SYIAH DALAM BULAN MUHARRAM Qiblati Pada hari kesepuluh dari - TopicsExpress



          

SYIAH DALAM BULAN MUHARRAM Qiblati Pada hari kesepuluh dari bulan Muharram, yang lebih dikenal sebagai hari Asy-Syura’, Allah Taala telah memuliakan Husein bin Ali bin Abu Thalib dengan sebuah kesyahidan. Hal ini terjadi tepat pada tahun 61 Hijriah. Dari peristiwa tersebut muncullah satu kelompok sesat yang mengaku sebagai para pembela ahli bait (keluarga nabi ), dan para pecinta Husein. Mereka, pengikut kelompok ini menjadikan hari asy-Syura’ sebagai hari kesedihan, bela sungkawa, dan ratapan-ratapan. Maka muncullah darinya beberapa syiar jahiliyah , pemukulan pipi-pipi (karena bersedih), perobekan-perobekan baju, dan takziyah dengan cara jahiliyah. Adapun asal muasal semua itu adalah dari Negara Persia (Iran) dan kalangan Yahudi Arab yang mana mereka luarnya Islam tapi batin mereka tetap kafir. Maksud mereka merayakan semua itu adalah agar terbuka pintu-pintu fitnah dan perpecahan antara umat. Dan tujuan mereka ini telah berhasil hingga hari ini. Maka di sana masih saja ada kelompok-kelompok yang mengaku sebagai para pecinta ahli bait nabi, padahal ahli bait nabi berlepas tangan dari perbuatan sesat mereka ini. Adapun perbuatan kelompok Syi’ah pada hari asy-Syura’ berupa meratap-ratap, bersedih-sedih, memukul-mukul pipi dan merobek-robek baju dan memukul-mukul dada dan punggung dengan rantai dan pedang adalah termasuk perkara yang dilarang oleh Allah Taala dan RasulNya. Semua ini jelas menyelisihi syariatNya. Adapun apa yang telah Allah Taala perintahkan dan tuntunkan kepada kita ketika menghadapi sebuah musibah –jika musibah itu baru saja terjadi- adalah bersabar, mengembalikan semua kepada Allah I dan tetap bermuhasabah diri. Sebagaimana firman Allah, “ Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) mereka yang jika ditimpa suatu musibah mereka berkata, sesungguhnya (ini) adalah milik Allah dan sesungguh hanya kepada Allah kita akan kembali. Merekalah yang atas mereka sholawat dan rahmat dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang diberikan hidayah.” Dari kitab Shahih, Nabi e bersabda, “Bukan dari golongan kami orang yang memukul pipi (karena sedih), menyobek baju, dan berdoa dengan cara doanya orang jahiliyah.” Nabi bersabda, “Saya berlepas diri dari wanita mencabik-cabik rambutnya, mencukur rambutnya dan yang merobek bajunya” Nabi bersabda, “Wanita yang meratap jika tidak bertaubat sebelum matinya maka pada hari kiamat dia akan dibangkitkan sedang ia mengenakan pakaian bagian bawah dari plangkin(tir) dan bagian atas dari penyakit jarab (gatal-gatal yang sangat)” Dan hadist shahih juga dari nabi, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah kemudian berkata : Inna lilahi wa inna ilaihi rojiun, ya Allah berikan pahala pada musibahku ini, dan gantilah untukku dengan yang lebih baik, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya dalam musibah itu dan akan menggantinya dengan yang lebih baik.” Dan syaitan telah menghiasi perbuatan para pembuat kesesatan ini. Antara lain dengan menjadikan hari asy-Syura sebagai hari berkabung , ratapan-ratapan dan penyesalan-penyesalan mereka. Demikian juga pembuatan nasyid-nasyid atau kasidah kesedihan mereka, serta periwayatan kabar-kabar yang dusta. Adapun pembenaran perbuatan ini tidaklah akan menambah kecuali rasa sedih dan sifat kefanatikan golongan, serta bahkan terkadang bisa menyalakan api dendam dan peperangan yang akan melemparkan fitnah yang keji di antara umat Islam. Hal ini juga membukakan pintu yang lebar untuk mencaci para sahabat, dan menjadikan banyaknya kedustaan dan fitnah di dalam agama. Pada masa kita saat ini, banyak dari para penganut Syiah masih berbuat seperti itu. Khususnya mereka yang hidup di negara yang mengijinkan dilangsungkannya ritual mereka ini. Mereka membuat sebuah kuburan yang terbuat dari kayu, dihiasi dengan berbagai macam kertas yang berwarna-warni dan dianggap sebagai kuburan Husein, atau Karbala’, kemudian menjadikan di dalamnya dua kuburan. Mereka menamakan ini dengan istilah ta’ziah. Mereka mengumpulkan anak-anak dengan pakaian yang bermotif bunga-bunga atau berwarna hijau dan menyebut mereka sebagai para faqirnya Husein (fuqara’ Husein). Pada hari pertama dari bulan Muharram, rumah-rumah dibersihkan, dicat dan ditata. Dan pada bulan ini dilarang segala bentuk perhiasan. Para wanita wajib menanggalkan segala perhiasan mereka. Semua orang tidak boleh makan daging, tidak boleh mengadakan walimah pernikahan, dan bahkan tidak boleh terjadi akad nikah. Para istri dilarang berhubungan dengan suaminya jika waktu pernikahan mereka kurang dari dua bulan. Memukuli wajah dan dada sangat dianjurkan dan bahkan berniyahah (meratap-ratap) dan menyobek-nyobek baju karena kesedihan yang sangat. Kemudian setelah itu dimulailah melaknat Mu’awiyah dan teman-temannya, dan juga Yazid dan seluruh para sahabat. Dan pada sepuluh pertama dari bulan ini dinyalakanlah api, kemudian orang-orang saling berloncatan di atasnya, anak-anak berbaris-baris berurutan mengelilinginya. Dan berkata: Ya Husein.. Ya..Husein… Menurut mereka, siapa saja yang lahir pada bulan ini adalah sebuah kesialan dan calon yang jelek. Di sebagian daerah ada yang memukul-mukul rebana dan melagukan dengan iringan musik dan menyebarkan bermacam-macam bendera. Mereka juga membuat suatu kuburan palsu. Para laki-laki, wanita dan anak-anak kecil beriringan berjalan di bawah kuburan itu, mengelus bendera dan meminta berkah darinya. Mereka meyakini bahwa dengan itu mereka tidak akan tertimpa penyakit, dan berumur panjang. Sedangkan di sebagian negara yang lain, mereka keluar rumah pada malam hari asy-Syura’ dengan dengan ikat kepala, hingga ketika matahari mulai terbit mereka baru pulang lagi ke rumah mereka masing-masing. Pada hari asy-Syura’ disuguhkan beberapa macam makananan tertentu. Para penduduk kota dan desa keluar ke suatu tempat khusus yang mereka sebut Karbala’, kemudian mereka berthawaf mengitari kuburan buatan mereka dan meminta berkah dengan bendera-bendera diiringin rebana dan alat musik lainnya. Ketika matahari sudah tenggelam, kuburan itu ditimbun atau dibuang ke air laut. Orang-orang kembali ke rumahnya masing-masing, dan sebagian mereka masih duduk-duduk di jalan-jalan untuk menikmati jamuan minuman yang diberi nama Salsabil. Mereka memberikan minuman pada yang lain secara gratis. Pada sepuluh hari pertama bulan ini orang-orang duduk saling membicarakan atau berkhutbah tentang kebaikan Husein, dan kejelekan yang mereka nisbatkan kepada Muawiyah, Yazid, dan para sahabat lainnya. Kemudian mereka juga meriwayatkan tentang keutamaan asy-Syura’ dan bulan Muharram dengan hadits-hadits yang palsu dan riwayat yang dusta. Setelah empat puluh hari dari bulan Muharram ini, orang-orang Syiah ini merayakan satu hari yang diberi nama Arba’in. Pada hari ini mereka mengumpulkan harta kemudian membeli beraneka macam makanan tertentu, kemudian mengundang kawan-kawannya untuk turut serta menyantapnya. Perbuatan ini juga masih dilakukan di India dan Pakistan, juga di negara-negara lain yang berpenduduk orang-orang Syi’ah, terlebih lagi di Iran, Iraq dan Bahrain. Semua perbuatan mereka, mulai dari perayaan-perayaan, pelukisan-pelukisan, pemukulan dada, dan semua yang mirip dengan itu semua di bulan Muharram, mereka yakini sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah Taala , yang dapat menghapus dosa dan kesalahan yang mereka perbuat selama setahun lamanya. Tapi mereka tidak sadar bahwa semua yang mereka perbuat ini justru malah membuat mereka terusir jauh dari rahmat Allah. Maha Benar Allah yang berfirman dalam kitabNya, “Maka siapakah orang yang dihiasi baginya keburukan amalannya, kemudian dia melihatnya adalah sebuat kebaikan. Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki.” Allah berfirman: “Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbutannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbutannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al-Kahfi :103-104)
Posted on: Wed, 13 Nov 2013 08:15:07 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015