Tanpa disadari, sepakbola telah menjadi olahraga teratas dari - TopicsExpress



          

Tanpa disadari, sepakbola telah menjadi olahraga teratas dari daftar olahraga yang ada di Indonesia bahkan Dunia. Fenomena ini terjadi karena animo masyarakat pecintanya yang semakin menggila untuk menikmatinya. Baik sebagai pemain, penonton, penggemar, pemerhati, pengurus club, bahkan sampai kepada pembinaan akar Rumput. Papua sendiri mendapatkan imbas akan fenomena ini. Prestasi empat tim Papua yang berada di kompetisi sepakbola Indonesia (ISL) sangat membanggakan. (Meski Beberapa diantaranya tahun ini harus turun kasta) Melalui Media sepak Bola dapat menunjukan jati diri Masyarakat Papua yang sesungguhnya. PERSIWA, PERSIDAFON, PERSIRAM, dan PERSIPURA, Terlebih lagi PERSIPURA telah membuktikannya dengan menjadi yang “TERBAIK” di Seluh penjuru NUSANTARA. Peraihan BINTANG EMPAT Menjadi BUKTI bahwa SEPAK BOLA adalah “JATI DIRI ORANG PAPUA” Kenyataan di atas menjadi pemicu terhadap pembinaan sepakbola di Papua karena perkembangan Teknologi akan penyiaran / penyebaran berita dan tayangan langsung secara visual melalui media radio dan televisi. Awal tahun dua ribu-an Pembinaan Sepakbola mulai bertumbuh di Tanah Papua, melalui Sekolah Sepak Bola (SSB). Pembinaan ini muncul seperti penyelamat bagi anak-anak di negeri ini bahkan di Indonesia. Kenapa demikian? Ya, karena di Indonesia pada umumnya dan Papua secara khusus. Anak-anak berusia 7-12 tahun tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk menikmati olah raga ini. Dengan hadirnya SSB, anak-anak bisa menikmatinya. Seiring berjalannya waktu, Pembinaan ini mengalami naik dan turun, ada yang lahir ada yang hilang, ada yang menyatakan libur ada yang berjalan terus. Lalu timbul sebuah pertanyaan, “Apa yang menyebabkan perkembangan SSB mengalami pasang surut?”. Pasti terdapat banyak jawaban untuk pertanyaan ini. Namun ada satu jawaban yang bisa mewakili beberapa jawaban. Yaitu KOMPETISI RUTIN. Kenyataan yang selama ini dialami oleh SSB di Papua bahkan Indonesia adalah Sistem Pertandingan yang lebih banyak kepada system Turnamen. Hal ini juga akan berdampak kepada skill dan karakter pemain di masa pemain ini berada di level professional. Kenapa demikian? Karena apa yang diajarkan dan dibiasakan kepada pemain semenjak usia dini, itulah yang akan dilakukan ketika pemain itu dewasa. Singkat kata pemain ketika dewasa dan berada di tim professional dengan sistim kompetisi full selama 1 tahun, dengan durasi pertandingan setiap minggu 2-3 kali bertanding, Pasti suatu saat akan mengalami kejenuhan dan berakibat karakter yang kurang baik terhadap tim yang dibela dengan berulah, banyak alasan, dan gampang sekali keluar dari club bersangkutan. Hal ini berujung pada sistem pertandingan yang kita sajikan kepada pemain tersebut saat berusia anak-anak. Lantas, apa solusi yang bias menjadi jawaban akan kondisi ini. Terobosan baru harus dilakukan. Sistem pertandingan yang kita berikan kepada generasi kita selanjutnya harus Berkelas, Terencana, Terukur, dan Teruji. LIGA GRASSROOTS KREASIA INDONESIA U-12 boleh menjadi jawaban akan “Kegagalan dalam keberhasilan” yang sementara kita alami. Sistem kompetisi ini akan mempertemukan setiap peserta sekali dalam seminggu, dan bisa jadi pemacu pengembangan pembinaan sepak bola usia dini melalui SSB-SSB yang ada bahkan bisa menghadirkan SSB-SSB yang baru. Dengan tambahan Coaching clinic dari instruktur Terbaik di indonesia dengan Materi standar FIFA Pasti akan menambah Pengalaman dan pengetahuan ilmu kepelatihan bagi pelatih- pelatih di Papua. Dan yang pasti “Kualitas pembinaan yang baik dan system kompetisi yang berkelas, PASTI akan melahirkan pesepak bola ASAL PAPUA yang “PROFESIONAL, BERKELAS dan BERKARAKTER BAIK”. ……………………………Bravo sepak bola PAPUA………….. Silas Ohee Korwil Liga Grasroot Kreasia Indonesia U-12 Seri Jayapura Periode 2013-2014
Posted on: Tue, 08 Oct 2013 22:43:49 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015