Napak tilas dan Petik Hikmah dari Karbala dan Bulan Duka selama 10 - TopicsExpress



          

Napak tilas dan Petik Hikmah dari Karbala dan Bulan Duka selama 10 hari ke depan. Makna kata Asyura dan Muharram -Ust SA sinaragama.org/241-makna-kata-asyuuraa-dan-muharram.html 1- Asyuuraa artinya Hari Ke Sepuluh. 2- Muharram adalah Yang diharamkan. Sejak nabi Ismail bin Ibrahim as, sudah diwariskan istilah Asyhuru al-Hurum (bulan2 yang diharamkan atau dilarang perang di dalamnya, tafsir Majmau al-Bayaan, 3/381; dll-nya). Karena itu, di jaman Jahiliyyah (sebelum Islam), bulan2 Haram ini sudah ada. Yaitu empat bulan yang dilarang perang dan penumpahan darah: Rajab, Dzulqedah, Dzulhijjah dan Muharram. Untuk sejarah bulan dan penamaannya serta sebab penamaannya, sebelum Islam, banyak fersi walaupun banyak yang mengandungi kesamaan walau sebagiannya. Akan tetapi, bisa dikatakan bahwa 4 bulan sebagai bulan Haram itu, bisa dikatakan kebanyakannya sama. Mungkin satu dua sejarah yang menyebut bulan lain seperti Syawwal. tetapi mayoritasnya, bisa dikatakan 4 bulan di atas itu dan, karenanya Islam juga menyetujuinya sebagai Bulan Haram yang bermakna diharamkan pertumpahan darah hingga karenanya, bisa dimaknai sebagai Bulan Damai. Tentu saja, persetujuan Islam itu karena memang hal tersebut sudah digariskan sejak jaman nabi Ismail as. Artinya, ditentukan Tuhan sebagai suatu rahmat dariNya. Nah, penamaan bulan Muharram dengan Muharram, walaupun ia sudah termasuk dari salah satu bulan Muharram/Hurum/Haraam yang empat itu, disebabkan karena penekanan terhadap keharamannya. Yakni di bulan Muharram ini, kaharaman dan pelarangan peperangan atau pertumpahan darah itu, sangat ditekankan. Akan tetapi, tidak warisan agama nabi Ismail as, tidak warisan Jahiliyyah yang mewarisi dar nabi Ismail as, tidak pula pengesahan Islam terhadap keharaman itu, yang dapat menghentikan kaum muslimin yang dipimpin Yazid bin Muawiyyah dari kaum shahabat dan tabiin, untuk mencegah tangan2 mereka hingga tidak membantai cucu kesayangan Rasul (saww) mereka sendiri di padang Karbala. Sejarah Duka ini, sudah diketahui olehNya, Nabi saww dan para Ahlulbait as yang lain. Karena itu, telah menangisi imam Husain as sejak awal dilahirkan dan berlanjut sampai wafat beliau saww, terutama ketika beliau saww menerima tanah Karbala dari malaikat Jibril as dan menyimpannya di istri yang dikasihinya, Ummu Salamah yang beliau saww sendiri mengatakan bahwa ia adalah orang baik sekalipun bukan dari Ahlulbait as (Turmudzi, 5/31 dan 5/361, semuanya ada 5 hadits; Syawaahidu al-Tanziil karya al-Haskaanii, 2/24, semuanya ada 33 hadits; Tafsiir Ibnu Katsiir, 3/384-385; Al-Siiratu al-Nabawii, karya Zainii Dahlaan, 3/330; Dzakhaairu al-Uqbaa karya Thabarii, 21-22; Usdu al-Ghaabah, karya Ibnu Atsiir, 2/12, 3/413 dan 4/29; Tafsiir Thabari, 22/7-8; Tafsiir al-Durru al-Mantsuur, karya Suyuuthii, 5/198; Fathu al-Qadiir, karya al-Syaukaanii, 4/279; ...dll). Allah melalui malaikat Jibril as, telah memberitahukan kepada Nabi saww atas terbunuhnya cucu beliau saww itu di tangan umatnya sendiri. Kitab Tahdziibu al-Tahdziib, karya Ibnu Hajar, 2/347) meriwayatkan: Dari Umar bin Tsaabit, dari al-Amasy, dari Syaqiiq, dari Ummu Salamah, berkata: Suatu hari Hasan dan Husain bermain dengan Rasulullah saww di rumahku, kemudia Jibril as datang kepada beliau saww (maksudnya Ummu Salamah diberi tahu Nabi saww setelah itu) dan berkata: Wahai Muhammad umatmu -shahabat dan tabiin- akan membunuh anakmu ini setelah wafatmu (sambil menunjuk kepada Husain as). Karena itu Nabi saww menangis sembari merangkulnya -Husain- ke dadanya. Kemudian Nabi saww berkata: Kuserahkan kepadamu -Ummu Salamah- tanah ini. Nabi saww mencium tanah itu dan berkata: Berbau karbun wa balaa (derita dan bencana). Dan beliau saww menambahkan: Wahai Ummu Salamah, kalau tanah ini telah berubah menjadi darah, maka ketahuilah bahwa anakku ini, telah terbunuh.. Kemudian -kata Syaqiiq- Ummu Salamah meletakkan tanah itu di botol dan menengoknya tiap hari. Ummu Salamah berkata: Suatu hari iapun berubah, yaitu di hari yang agung (musibah yang agung). Ibnu Hajar berkata: Hadits seperti ini yang melalui shahabat2 seperti: Aisyah, Zainab bintu Jahasy Ummu al-Fadhl bintu al-Haaritsah, Abi Umaamah, Anas bin al-Haaritsah dan lain2nya. Bisa juga dilihat di kitab Majma, karnya Haitsamii, 9/189, dimana ia juga berkata bahwa riwayat di atas juga diriwayatkan oleh Thabrani. Hadits-hadits semacam itu, juga dapat dijumpai di: Dzakhaairu al-Uqbaa, 147; Shawaaiqu al-Muhriqah, 115; dll). Akan tetapi, sekali lagi, tidak warisan nabi Ismail as (tentang bulan2 haram itu), tidak warisan para tokoh arab yang mewarisi dari nabi Ismail as itu, tidak taqriir/pengesahan Islam terhadap semua itu, tidak pula hadits-hadits Nabi saww yang mengabarkan tentang terbunuhnya imam Husain as itu, tidak pula tangisan2 Nabi saww untuk imam Husain as itu, tidak pula tanah Karbala yang dititipkan Nabi saww kepada Ummu Salamah ra itu, tidak dan tidak....., yang dapat menghentikan shahabat dan tabiin Nabi saww itu sendiri untuk tidak membantai cucu kesangan beliau saww yang maksum itu, imam Husain as. Assalamu Alaika Yaa Abaa Abdillah al-Husain warahmatullaahi wa barakatuhu, dan salam pula atas para syuhadaa yang menyertaimu di Karbala, terutama dari keluargamu, cucu2 kanjeng Nabi saww yang berjumlah 23 orang dimana semua kepalanya dipenggal untuk ditukar dengan hadiah kepada raja zhalim mereka, Yazid bin Muawiyyah yang juga merupakan shahabat Nabi saww. Ya Allah, kami berlepas diri dari semua kezhaliman2 mereka itu terhadap kenjeng Nabi saww (hingga membuat beliau saww menangis sejak imam Husain as masih sangat kecil) melalui imam Husain as dan cucu2 lainnya beliau saww.
Posted on: Mon, 04 Nov 2013 13:51:14 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015