung dengan jari. Sebutlah timnas Uni Soviet U-23 dan Cekoslowakia U-23, serta Italia U-21 (1970-an), Paraguay U-23 (1980-an) dan timnas Uruguay serta Belanda di pengujung akhir. ***** Sangat mudah untuk menyebut kedatangan klub-klub atau pemain-pemain, baik secara "borongan" maupun "eceran", terutama beberapa tahun terakhir ini, tak lebih sebagai persoalan jual-beli semata alias hanyalah bisnis. Pertanyaannya adalah apakah jual-beli itu menguntungkan? Secara historis, belum ada rekam jejak yang langgeng. Namun, paling tidak, ada referensi dari catatan sejarah yang menarik untuk kita simak. Majalah Tempo edisi 15 Januari 1983 sudah cukup jeli memotret situasi yang terjadi: "Bola kelihatannya makin menjadi bisnis yang ramai. Paling tidak dalam dua bulan terakhir. Setelah Liga Utama mengeduk keuntungan Rp 15 juta dari pertandingan Brazil All Stars lawan Galatama Selection akhir Desember, 15 Januari ini di Surabaya berlangsung pertandingan sepakbola profesional antara Liga Selection dan Hallelujah...." Purbiantoro, salah seorang pimpinan NIAC Mitra Surabaya saat itu memberikan hitung-hitungannya. "Dua puluh ribu penonton saja yang datang sudah cukup bagus," katanya. Karcis bervariasi, dari Rp 5.000 sampai Rp 1.000. Kalau Stadion Gelora 10 November Surabaya yang berkapasitas 38.000 penonton itu penuh, berarti NIAC Mitra bakal untung besar. Sebagai catatan, ketika itu, Hallelujah memperoleh bayaran 10.000 dolar AS. Keyakinan Purbiantoro ini memang beralasan. Warga Kota Surabaya dikenal fanatik pada sepak bola. Apalagi, selain NIAC Mitra sedang jaya-jayanya, beberapa pemain Galatama Selection pun berasal dari klub Kota Pahlawan itu. Merujuk pada pertandingan Galatama Selection vs Brasil All Stars di Stadion Utama, Senayan, Jakarta (21 Desember 1982), Nobon Noor, ketua panitia penyelenggara yang juga merupakan ketua Presidium Liga hanya mengharapkan kedatangan 50.000 penonton. Faktanya, justru 90.000 penontonlah yang berhasil dijaring. Untuk ukuran masa itu, Nobon Noor mungkin terpesona dengan keuntungan yang mencapai Rp 15 juta yang didapatnya dalam pertandingan 2 x 45 menit. Apalagi kalau diingat di masa itu hampir tak pernah terdengar PSSI bisa untung dari pertandingan sepak bola. Ya, PSSI memang tak pernah untung untuk kegiatan seperti ini. Apalagi di balik keuntungan Brazil All Stars vs Galatama Selection itu terungkap pula kehilangan potensi dari keuntungannya. Masih di edisi yang sama, majalah TEMPO melaporkan: "Keuntungan buat Liga Utama akan menggelembung lagi kalau saja tidak terjadi kebocoran 15% karena penonton masuk tanpa karcis. Karcis yang terjual ketika itu 62.737". Tentang kebocoran tiket ini, majalah TEMPO edisi 26 Februari 1972 pernah menyinggungnya: "Stadion Utama Gelora Senayan pernah diberi alias: Stadion Angker. Soalnya bukan karena banyak setan, tapi uang penjualan karcis dari pertandingan-pertandingan besar sering tidak memadai jumlah penonton yang hadir. Ambil contoh: pertandingan-pertandingan PSSI lawan Csepel dan Hamburg SV mengakibatkan PSSI rugi Rp 1 juta. Meskipun jumlah tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan kerugian yang pernah dicapai sebelumnya, namun dengan jumlah penonton yang lumayan, orang dibikin tidak mengerti, akan sebab-musababnya". Soal animo penonton itu pula yang dibutuhkan oleh Eddy Sofyan sebagai pihak yang mendatangkan AC Milan Italia pada 1994 silam. Rencana kedatangan AC Milan yang sudah menjadi berita besar-besaran setahun sebelumnya berujung kegagalan. Eddy pun trauma. "Saya benar-benar melupakan Milan," ungkapnya sebagaimana dilansir majalah SPORTIF No. 282, 1-15 Juni 1994. Namun, ketika AC Milan hendak datang kembali, Eddy Sofyan benar-benar mengendus peluang. Apalagi, sebelumnya, Sampdoria sukses di Indonesia. Lalu, siapa lawan klub yang pada masa itu Silvio Berlusconi-nya baru saja menjabat sebagai Perdana Menteri Italia yang baru? Persib! Alasan fanatisme-kah? "Mungkin saja, ya. Lihat saja kemarin ketika Sampdoria dipertemukan dengan Liga Selection. Stadion yang berkapasitas 100 ribu orang menjadi penuh. Nah, apalagi kalau Robby Darwis dkk. bermain. Bayangkan. Penggemar AC Milan yang jumlah ratusan ribu orang ditambah dengan penggemar Persib yang dikenal fanatik itu!” demikian majalah SPORTIF dalam edisi yang sama. ***** Kini, apakah kedatangan Arsenal, Liverpool, dan Chelsea ke Indonesia akan mendatangkan keuntungan bisnis? Harusnya, sih, iya. Di atas kertas, sih, mungkin memang begitu. Tapi entahlah. Saya bukan insider dalam perkara satu ini. Lagi pula, menangguk laba atau ketiban rugi dalam soal pentas main bola satu ini bukanlah perkara yang patut untuk terlalu dipikirkan. Tapi sangat menyenangkan membayangkan berapa penghasilan yang didapat para pedagang kaki lima yang berjualan di seputaran Stadion Gelora Bung Karno. Saat laga melawan Arsenal, para pedagang atribut kesebelasan yang bertanding bahkan sampai meluber ke halte bus Trans Jakarta yang jauhnya hampir 1 km dari stadion. Para pedagang kaki lima itu, juga para pengasong makanan dan minuman, biasanya tak banyak berharap dapat meraih pendapatan signifikan di bulan Ramadan. Normalnya memang tak ada pertandingan sepakbola saat bulan puasa seperti ini. Rangkaian pentas main bola di bulan Ramadan yang menyedot banyak perhatian ini jelas jadi angin segar. Mereka bisa berharap asupan rupiah yang mungkin signifikan untuk menghadapi lebaran. Di tengah meroketnya harga-harga bahan pokok, bisa dibayangkan jika mereka melewatinya tanpa pentas main bola satu ini. Terdengar normatif memang bicara tentang para pedagang asongan dan kaki lima itu. Tapi apalagi yang bisa dibicarakan dalam soal kedatangan klub-klub Eropa itu selain hal-hal normatif? Bicara peningkatan prestasi? Atau menimba pengalaman? Lha, bukankah prestasi dan menimba pengalaman adalah puncak dari omong-omong normatif ala sepakbola Indonesia? #Viber Sumber : Detik.bola dicari sukarelawan untuk membantu kami para admin menyebarkan virus perdamaian antar supporter seluruh indonesia. dengan menjadi admin,anda telah bergabung bersama kami sebagai aktifis perdamaian. dicari perwakilan dari : - Aremania - Bonek Mania - Viking/Bobotoh - K-Conk - S-Man - L.A Mania - Persipura Mania - Pasoepati - Panser BIru - Persik Mania - DLL. Yang sudah tergabung dengan kami. - B.C.S/Slemania - Lanus Mania - C.N.F x Persiba Bantul - Banaspati - Ultras Mania x Gresik United - The Jak - Spartacks - Kampak x Psms Medan - Delta Mania ditunggu kesediaan dan kesukarelaan kalian untuk bergabung bersama kami aktifis perdamaian yang ingin mewujudkan perdamaian antar supporter seluruh INDONESIA.
Posted on: Tue, 30 Jul 2013 06:16:04 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015