Syuhud, Khas Tasawuf Pengalaman syuhud dalam irfan berbeda - TopicsExpress



          

Syuhud, Khas Tasawuf Pengalaman syuhud dalam irfan berbeda dengan pengalaman mistis agama lain. Syuhud dalam Islam harus sebangun dengan makna pemahaman bunyi ayat dalam nash dan riwayat. Dengan demikian kita bisa memperoleh beberapa poin, pertama, pengalaman mistik bertingkat-tingkat (tingkatan fana), dalam kontek irfan, pengalaman langsung itu dinamai pengalaman syuhud, menyaksikan dengan batin Al-Haq. Pada saat mengalami, prosesnya adalah huduri (kebersatuan subjek dengan objek) dan tidak mungkin kosong dari ilmu, pada saat syuhud terjadi bisa jadi subjek menulis pengalamanya secara huduri, persis seperti Ibn Arabi, bisa pula paska syuhud baru menulis pengalamanya dengan cara mengingat pengalaman syuhudnya dengan cara hushuli. Kedua, sehebat apapun penjelasan filosofis dalam memframe sebuah pengalaman syuhud pasti masih ada celah untuk dikitrik. Karena pakem ungkapan, tiada yang serupa denganya bisa dipamahi secara persis dari dua orang arif . Al-Haq tidak bertajalli dalam bentuk yang sama kepada dua orang arif yang berbeda (Ibn Arabi, 3, 384). Ketiga, meski demikian penjelasan filosofis tingkat tinggi tetap diperlukan untuk menangkap pengalaman syuhud agar pemahaman makna yang terungkap dalam nash Al-Quran dan riwayat tidak keluar terlalu jauh dari makna batinya. Misalnya dalam soal pembuktian Tuhan dengan Burhan Shidiqien Mulla Sadra tanpa melalui mahluk (ciptaan) akan tetapi melalui Tuhan sendiri, yanag dikenal dengan burhan limmi (a posteriori argument; argumen dari sebab ke akibat). Burhan ini biasanya dipakai oleh kaum mukasyafah setingkat dibawah nabi. Burhan ini dikenal diakui paling mendekati penjelasan para imam seperti; Dalam sebuah riwayat Jatsliq bertanya kepada Imam Ali As, beritahulah kepadaku apakah engkau mengenal Tuhan melalui Muhammad atau mengenal Muhammad melalui Tuhan? Amirul Mukminin Ali As menjawab pertanyaan ini, Aku tidak mengenal Tuhan dengan perantara Muhammad Saw, Aku mengenal Muhammad dengan perantara Tuhan. Sebagaimana Tuhan, mengilhamkan kepada malaikat ihwal ketaatan kepada-Nya, aku mengenal nabi buatan yang berada di bawah pemeliharaan Tuhan. Imam Ali As pada kesempatan lain bersabda, Aku melihat Tuhan sebelum melihat segala sesuatu. (IRIB Indonesia) indonesian.irib.ir/hidden24/-/asset_publisher/3leM/content/mem-frame-perjumpaan-tuhan-dengan-filsafat-islam?redirect=http%3A%2F%2Findonesian.irib.ir%2Fhidden24%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_3leM%26p_p_lifecycle%3D0%26p_p_state%3Dnormal%26p_p_mode%3Dview%26p_p_col_id%3D_118_INSTANCE_VbI8__column-2%26p_p_col_pos%3D1%26p_p_col_count%3D3
Posted on: Thu, 28 Nov 2013 22:24:37 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015