Rancangan Tuhan yang Terindah Yes.25:1, Yer.29:11, - TopicsExpress



          

Rancangan Tuhan yang Terindah Yes.25:1, Yer.29:11, Rom.8:28 Rom.8:28 adalah ayat yang banyak dipakai untuk menghibur orang untuk memberi kekuatan terutama saat menghadapi pergumulan, saat menghadapi badai di dalam kehidupan ataupun kepada orang-orang yang dikasihinya. Tetapi waktu kita membaca ayat ini, kita mempunyai bayangan yang seperti apa? Saya percaya ayat-ayat ini dipakai oleh saudara-saudara dari luar denominasi yang mengatakan kita adalah anak Raja. Kita tidak akan mengalami kecelakaan, kita tidak akan mengalami penderitaan, semuanya akan berjalan dengan baik. Sebagai anak Raja kita diperlakukan istimewa lebih daripada yang lain. Kita adalah pemenang. Tetapi kenyataan Alkitab berbicara lain. Yang namanya indah, yang namanya rancangan Tuhan pada masa depan, rancangan yang ajaib itu seperti apa? Sdr melihat apa yang terjadi pada Stefanus? Dia melayani Tuhan tetapi dia dirajam sampai mati. Apa yang terjadi dengan Yohanes Pembaptis? Dia dipenggal oleh Herodes. Kenapa? Bukankah dia memberitakan kebenaran? Dia menegur Herodes karena Herodes menikahi isteri saudaranya sendiri. Tetapi yang dia terima adalah lehernya dipotong. Lalu kita melihat Yeremia, kita melihat Yakobus, dipancung kepalanya. Yohanes dibuang ke pulau Patmos. Kalau kita melihat semua ini, mungkin hati kita bertanya, lho kok berbeda? Harapan kita adalah ayat-ayat ini sangat baik sekali, Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Rancangan Tuhan itu ajaib, rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan tetapi rancangan kesejahteraan. Tetapi kenapa hal-hal ini yang terjadi? Bukan hanya kisah-kisah di dalam Alkitab tetapi di dalam kehidupan sehari-hari kita menjumpai banyak. Ada satu keluarga begitu taat kepada Tuhan, rajin melayani Tuhan, setiap kali mengucap syukur. Sang suami bekerja di satu pabrik, setiap kali ketemu teman-temannya selalu mengucap syukur kepada Allah sehingga dia diberi gelar “thanksgiving man.” Sudah lama mereka merindukan seorang anak, lalu kemudian Tuhan memberi mereka seorang anak. Tetapi waktu isterinya hamil sekitar 6 bulan, dokter mendeteksi bahwa anaknya menderita Down Syndrome. Coba bayangkan apa yang ada di dalam pikiran keluarga ini. Bukankah mereka setia melayani Tuhan? Kenapa harus mengalami hal seperti ini? Satu lagi adalah seorang anak muda yang sangat brilliant bernama Zach Frye, sejak SMA sudah bercitacita menjadi dokter dan berhasil masuk Fakultas Kedokteran di University of Arizona. Setelah satu tahun studi, dia mendapat panggilan Tuhan untuk menjadi misionari medis ke South Africa. Tetapi tidak sampai tiga bulan dia diagnosa terkena Leukimia akut dan umurnya hanya sampai akhir tahun saja. Saya bisa membayangkan saat itu keluarganya dan orang-orang yang mengasihinya menaikkan doa kepada Tuhan, “Tuhan, ini anakMu yang masih muda, anakMu yang begitu brilliant, tetapi dia mau berdedikasi memberikan hidupnya kepada Tuhan, tolong sembuhkan dia ya Tuhan.” Saya percaya Zach dan keluarganya punya keyakinan bahwa doanya akan dikabulkan Tuhan. Bukankah anak ini mempunyai satu tujuan yang indah dan bagus buat Tuhan? Tidak seperti anak muda yang lain, bukan? Tetapi ternyata Tuhan panggil dia. Saya percaya pertanyaan seperti ini adalah pertanyaan yang mungkin timbul buat setiap kita. Apa yang dialami oleh anak-anak Tuhan ini, beranikah sdr mengatakan pada hari ini bahwa hal-hal itu tidak mungkin terjadi kepadamu? Beranikah sdr bilang, ‘Saya anak Raja, saya adalah pemenang. Tidak mungkin saya mengalami hal-hal seperti itu’? Kitab bersyukur Alkitab memberikan contoh orang-orang yang memberikan hidupnya sepenuhnya buat Tuhan namun mengalami apa yang tidak seperti orang dunia pikirkan, mereka mengalami kemalangan, mereka mengalami penderitaan. Kalau mereka mengalami hal-hal itu, Tuhan juga menginginkan kita siap mengalami seperti apa yang mereka alami. Pertanyaan-pertanyaan muncul bukan hanya di dalam hati kita, tetapi saya percaya juga muncul di dalam hati hampir semua orang, kenapa Tuhan yang maha kasih dan Tuhan yang maha kuasa itu mengijinkan hal-hal seperti ini terjadi? Dan saya kira pertanyaan-pertanyaan yang timbul lebih banyak daripada jawaban yang kita terima. Mari kita lihat, waktu orang bertanya kenapa hal-hal ini terjadi, bukankah kalau Tuhan membiarkan orang seperti Zach Frye tetap hidup dia bisa melayani dengan luar biasa. sementara itu Tuhan lihat banyak pemabuk-pemabuk, banyak penjahat-penjahat yang hidup membebankan masyarakat dan memboroskan uang Pemerintah, tetapi kenapa berumur panjang? Mungkin sdr juga mengalami, sdr begitu aktif melayani Tuhan tetapi tiba-tiba diberhentikan dari pekerjaan, atau sdr terdeteksi menderita penyakit yang tidak tersembuhkan. Apakah sdr akan mempunyai sikap yang sama seperti ini? Kalau sdr mengaminkan apa yang dialami oleh tokoh-tokoh di dalam Alkitab, apa yang dialami oleh orang-orang yang percaya Tuhan juga bisa kita alami, tetapi siapkah kita menghadapinya? Bagaimanakah sikap kita? Apakah timbul pertanyaan “Why, Lord? Kenapa hal ini terjadi kepadaku? Tidakkah Tuhan lihat betapa saya begitu setia melayaniMu, bagaimana saya begitu tulus melayaniMu, betapa saya memberikan semua persembahan saya untuk Tuhan, buat rumah Tuhan dan ladang Tuhan?” Kita melihat dalam Ams.25:2 dikatakan, “Kemuliaan Allah adalah merahasiakan sesuatu…” Artinya, bahwa ketika Allah merahasiakan sesuatu, itu adalah menunjukkan kemuliaan Allah dan kita sebagai ciptaan tidak bisa mendesak Allah untuk menjelaskan segala sesuatunya bagi kita. Dan kita sebenarnya bukan hanya bertanya, tetapi kita sudah menuntut pertanggung-jawaban Allah, Allah yang naturnya adalah Allah yang maha kasih dan maha kuasa yang penuh dengan kebaikan, kenapa mengijinkan hal-hal demikian? Dalam Ul.9:29 mengatakan, “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan Allah kita…” Berarti ada bagian-bagian di dalam kedaulatan Allah yang Dia tidak merasa perlu untuk menjelaskan kepada sdr dan saya, itu adalah bagian rahasia Allah sendiri. Tetapi persoalannya, kita tidak akan mampu memahami pikiran Allah yang tidak terbatas dan juga tidak mengerti cara dan campur tangan Allah bekerja di dalam hidup kita. Ini yang dikatakan di dalam Yes.55:8-9. Bagian ini menyatakan bahwa kita tidak akan sanggup memahami pikiran Allah dan pikiran kita yang sangat terbatas ini tidak dapat memahami pikiran Allah yang tidak terbatas dan kita juga tidak bisa mengerti cara Allah bekerja dalam hidup kita. Kalau kita bilang kita bisa memahami Allah, kita adalah orang yang sombong dan satu hal yang sangat tidak mungkin. Rancangan Tuhan adalah rancanganNya, bukan milik kita. Kalau kita kenal Allah itu adalah Allah yang maha kasih, Allah yang maha kuasa, kita tahu semuanya ada di dalam tangan Allah menjadi rahasia Allah dan kita tidak berhak memasuki kedaulatan Allah. Ada bagian yang Allah mau sampaikan, ada bagian yang menjadi milik Allah yang tidak bisa disampaikan kepada kita, itu adalah rahasia Tuhan. Saya ingin bertanya kepada sdr, kalau demikian masihkah sdr mengamini apa yang dikatakan oleh Rom.8:28 ini, bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia? Apakah sdr mengamini Yes.41:10 bahwa rancangan Tuhan itu ajaib adanya? Sdr mengamini bahwa rancangan itu bukanlah rancangan kejahatan tetapi adalah rancangan damai sejahtera yang penuh harapan untuk masa depan? Sdr bayangkan sebagai anak Tuhan Tuhan ijinkan semua hidup kita lancar, karir dan pekerjaan terus menanjak, gaji naik 20%, tidak ada sakit ginjal, tidak kena katarak, tidak kena heart attack, semuanya lancar. Sdr tahu apa yang akan terjadi? Hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi satu hubungan yang manipulatif. Kita hanya ingin pemberian dari Tuhan tetapi kita tidak menginginkan Sang Pemberi. Tetapi hubungan kita sekarang selalu mencari apa yang bisa saya dapatkan dari Tuhan. Dalam Ibr.11:6 dikatakan, tanpa iman kita tidak bisa berkenan kepadaNya. Iman itu menjadi prioritas tertinggi di mata Allah sendiri. Saat kita beriman kepada Tuhan tanpa ada bukti yang jelas, itu harus menjadi inti hubungan kita dengan Tuhan. Pkh.3:11 mengatakan “Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan di dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Allah itu adalah Allah yang omnipotent, Allah yang maha kuasa, Allah yang omnipresent, Allah yang maha hadir, Allah yang maha kasih, Allah yang maha tahu. Dikatakan di dalam ayat ini Allah yang maha kuasa itu membuat segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Creatio ex nihilo. Allah yang maha kuasa dan maha berdaulat mampu membuat segala sesuatu, tidak ada sesuatupun di luar pengetahuanNya. Bagian ini mengingatkan kita dengan Allah yang maha hadir, Allah yang maha kuasa, Allah yang maha tahu, berarti Dia tetap hadir dan terlibat di dalam hidup kita. Tetapi untuk memahami kehadiran Allah, keterlibatan Allah dan kuasa Allah, kita perlu satu hal yaitu pengenalan akan Tuhan sebagai ciptaanNya. Persoalannya adalah berapa jauh kita mengenal Dia? Apakah kita “knowing about God, atau knowing God”? J.I. Packer menulis satu buku “Knowing God,” kenapa bukan “Knowing about God”? Sebab ‘knowing about God’ membuat kita seperti orang Farisi dan ahli Taurat. Kita tahu konsep tentang Allah, kita tahu konsep tentang penciptaan dan semua konsep teologi, tetapi semua itu hanya sebatas pengetahuan tentang Allah dan tidak melahirkan hubungan pribadi dengan Allah, tidak menciptakan satu intimasi dengan Tuhan. Kita bisa berdebat teologi dan segala pengetahuan tentang Allah berhari-hari dengan luar biasa tetapi kita hanya bicara knowing about God, bukan knowing God. Seseorang mengatakan, “Christianity is not only a religion, it is a relation.” Hubungan antara kita dengan Tuhan, hubungan yang tidak mungkin dimiliki agama lain. Itu sebab kita memanggil Allah sebagai Bapa, itu menunjukkan satu hubungan yang begitu dekat. Namun berapa jauh hubungan kita dengan Tuhan? Waktu pengetahuan akan Tuhan ini kita libatkan dengan logika dan iman dan dihubungkan dengan emosi, hubungan kita dengan Tuhan bukan didasarkan dengan emosi. Bukan maksud saya kita tidak boleh menangis atau bersukacita, tetapi kadang kala kehidupan kita sangat tidak stabil kalau berdasarkan emosi. Waktu kita mendapatkan sesuatu yang baik kita menjadi senang dan memuji Tuhan. Begitu mendapatkan kecelakaan, kita marah-marah. Kalau iman itu berdasarkan emosi akhirnya kita tidak lagi melihat hubungan kita dengan Tuhan dengan iman dan logika. Kenapa saya menghubungkan iman dan logika? Tadi saya katakan iman adalah yang terutama. Tanpa iman kita tidak mungkin berkenan kepada Tuhan. Dan logika harus tunduk kepada iman. Tetapi iman tidak mereduksi peranan logika. Dimana peranan logika di dalam iman? Logika membawa kita belajar melihat, waktu kita mengerti Allah adalah Allah yang maha tahu, Allah yang maha kasih, Allah yang maha kuasa, seperti yang dikatakan Pkh.3:11 Ia bisa membuat segala sesuatu dan tahu segala sesuatu. Selama ini bagaimana dengan hidup kita? Saya percaya kalau kita terus mengikuti emosi, waktu sdr punya masalah yang tidak selesai sdr akan terus stress, bukan? Kita hanya melihat persoalan kita sebagai titik hitam, sebagai hal yang paling besar mendominasi pikiran kita. Kita lupa bahwa banyak ‘titik-titik hitam’ dalam hidup kita, pergumulan yang sampai membuat kita mencucurkan air mata, yang sudah Tuhan hapuskan. Emosi membuat logika tidak bisa berjalan. Kalau orang dikuasai oleh emosi, akhirnya logika dan pengenalan dia akan Tuhan luntur semuanya. Kalau dia mulai berpikir dengan iman, melihat hidupnya bagaimana Tuhan sudah pimpin melewati banyak persoalan, kalau Tuhan sudah menyelamatkan, dia tahu bahwa dia telah dibeli dengan darah Kristus yang mahal, dia menjadi satu asset yang berharga di hadapan Tuhan karena untuk membelinya Tuhan harus mengorbankan AnakNya yang tunggal, dia percaya Tuhan tidak akan tinggalkan dia. Hanya masalahnya kalau kita melihat ayat ini, bahwa Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, sebelum kita melihat yang ‘indah’ ini, kita melihat aspek ‘pada waktunya’ dulu. Waktunya ini, waktunya siapa? Bukan waktunya manusia. Waktu itu adalah waktunya Tuhan. Kadangkala kita tidak mengerti jadwalnya Tuhan. Waktu Lazarus dalam keadaan sekarat, Maria dan Marta menunggu Yesus datang, kenapa tidak datang-datang? Sdr bisa bayangkan bagaimana pergumulan mereka. Lazarus napasnya mulai tersengal-sengal, dan akhirnya mati. Empat hari setelah dikuburkan baru kemudian Yesus datang. Kita pikir, koq Tuhan begitu? Mungkin di pikiran kita, Tuhan sudah terlambat datang. Sampai Marta mengatakan, “Tuhan, seandainya Engkau di sini, saudaraku pasti tidak akan mati.” Di dalam hidup kitapun sama, bukan? Banyak kali Tuhan seolah tidak datang tepat pada waktunya. Kenapa Tuhan tidak datang pada waktu perusahaan saya sedang sekarat, perlu dana dan saya sudah pinjam dari bank tidak dapat? Kenapa Tuhan tidak datang pada saat-saat genting di dalam kehidupan rumah tangga saya? Kita merasa kenapa Tuhan terus ijinkan saya berurai air mata, kenapa Tuhan? Itu yang saya bilang kadang waktunya Tuhan tidak bisa kita mengerti. Tetapi kalau kita perhatikan seluruh pasal dari Yoh.11 Yesus datang ‘terlambat’ untuk mengatakan, “Akulah Kebangkitan dan Hidup, setiap orang yang percaya kepadaKu, dia akan hidup untuk selama-lamanya walaupun dia sudah mati.” Perkataan ini adalah perkataan yang agung yang tidak pernah diucapkan oleh pendiri agama-agama lain. Peristiwa kebangkitan Lazarus mengajar kita untuk melihat kadang waktu Allah berbeda dengan waktu kita. Kenapa kita selalu berpikir dari sudut keuntungan kita terus? Tanpa sadar sebagai anak Tuhan kita melihat hubungan kita dengan Tuhan secara manipulatif. Kita mencari apa yang bisa kita dapat dan bisa kita peroleh dari Tuhan. Kita tidak pernah pikir bahwa semuanya adalah menurut waktu Tuhan dan semua adalah demi untuk kemuliaan Dia. Semuanya adalah God-centered, semua tertuju kepada Dia. Bahkan penderitaan kita yang paling beratpun kalau Tuhan ijinkan terjadi itu adalah demi untuk kemuliaan Dia. Kita lalu pikir, tekor dong jadi orang Kristen? Tidak. Waktu saya memutuskan untuk menjadi hamba Tuhan dan masuk sekolah teologi saya menghitung-hitung –namanya orang finance accounting, dibanding dengan gaji saya kelihatannya kurang dan tekor, kapan break- even-nya? Tuhan Yesus tidak pernah hitung-hitungan dengan kita waktu memberikan hidupNya, darahNya yang mahal, lebih berharga daripada emas dan perak berapapun. Yang ketiga, kita tahu kita itu berharga di hadapan Tuhan. Daud dalam Mzm.8:5 berkata, “Tuhan, apakah manusia sehingga Engkau pikirkan?” Manusia itu ada di dalam pikiran Tuhan. Setiap sdr dan saya ada di dalam pikiran Tuhan, pribadi demi pribadi. Tuhan tahu di tengah hiruk-pikuk dunia, di antara milyaran manusia, waktu sdr menangis, waktu sdr menderita, waktu sdr berteriak, Tuhan tahu. “That’s My son crying.” Kita berharga di hadapan Tuhan. Kita ada di dalam pikiran Tuhan. Tetapi saya ingin bertanya, apakah Tuhan ada di dalam pikiran sdr? Pernahkah kita pikirkan apa yang Tuhan mau kita lakukan di dalam hidup kita? Di dalam pelayanan dan waktu sdr? Pernahkah sdr pikirkan semua yang sdr sudah terima dariNya, tidak ada satupun kita miliki yang bukan dari Tuhan, bahkan hidup kita inipun dari Tuhan. Kalau Tuhan menaruh kita di dalam pikiran Dia, kitapun harus menaruh Tuhan di dalam pikiran kita. Pekerjaan Tuhan, pelayanan Tuhan, rumah Tuhan, semua yang berkaitan dengan kemuliaan Tuhan, kita taruh di dalam pikiran kita. Rom.8:32 “Ia yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Dia tidak menyerahkan segala sesuatu bagi kita bersama-sama dengan Dia?” Rom.8:35, “Siapakah yang bisa memisahkan kita dengan kasih Kristus…?” Tidak ada satupun yang bisa memisahkan kita daripada Dia. Jadi dimana aspek ‘indah’ dari Pkh.3:11? Indahnya sdr bisa lihat dari kisah Zach Frye. Dia punya seorang kekasih bernama Karen. Waktu Karen tahu Zach kena kanker, dia langsung minta untuk menikah meskipun tahu sebentar lagi dia akan menjadi janda. Setelah Zach meninggal, Karen masuk sekolah kedokteran dan setelah lulus dia pergi ke Swazilan, menerjunkan diri menjadi dokter. Dimana indahnya? Indahnya adalah pada waktu Karen merelakan kekasihnya dipanggil Tuhan, tetapi dengan mata iman dia tahu Zach bukan hilang tetapi dia pindah ke tempat yang paling indah, dimana tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi penderitaan, tidak ada lagi sakit penyakit. Dia berada di dalam sukacita yang abadi bersama Tuhan di dalam kekekalan. Sekarang Karen mewujudkan rencana Tuhan yang diberikan kepada Zach melalui dia, di stulah indahnya. Kepada bapak yang bayinya terkena Down Syndrome, dimana indahnya? Waktu teman-temannya di kantor menertawakan dia, “Apakah masih bisa bersyukur, hai Thanksgiving Man?” Sdr tahu apa jawabnya? Dia bilang, “Saya bersyukur karena Tuhan memberikan anak itu kepada saya dan bukan kepadamu.” Sikap ini harus dimiliki oleh semua orang Kristen. Bukan seperti orang dunia yang selalu minor. Kenapa kita hidup penuh pengharapan? Karena kita tahu Tuhan memberikan kepada setiap orang percaya kemampuan dalam iman untuk melihat hidup yang melampaui kesementaraan ini menuju kepada kekekalan. Jadi kita melihat rencana Allah, meskipun kita mengalami hal yang paling buruk saat ini, meskipun hidup saya terpuruk, tetapi anyhow I already have the best in my life, yaitu salvation. Kita mungkin akan melewati lembah-lembah emosi, penderitaan dan kesukaran, pergumulan hingga mencucurkan air mata, tetapi kita tahu what will happen in the end of the tunnel, di ujung lorong yang gelap ini ada cahaya di situ yaitu Tuhan akan menyambut kita dengan sukacita. Kalau kita sudah memperoleh yang terbaik di dalam hidup ini, apapun yang kita alami tidak akan membuat kita tidak kuatir karena kita percaya kita berada di dalam tangan Tuhan, kita berharga di mata Tuhan.(kz)
Posted on: Thu, 08 Aug 2013 02:44:40 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015