SURYA Online, SURABAYA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang - TopicsExpress



          

SURYA Online, SURABAYA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tidak segera membaik turut mempengaruhi harga jual sejumlah produk bahan bangunan (material). Kondisi ini secara tidak langsung juga bakal mempengaruhi bisnis properti dan konstruksi. Memang tidak semua terkena imbas dolar AS. Hanya beberapa komponen bahan bangunan yang mengalami kenaikan harga seperti besi, cat dan perangkat rumah. "Harga sudah naik sejak dua minggu terakhir. Kisarannya variatif, antara tiga persen sampai 15 persen," ujar pemilik toko bahan bangunan Banuwa Raya, Hasyim kepada Surya, Selasa (1/10/2013). Kenaikan harga terendah berlaku untuk bahan besi cor. Harga besi ada kenaikan sekitar tiga persen sampai empat persen. Untuk besi ukuran 7,7 yang Standar Nasional Indonesia (SNI) misalnya, yang semula Rp 355.000 sekarang menjadi Rp 375.000. Revisi harga juga berlaku untuk produk cat. Kenaikannya bervariasi antara tujuh persen hingga delapan persen. Salah satunya, harga cat merek Paragon yang ukuran 5 kg, dari Rp 69.850 naik menjadi hampir Rp 75.000, atau naik sekitar 7,5 persen. Namun, Hasyim yang memiliki toko bangunan (galangan) di Jl Raya Rungkut Kidul menyebutkan, kenaikan harga tertinggi berlaku untuk produk kelengkapan rumah seperti kunci daun pintu, gerendel, tarikan dan lain-lain, yang relatif harus impor. Harga seperangkat kunci rumah itu bisa melonjak antara 10 persen, bahkan merek tertentu ada yang sampai 15 persen. Dengan dolar AS di atas Rp 11.000, harga di level suplier saja sudah naik 10 persen. Hasyim menambahkan, beberapa bahan bangunan utama yang lain seperti semen dan keramik hingga saat ini belum mengalami perubahan harga. “Semen dan keramik harganya masih tetap. Keduanya sudah lebih dulu naik harga, bahkan keramik beberapa kali naik saat kenaikan harga BBM subsidi lalu," paparnya. Meski ada kenaikan harga jual untuk beberapa jenis barang, ia mengaku penjualan masih berjalan normal. Pelanggannya yang rata-rata adalah pembeli perorangan masih mengalir seperti biasa. Penjualan bahan bangunan di akhir September 2013 ini disebut mulai membaik. Sebelumnya di masa Lebaran penjualan mulai menurun, dan sekarang berangsur angsur membaik. “Pembeli tampaknya sudah bisa mengerti dengan adanya harga baru ini. Mereka juga mengikuti perkembangan informasi,” tambah Hasyim. Seorang karyawan di sebuah galangan di kawasan Sedati, Sidoarjo menambahkan, untuk material seperti batu bata dan batu (pondasi) rata-rata naik harga lima persen dari sebelum Lebaran. Kini, batu bata dijual Rp 500/buah, batu bata jumbo Rp 600/buah, batako Rp 1.800/buah. Sedangkan batu kali mencapai harga Rp 225.000/m3 dan batu koral Rp 240.000/m3. "Yang lagi laris asbes, karena banyak orang merenovasi rumah di musim kemarau ini," katanya. Asbes Jabesmen (gelombang kecil) dijual sesuai dengan ukurannya. Untuk 150x105 harganya Rp 45.000/lembar, untuk 180x105 harganya Rp 50.000, ukuran 210x105 harganya Rp 60.000, untuk 240x105 harganya Rp 65.000, untuk 270x105 harganya Rp 75.000 dan untuk 300x105 harganya Rp 85.000. Sementara itu, Mbak Yati yang tergabung dalam jaringan Sari Bumi Raya menyebutkan, harga material yang terus merangkak naik adalah triplek. Untuk triplek ketebalan 3 mm misalnya, harga eceran sebelumnya Rp 43.000 hingga Rp 44.000 sekarang berada di kisaran Rp 45.000 sampai Rp 46.000. Kenaikan harga sejumlah material ini tentu memberatkan konsumen tapi memang harus terjadi. Jika tidak, toko-toko bangunan sebagai salah satu mata rantai penjualan tidak mendapat keuntungan apa-apa. Bahkan, tak ada untung jika dihitung dari pembelian baru dan dijual dengan harga lama. Kilas Rupiah -Mata uang rupiah pada Selasa (1/10) sore menguat setelah data ekonomi Indonesia yang dirilis -Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan hasil positif. Rupiah ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat 150 poin menjadi Rp 11.345 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.495 per dolar AS. -Namun pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menyatakan, pasar keuangan di dalam negeri selalu dihadapkan pada tiga risiko, yakni perlambatan ekonomi domestiik, defisit neraca perdagangan Indonesia, dan inflasi yang tinggi.
Posted on: Wed, 02 Oct 2013 08:03:59 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015