Senyum Pedagang Blok G Derita bagi Lulung Cs OPINI | 03 September - TopicsExpress



          

Senyum Pedagang Blok G Derita bagi Lulung Cs OPINI | 03 September 2013 | 20:45 Dibaca: 2106 Komentar: 11 4 DENYUT EKONOMI di blok G pasar Tanah Abang sudah terasa. Pembeli mulai berdatangan. Proses tawar-menawar khas pasar tradisional mulai bersahutan. Tak sedikit pembeli yang mengakui puas belanja disini, karena bisa mendapatkan barang murah di tempat nyaman sekaligus aman. Kepuasan yang sama juga diungkapkan pedagang. Mereka mengaku lebih enjoy berniaga disini. Tak perlu kuatir kehujanan, panas matahari atau cemas didatangi orang bertato yang meminta “jatah preman”. Kini, mereka dapat berdagang sambil tersenyum. Pindah ke blok G juga membuat pedagang kecil itu merasa jadi pedagang “beneran’. Bukan lagi pedagang kaki lima. “Kami berterima kasih kepada Jokowi-Ahok yang telah mengangkat martabat kami dari pedagang informal menjadi pedagang formal”, begitu ungkap pedagang. Senyum sumringah pedagang itu agaknya merupakan derita tersendiri bagi angggota DPRD DKI.. Mereka masih uring-uringan kepada Jokowi - Ahok, serta menganggap persoalan Tanah Abang belum selesai. Padahal yang dilakukan Jokowi – Ahok bukan hanya membuat pembeli dan pedagang merasa “terbantukan”. Warga sekitar Tanah Abang dan warga wilayah lain yang tiap saat melintasi jalan raya disana, juga mendapat manfaat. Warga menilai lingkungan Tanah Abang lebih rapi, bersih menyehatkan dan sedap dipandang. Jalanan menjadi asyik dilalui. Banyak pengguna jalan yang semula nggan melintasiTanah Abang. Kini berbalik menjadikan jalan sana sebagai jalur alternatif ke tempat tujuannya 1378211250489874401 Anggota Dewan memang pantas “tak terima”. Karena keberhasilan Jokowi - Ahok merelokasi PKL Tanah Abang secara tertib, lancar, serta kemudian mendapat ucapan terima kasih dari pedagang, telah membuat anggota Dewan merasa ditelanjangi sehingga mereka malu dihadapan publiknya sendiri. Kusut masainya Pasar Tanah Abang pasti telah diketahui benar oleh anggota Dewan. Derita PKL yang diperas preman, pasti telah berpuluh-kali didengarnya. Sebagai masyarakat terdidik, anggota Dewan itu, tahu pula solusi praktis untuk menuntaskan masalah di pasar grosir terbesar di Asia Tenggara tersebut. Namun, yang dilakukan anggota Dewan sepanjang karier mereka menjabat anggota Legislatif 2009 – 2014, malah bertolak belakang dengan posisi mulianya sebagai insan yang mewakili rakyat.. Mereka justru. tutup mata terhadap problem Tanah Abang. Mereka justru membiarkan praktek premanisme berkembang di depan jidatnya sendiri. Akibatnya pembiaran itu, PKL meluber kemana-mana. Pembeli menjadi kurang nyaman. Copet dan pencoleng banyak. Jalan seputar Tanah Abang macet berat. Polisi cepek lebih berkuasa daripada Polisi asli. Hukum rimba berlaku. Padahal kemacetan ini secara langsung juga ngefek pada sektor lain di luar wilayah Tanah Abang. Karena jalan raya di sekitar sana dilalui pihak lain yang juga butuh kelancaran arus lalu lintas. Sedari awal para wakil rakyat memang gundah gulana dengan gagasan relokasi PKL Tanah Abang. Ada-ada saja komentar miring yang dilontarkan anggota Dewan kepada Jokowi-Ahok. Silang argumen bahkan sempat marak yang akhirnya membuat Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang sekaligus pengusaha jasa keamanan di Tanah Abang Lulung Abraham Lunggana berpolemik dengan Ahok. Begitu juga ketika proses relokasi mulai berjalan,tanpa masalah berarti, serta Jokowi – Ahok, berencana menggratiskan sewa kios selama enam bulan bagi PKL yang berdagang di Blok G, anggota Dewan masih saja rewel. “PKL Tanah Abang gak boleh hanya enam bulan tak dipungut retribusi, harus setahun lamanya,” ujar Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Ahmad Husein Alaydrus. (merdeka Senin, 19 Agustus 2013) Yang lebih menggelikan lagi, anggota DPD RI asal DKI Jakarta, Dani Anwar ikut-ikutan ngeroyok Jokowi- Ahok. Dia menuding penertiban PKL Tanah Abang yang dilakukan Pemprov DKI mengandung aroma balas dendam, karena perolehan suara pasangan Jokowi - Ahok cukup rendah di Tanah Abang pada Pilkada DKI 2012. (KOMPAS Selasa, 20 Agustus 2013) 13782113591605841606 Melihat reaksi tak sehat wakil rakyat terhadap upaya Jokowi – Ahok menata Tanah Abang , maka wajarlah jika kemudian masyarakat menilai justru anggota Dewan – terutama anggota dari Partai pengusung Foke di Pilkada 2012 — masih dendam kesumat pada Jokowi- Ahok. Kekalahan Foke jelas sangat memukul perasaann para pengusungnya. Mereka malu tiada kira karena jagoannya yang “Lulusan luar negeri dan berpengalaman memimpin Jakarta”, dikalahkan oleh, “Orang daerah yang tak mengerti Ibukota”. Demi menutup malu itulah, maka segala argumen – berbau ngawur sekalipun – dilontarkan untuk menunjukan jika jagoan mereka yang sudah KO itu tetap lebih baik dari duet Jokowi - Ahok yang telah resmi memimpin DKI. Itulah sebabnya mereka tak sungkan mengais-ngais masalah berharap dapat celah sempit untuk menyalahkan Jokowi-Ahok. Karena dengan “menemukan” kesalahan Jokowi-Ahok itulah, mereka punya argumen pembenar terhadap sikap mereka yang merendahkan Jokowi –Ahok selama kampanye Pilgub DKI lalu. Maka berangkat dari “malu dan dendam” itu tadi, ketika tahu yang datang ke Rapat Paripurna DPRD DKI dengan Pemrov. DKI adalah Ahok, bukan Jokowi – karena Jokowi meresmikan Pasar Blok G Tanah Abang — empat anggota Fraksi PPP DPRD DKI. Yaitu Matnoor, Ridho Kamaludin, Abdul Aziz, dan Ichwan Zayadi. menyatakan walk out dari rapat Paripurna . Alasan mereka, “Pimpinan DPRD tak memanggil Ahok untuk menyampaikan permohonan maafnya karena sering berburuk sangka pada mereka”. (merdeka.Com Senin, 2 September 2013) Ketika ditanya apakah sikap mereka berkaitan dengan masalah Lulung – Ahok? Mereka tegas-tegas membantahnya. Mereka boleh saja menolak anggapan itu, Namun publik masih ingat : Ahok dianggap melecehkan Legislatif justru disaat ada polemik antara Lulung dengan Ahok di masalah relokasi PKL Tanah Abang. Meninggalkan rapat memang hak anggota Dewan menunjukan sikapnya. Namun, pada konteks ini, sungguh tak terpuji sikap anggota Dewan yang ngotot menyuruh Ahok meminta maaf. Mereka sepantasnya malu kepada Ahok. Mereka harusnya belajar berjiwa besar kepada Wakil Jokowi ini. 1378211470970895734 Ketika proses awal relokasi PKL Tanah Abang, sekelompok pedagang yang berunjuk rasa menyamakan Ahok dengan Fir’aun. Namun, ketika relokasi PKL Tanah Abang usai, Ahok tak dendam pada pengunjuk rasa tersebut. Bahkan, ketika pengunjuk rasa yang dulunya menyamakan Ahok dengan Fir’aun sekarang berdagang di blok G. Ahok tidak memaksa mereka meminta maaf. Padahal siapapun tak bakal terima dirinya disamakan dengan si durjana Fir’aun.. Ahok ternyata lebih gentle dibanding Dani Anwar, Haji Lulung, Husein Alaydrus dan anggota Dewan lainnya yang mendukung Foke. Lantaran menyimpan bara dendam atas kekalahan Foke serta malu ketahuan sekian tahun membiarkan carut-marut Tanah Abang, mereka menjadi gelap mata sehingga tak mampu lagi membedakan mana emas mana Loyang. Jadi, ketika pedagang menunjukan jiwa besarnya dengan mengucapkan terima kepada Jokowi – Ahok di acara peresmian Blok G Tanah Abang. Pada waktu bersamaan (2/9), para wakil rakyat yang berdiri gagah dihadapan Ahok justru mempertontonkan kekerdilan jiwanya. Sungguh sebuah ironi. Nantinya, jika serangkaian program Jokowi – Ahok untuk menjadikan Blok G sebagai area belanja yang nyaman dikunjungi, mulai direalisasikan, maka gampang dipastikan, sekian anggota Dewan itu akan kembali menderita sakit hati tak berkesudahan. Sayangnya, sakit hati tak termasuk dalam daftar berobat gratis Kartu Jakarta Sehat made in Jokowi – Ahok. Jadi, Haji Lulung dan kawan-kawannya harus berobat dengan biaya sendiri di klinik terapi rohani terdekat. Kasihan. ****** Dikutip dari : politik.kompasiana/2013/09/03/senyum-pedagang-blok-g-derita-bagi-lulung-cs-589405.html
Posted on: Wed, 04 Sep 2013 04:54:52 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015