bagus ceritanya Reminiscence Chapter 14 Siwon menatap Shilla - TopicsExpress



          

bagus ceritanya Reminiscence Chapter 14 Siwon menatap Shilla bimbang. Di tangannya sudah ada secangkir teh hangat. Tapi sedari tadi yang ia lakukan hanya menatap kosong sosok Shilla yang terduduk di sofa kecil miliknya. Pandangan wanita itu kosong. Siwon menghela napasnya. Memilih untuk mengambil duduk di sebelah Shilla dan menepuk singkat bahu wanita itu. Siwon mengulum senyumnya. “Minumlah!” titahnya lembut. Shilla memandang Siwon dan secangkir minuman hangat di tangannya. Pelan wanita itu meraih pemberian Siwon. Shilla menyesap minuman itu. Bibirnya mengulas senyum. “Mashita” ucapnya lirih. Membuahkan sebuah lengkungan senyum di bibir Siwon. “Uri eoma….dia juga sangat menyukai teh madu. Joha?” Tanya SIwon. shilla mengerjabkan matanya ketika kata ibu itu terlontar dari bibir Siwon. wanita itu menganggukkan kepalanya. Tersenyum tipis. Siwon menatap lekat wajah Shilla. Matanya sembab karena menangis sedari tadi. Siwon bahkan tak tahu berapa lama wanita itu memeluknya dan membasahi bajunya dengan air matanya. Siwon toh tak peduli. Yang Siwon pedulikan kini adalah alasan dibalik tangis sang wanita. Tangan Siwon terulur dan menyentuh pelan puncak kepala Shilla. Membuat wanita itu sontak membulatkan kepalanya kaget. “You look better when you smile” gumam Siwon dengan membubuhkan sebuah senyuman lembut untuk Shilla. Tangannya masih mengelus lembut puncak kepala Shilla. Untuk beberapa saat Shilla hanya terdiam. Menatap sosok Siwon yang masih tersenyum lembut padanya. entah kenapa senyuman itu membuatnya sedikit lebih baik. Senyuman Siwon itu terasa begitu hangat. Shilla bahkan tak tahu bagaimana ia bisa datang ke tempat Siwon. bagaimana mungkin langkah kakinya membawanya kesana. Yang ada di pikirannya saat itu adalah lari sejauh mungkin dari kediaman keluarga Jung. Mencari tempat yang menurutnya aman. Dan ia bahkan tak sadar kalau tempat aman itu ada dalam naungan Siwon. Ia tak tahu sungguh. Ia juga tak sadar saat ia tiba-tiba memeluk Siwon. sepertinya hati dan otaknya sedang kacau. Tak bisa membedakan mana yang pantas dan tak pantas dilakukan. Tapi nyatanya ia benar-benar tak memikirkan hal itu tadi. Yang ia tahu adalah saat ia berada dalam dekapan Siwon ia merasa terlindungi. “Kau…keberatan kalau bercerita padaku?” Siwon bertanya hati-hati. Ia tahu pertanyaannya ini sangat sensitive. Mungkin juga wanita akan lebih memilih untuk tidak ditanyakan hal seperti ini terlebih dahulu, memilih untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Tapi rasa penasaran dan khawatir Siwon mengalahkan segalanya. Shilla menggigit bibir bawahnya. Menimang apakah harus memberitahu Siwon atau tidak. Tapi sepertinya saat ini hanya Siwon-lah orang yang bisa ia percaya. Sepertinya saat ini hanya Siwon-lah orang yang bisa membuatnya merasa aman. Siwon masih menunggu Shilla. Tapi sepertinya melihat wajah ragu Shilla, Siwon tahu kalau wanita itu belum sepenuhnya mempercayainya. Dan tentu saja hal itu membuahkan sebuah perasaan kecewa tersendiri. “Uhm, tak apa kalau kau keberatan” ucap Siwon akhirnya. Merasa ia tak mau memaksa Shilla. “I’m scared” ucapan lirih itu sontak membuat Siwon menolehkan kepalanya ke arah Shilla. Memandang wanita itu penuh kecemasan dan penasaran. Pria itu hanya menunggu Shilla untuk melanjutkan ucapannya. Ia tak ingin memaksa Shilla jadi ia akan menunggu ketika wanita itu mau membuka semuanya padanya. Siwon melihat tangan Shilla mulai bergetar. Cangkir yang berisi teh itu juga ikut bergetar pelan karena tangan Shilla yang bergetar. Reflek Siwon meraih jemari Shilla dan mengambil alih cangkir itu dan meletakkannya di meja miliknya. Tangan Siwon masih menggenggam jemari Shilla. Menatap lembut wanita itu yang rasanya sebentar lagi akan kembali larut dalam tangisnya. Siwon mengumpulkan keberaniannya. Hingga akhirnya tangannya terulur dan meraih Shilla dalam dekapannya. Menenangkan wanita itu. Shilla, di lain pihak tak menepis pelukan Siwon. ia justru semakin membenamkan dirinya dalam dekapan protektif Siwon. merasa aman dan terlindungi dalam rengkuhan Siwon. “Aku…tak ingin menikah dengan pria lain” DEG Ucapan itu serasa seperti sebuah pukulan tersendiri untuk Siwon, tepat menghantam jantungnya. Ia terkejut tentu saja. Tapi ia tak melepas sedikitpun pelukannya. Seolah memberi aba-aba pada Siwon untuk tak melangkah lebih lanjut. Seolah sebuah peringatan bahwa Shilla tak ingin pria lain menjadi suaminya. Seolah memupuskan harapan Siwon sebelum pria itu bahkan sempat mencoba mewujudkannya. Ya, impian terbesar Siwon kini adalah menjadikan Shilla sebagai miliknya. Dan kalimat Shilla barusan seolah menghancurkan impian itu sebelum Siwon sempat berusaha. “Jangan biarkan aku menikah dengannya” gumam Shilla. Sontak Siwon mengerutkan keningnya. Dia? Siapa? “Siapa?” Tanya Siwon pelan. Shilla tak menjawab, ia hanya diam sembari tetap menangis. Mungkin wanita itu tengah menimang apakah harus sepenuhnya terbuka terhadap Siwon. “Yunho Oppa..andweyo..shireo” Shilla bergumam tak jelas. Tentu saja membuahkan sebuah kebingungan tersendiri untuk Siwon. “A-apa maksudmu Shilla-ya? Jelaskan padaku, eo? Aku…tak mengerti” ujar Siwon akhirnya. Shilla menghela napasnya. “Surat itu…itu tak akan terjadi kan?” gumam Shilla. Kepalanya mendongak sedikit. Mencari jawaban dari Siwon. yang tentu saja, Siwon hanya menatapnya dengan wajah bingung. “Surat? Apa?” “Yunho Oppa…tak akan menikahiku, kan? Tak akan memaksaku menandatangani surat pernikahan itu, kan?” Mata Siwon membulat seketika. Jantungnya nyaris berhenti saat Shilla mengatakan hal itu. “Mwo-mworago?” “Yunho Oppa tak akan memaksaku menikah dengannya, kan? Iya kan?” mata Shilla menatap polos dan penuh Tanya pada Siwon. jujur Siwon tak mengerti harus mengatakan apa. Ia kaget, syok, bingung, dan penasaran. Membuatnya hanya terdiam. “Iya kan?” lagi Shilla bertanya. Wajah Shilla kini seolah seperti anak kecil yang meminta kejelasan dari orang tuanya. Menatap wajah polos itu membuat Siwon tak kuasa mengulas senyum tipisnya. “Aniya. Dia tak akan melakukan hal itu, kau tenang saja” ucap Siwon. meski sejujurnya ia sendiri tak yakin dengan apa yang ia ucapkan. “Geuraeyo?” “Eo. Keureom…sekarang kau jangan memikirkan hal itu lagi, eo?” ujar Siwon. shilla mengangguk kecil. Entah kenapa ia merasa bisa mempercayai ucapan Siwon. Masih memandangnya, Siwon mengulurkan tangannya, menyeka air mata yang menetes di pipi Shilla. Wanita itu terhenyak tentu saja. Tapi ia bahkan tak bisa melakukan apapun selain terpaku. Siwon menggerakkan jemarinya, menyeka bersih air mata di wajah Shilla. Senyuman hangat tak lepas dari bibir pria itu. Dan entah kenapa hal itu membuat Shilla kaku. Tak bisa melakukan apapun. Bahkan menggerakkan satu sendi ototnya pun ia tak sanggup. Siwon ikut terdiam. Ketika mata indah Shilla menatapnya dalam. Keduanya saling terpaku. Dan Siwon berani bersumpah kalau debaran jantungnya kini begitu kencang. Ia bahkan takut Shilla bisa mendengar detak jantungnya. Mengingat posisi mereka kini yang begitu dekat. Ah, Siwon bahkan baru sadar betapa awkward posisi mereka kini. Keduanya duduk berdampingan begitu dekat. Tangan kanan Siwon bahkan melingkar di pinggang Shilla, memeluknya. Ia sedari tadi memang masih memeluk Shilla, bukan? Dan tangan kiri Siwon terdiam di wajah Shilla. Wajah Shilla yang mendongak ke arah Siwon membuat pria itu bisa melihat jelas tiap lekuk wajah wanita yang ia sangat ingin lindungi itu. Waktu terasa berhenti untuk beberapa saat. Siwon sibuk mengontrol debaran jantung dan emosinya. Sementara Shilla bahkan tak tahu kenapa rasanya ia terhipnotis begitu kuat. Ia tak tahu kenapa rasanya detik itu ia hanya ingin menatap wajah Siwon. Apa yang terjadi sebenarnya? Shilla tersadar dari keterpakuannya. Ia melonggarkan pelukan Siwon dan memalingkan wajahnya. Terlalu malu untuk menatap Siwon. Ada apa denganku sebenarnya? Wanita itu menundukkan kepalanya. Menggigit bibir bawahnya. Merasa akhir-akhir ini ia bahkan bukan dirinya. Ia merasa ketika bersama Siwon ia menjadi pribadi yang berbeda. Ia menjadi seperti bukan dirinya. Atau mungkin, ia menjadi dirinya yang sebenarnya? Shilla tak tahu. Sejak Ilwoo tak ada di sisinya, Shilla bahkan tak tahu siapa dirinya sebenarnya. Bagaimana dirinya sebenarnya. Ia menutup dirinya. Tak memikirkan dirinya. Dan ketika Siwon datang, pria itu seolah merubah Shilla. Atau mungkin, mengembalikan Shilla? Sekali lagi Shilla tak tahu. “Ehm…” Siwon tergagap. Ia menggaruk kepalanya kikuk. Rasa hangat dari dekapan Shilla masih tertinggal di sekujur tubuh Siwon. pria itu masih bisa merasakan betapa nyamannya ketika wanita itu berada dalam rengkuhannya. “Aku…” =Reminiscence Chapter 14= Yunho menautkan alisnya ketika melihat para pelayannya seperti berwajah takut. Ia melonggarkan dasinya yang melingkar di lehernya sedari tadi. Kembali menatap wajah para pelayannya yang kini semuanya tertunduk. Ada apa sebenarnya? Yunho tak bodoh. Suasana rumahnya kini terasa begitu canggung. Padahal biasanya tak seperti ini. “Ahjuma, waeguraeyo?” Tanya Yunho langsung. Wajahnya masih mengamati satu persatu wajah pelayannya. “Ada masalah?” tanyanya lagi ketika tak mendengar jawaban sedikitpun dari bibir pekerjanya. Membuat rasa penasaran Yunho semakin mencuat. “Aku bertanya disini, tidakkah ada yang ingin menjawab?” lagi. Yunho mengutarakan pertanyaanya. “Agassi…” ucapan terpotong dari Myung ahjuma itu sontak membangkitkan penasaran Yunho. Ia menatap Myung ahjuma penuh antisipasi. “Agassi..pergi” ucap Myung ahjuma gugup. Yunho membulatkan matanya. “Apa maksud ahjuma dengan pergi?” “Uhm… setelah orang tua deoryeonim pergi tadi…Shilla Agassi pergi” terang Myung ahjuma gugup. “Apa maksud ahjuma dengan pergi?” ulang Yunho. Kini nada suaranya lebih terdengar tidak sabaran. Melihat ekspresi yang pelayannya itu tunjukkan, Yunho tahu bahwa definisi pergi itu bukanlah suatu yang menyenangkan. “Deo-deoreyeonim…” “Jawab aku ahjuma!” pekik Yunho. Myung ahjuma menelan ludahnya susah. Tangannya bertautan gemetar. Sejak ia bekerja di keluarga itu baru kali ini ia dibentak oleh majikannya itu. Biasanya sang Tuan Muda tak pernah membentak sedikitpun. Ia cenderung sopan dan menghargai pelayan-pelayannya. “Shilla Agassi..dia…berlari cepat setelah dari ruangan kerja Deoreyeonim” ucapnya sedikit tergagap. Yunho masih menatapanya menyelidik. Tapi melihat aura ketakutan yang ditunjukkan pelayannya itu sepertinya Yunho bisa menarik kesimpulan kalau pelayannya itu tak berbohong. “Dan apa yang dia lakukan disana hingga ia pergi begitu saja?” Tanya Yunho lagi. Kini nada suaranya sedikit melembut. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya pelan. “Aku tidak tahu deoryeonim” jawabnya takut. Yunho berdecak pelan. Pandangannya kemudian beralih pada pelayannya yang lain. “Dan kenapa kalian membiarkannya pergi tanpa ijinku?” Tak ada yang berani menjawab setelahnya. Semuanya terdiam kaku. Takut akan kemarahan sang Tuan muda. “Aish!” umpat Yunho kesal kemudian berjalan menuju ruangan kerjanya. Mencoba mencari tahu alasan Shilla pergi begitu saja. Kesal, Yunho membanting pintu ruangan kerjanya dengan keras. Mungkin para pelayan di bawah sana juga bisa mendengar bunyi pintu itu dibanting, meski ruangan kerja Yunho berada di lantai dua rumah itu. Mata Yunho seketika terhenti pada beberapa berkasnya yang berserakan di lantai. Alisnya bertaut sebelum akhirnya ia mendekati berkas-berkas itu. Memungutnya satu persatu, merapikannya. Hingga akhirnya matanya membulat takut. “Jeolma…” gumamnya cemas sembari memegang kertas yang nyatanya Shilla lihat. “Argh!” pekiknya frustasi sembari mengacak rambutnya. Lebih kepada frustasi pada dirinya sendiri. “Ceroboh! Ceroboh!” umpatnya kesal. Ia keluar lagi dari ruangannya. Berlari cepat ke arah luar rumahnya. Ia tak peduli ketika para pelayannya menatapnya heran. Ia tak peduli. Yang ada di pikirannya kini adalah mencari dimana keberadaan Shilla. “Yunho-ya?” panggilan itu tak membuat sedikitpun wajah takut dan frustrasi Yunho menghilang begitu saja. Pria itu bahkan mengabaikan panggilan itu. Lebih memilih untuk berjalan tergesa ke mobilnya dan mencari Shilla. “Ada apa dengannya?” pertanyaan itu tentu saja tak bisa lepas dari Jaejoong. Ya, Jaejoong baru saja mengunjungi Yunho dan langsung disuguhi pemandangan bahwa Yunho mengabaikannya begitu saja. Jaejoong memiringkan kepalanya singkat. Memilih berjalan ke dalam rumah Yunho, menghampiri pelayan rumah itu. “Kenapa Yunho sepertinya terburu-buru?” tanyanya langsung pada Myung ahjuma. “Jaejoong deoryeonim…” “Wae? Apa ada masalah? Sepertinya Yunho terlihat panik” Tanya Jaejoong penasaran. Myung ahjuma mengangguk singkat. “Shilla Agassi pergi dan Yunho deoryeonim marah karena kami membiarkan Agassi pergi begitu saja” terang Myung ahjuma. Jaejoong terkesiap kaget. “Tapi kami benar-benar tak bisa melakukan banyak deoryeonim. Shilla Agassi tiba-tiba pergi dan kami tak sempat mencegahnya. Kami bahkan sudah mencarinya tapi tak bisa menemukannya. Jaejoong deoryeonim tolong kami” “Myung ahjuma…” “Kumohon jangan biarkan Yunho deoryeonim memecat kami. Tadi Yunho deoryeonim terlihat sangat marah.” Jaejoong menepuk pundak pelayan itu singkat nan lembut. “Jangan khawatir, ahjuma! Yunho hanya panic, dia tak akan memecat kalian. Tenang saja!” “Jeongmalyo?” “Ne. jangan dipikirkan! Nanti saat ia sudah tenang pasti ia akan kembali baik. Gwenchana” yakin Jaejoong. Myung ahjuma tersenyum tipis. Merasa sedikit lega karena ucapan Jaejoong. “Kalau begitu kurasa aku harus menyusul Yunho. Aku takut ia bertindak bodoh” ujar Jaejoong. “Ne. hati-hati deoryeonim” Jaejoong tersenyum tipis kemudian berjalan ke arah mobilnya lagi. Memasang seat beltnya, tapi alih-alih menyalakan mesin mobilnya ia justru meraih ponselnya. Menghubungi seseorang. “Siwon-ah!” =Reminiscence Chapter 14= “Aku…” Siwon kembali tak bisa melanjutkan ucapannya ketika bunyi ponselnya berdering. Ia sedikit berterimakasih dalam hati pada si penelepon karena menyelamatkannya dari suasana canggung yang terasa mencekiknya perlahan itu. Jaejoong? “Yoboseyo?” “Siwon-ah!” panggilan dari Jaejoong itu terdengar cemas. Membuat Siwon tak kuasa menautkan alisnya bingung. “Eo? Wae?” “Neo eodiga?” “Di rumah. Kenapa memangnya? Kau ingin bertemu?” Tanya Siwon. ia melirik Shilla di sebelahnya yang masih dalam posisi yang sama. Masih tertunduk. “Aniya. Keureonde, apa Shilla ada disana?” DEG Siwon terhenyak ketika tiba-tiba Jaejoong menanyakan Shilla. Ia tak habis pikir bagaimana mungkin temannya itu tahu kalau Shilla ada di rumahnya. “Kau diam itu artinya dia memang berada disana, kan?” tebak Jaejoong. Siwon semakin terhenyak ketika temannya itu sangat tahu dirinya. Ia bisa mendengar helaan napas di seberang sana. Siwon melirik Shilla lagi. “Darimana kau tahu? Lagipula, ada apa memangnya?” Siwon mengutarakan penasarannya. Helaan napas kembali terdengar dari bibir Jaejoong. “Keluar dari sana Siwon-ah!” pinta Jaejoong pelan. Tapi Siwon tahu dari nada bicaranya Jaejoong serius akan hal ini. “Mwo? Wae?” “Just get the hell out of there!” “Jaejoong-ah, kau ini bercanda atau apa? Dan kenapa aku harus keluar dari sini? Tell me one good reason!” ucap Siwon. mendengar kata Jaejoong membuat Shilla sontak menolehkan kepalanya ke arah Siwon. Jaejoong? Dia mengenalnya? Siwon bahkan mengabaikan tatapan Shilla terhadapnya. Yang ada di pikirannya kini hanyalah rasa penasarannya terhadap Jaejoong. Ia ingin tahu kenapa sahabatnya itu mengatakan hal itu. “Yunho is looking after her. So that’s mean he’ll go to you” terang Jaejoong akhirnya. Siwon melebarkan kelopak matanya singkat. “Kau tenang saja, dia tak tahu alamatku, kan?” Jaejoong mendesah pelan. “You don’t know him well then. He knew. Aku yakin dia tahu. Jadi kumohon keluar dari sana sekarang juga Siwon-ah!” “Keunde…” “Just please listen to me this time. Pergilah ke apartemenku. Yunho tak akan mencarimu kesana kurasa” “Jae-“ “Please!” Jaejoong memohon. Pikirannya kalut sekarang kalau ia boleh jujur. Dua sahabatnya, seperti tengah terlibat perang yang rasanya Jaejoong sama sekali tak ingin melihatnya itu terjadi. Jadi lebih baik untuk mencegah sebelum semuanya terjadi, bukan? “Setidaknya turuti permintaanku sekarang Siwon-ah. akan kukirimkan alamat apartemenku. Bawa Shilla kesana. Hanya malam ini. Setidaknya sampai aku bisa menenangkan Yunho” “Keureonde…” “Jebal! Aku akan menemuimu setelah aku menemukan Yunho. Akan kujelaskan semuanya nanti. Kurasa kau tak ingin Yunho membawa paksa Shilla sekarang, kan?” Siwon terdiam sejenak. Kembali melirik Shilla. Wanita itu baru saja tenang beberapa saat lalu. Jadi rasanya Siwon tak ingin mengambil resiko untuk membiarkan wanita itu kembali terguncang karena Yunho. Siwon menghela napasnya. “Araseo.” Ucapnya akhirnya. Jaejoong menghela napas lega. “Take care of her!” ucap Jaejoong sebelum menutup sambungan teleponnya. Siwon menghela napasnya. Ia tak menampik kalau sekarang rasanya jantungnya berdebar kencang. Seperti akan ada sesuatu yang terjadi. Ia tak tahu apa. Shilla menatap Siwon dengan segenap rasa penasarannya. Mata hitamnya seperti tengah menelisik jawaban dari wajah Siwon. pria itu hanya tersenyum tipis. “Kita… kau keberatan kalau aku mengajakmu jalan-jalan?” Tanya Siwon lembut. Shilla hanya diam sembari masih menatap Siwon. “Kemana?” “Somewhere safe” =Reminiscence Chapter 14= BRAK BRAK BRAK Ketukan kencang itu terdengar keras di depan flat kecil itu. Jaejoong berlari menghampiri Yunho yang tengah menggedor keras pintu rumah Siwon. ia mengumpat singkat. “Hya! Apa yang kau lakukan?” “Lepas!” Yunho menghempaskan kasar tangan Jaejoong. Ia kembali menggedor pintu flat milik Siwon. “Hya! Shilla-ya! Aku tahu kau disini. Buka pintunya!” pekik Yunho. Jaejoong menggelengkan kepalanya prihatin menatap Yunho. “Geumanhae, Yunho-ya!” “Andwe! Tidak, sampai aku membawa Shilla pulang” ucapnya keras kepala. Kembali menggedor pintu yang tak bersalah itu. Jaejoong menolehkan kepalanya. Menatap beberapa tetangga Siwon yang mulai terganggu. Jaejoong menatap mereka meminta maaf. Meninggalkan Yunho sejenak dan meminta para tetangga itu untuk kembali ke kamar mereka. Berjanji akan segera membawa Yunho pulang. Jaejoong kembali lagi kali ini mencengkeram tangan Yunho kuat. Mencegah sahabatnya itu untuk menggedor pintu dan mengganggu orang lain. “Yunho berhenti!” kesal Jaejoong. Ia menatap tajam sahabatnya itu. “Aku tahu dia ada di dalam Jae. Aku tahu pria itu membawa Shilla. Aku harus membawa Shilla pulang, Jae!” ucap Yunho. Jaejoong menghela napasnya. “Dia tak ada di dalam Yunho-ya. Mereka tak ada di dalam” “Aniya. Mereka ada di dalam. Mereka bersembunyi di dalam. Pria itu pasti menyembunyikannya.” “Stop being delusional Jung Yunho!” pekik Jaejoong. Yunho terdiam. “Mereka tak ada di dalam. This door is locked. Itu artinya siapapun pemilik rumah ini tak ada di rumah. Dan berhenti membuat keributan seperti ini” tegur Jaejoong. “Tapi..” “Stop being delusional I said! Shilla tak ada di dalam. Tak ada orang di dalam. Dan berhenti berasumsi tanpa bukti seperti ini! Kita pulang!” perintahnya. Yunho menggelengkan kepalanya. “Dan kau akan tetap disini dan membuat keributan? Kau ingin menunggu disini sampai siapapun pemilik rumah ini pulang? Lalu saat dia pulang apa yang kau lakukan? Accuse him for something he didn’t do?” marah Jaejoong. Yunho kembali diam. “Jangan gegabah! Ayo kita pulang. Kita pikirkan dengan kepala dingin kemana Shilla mungkin pergi. Jangan seperti ini!” pinta Jaejoong. Yunho menganggukkan kepalanya. Jaejoong menghela napasnya kemudian membawa Yunho ke mobilnya. “Kau masuklah! Aku tak akan mengijinkanmu mengendarai mobilmu. Kuantar kau pulang!” ucap Jaejoong sambil menyuruh Yunho memasuki mobilnya. Dan sekali lagi Yunho hanya bisa pasrah mengikuti ucapan Jaejoong. Ia tahu Jaejoong benar dalam hal ini. =Reminiscence Chapter 14= Jaejoong memasuki apartemen miliknya. Wajah Siwon langsung menyambutnya. Ia tersenyum singkat hingga pandangan matanya tertuju pada sosok Shilla yang tertidur di sofa. Ini memang sudah larut malam. Butuh beberapa jam untuk Jaejoong menenangkan Yunho hingga ia baru bisa pulang pukul 11 malam. “Apa dia baik-baik saja?” Tanya Jaejoong menunjuk pada Shilla. Siwon hanya menggeleng pelan. “Tidak kurasa. Dia baru tertidur 10 menit lalu. Dia…ketakutan kurasa.” Jawab Siwon. jaejoong mengangguk paham. Pria itu mengambil air mineral di kulkasnya dan menengguknya langsung. “Yunho..bagaimana?” Tanya Siwon ragu. Jaejoong tersenyum tipis. “Sudah lebih baik. Tapi dia sangat keras kepala makanya aku baru pulang sekarang” jelas Jaejoong. Siwon mengangguk paham. “Ehm…boleh aku Tanya sesuatu?” Jaejoong menatap Siwon bingung. “Apa?” “Ehm..sebenarnya…surat apa yang dibicarakan Shilla? Dia hanya terus bergumam tentang pernikahan kemudian surat dan Jung Yunho tapi sedikitpun ia tak memberiku kejelasan apa itu.” Jaejoong menghela napasnya. “Yunho loves her” “MWO?” Siwon memekik kaget. “Dan…dia ingin menjadikan Shilla istrinya. Dengan begitu ia bisa sepenuhnya melindungi Shilla.” “That’s crazy” “Aku tahu. Aku sudah bilan berulang kali padanya akan hal ini. Tapi kurasa Shilla terlanjur melihat surat nikah yang sejujurnya bahkan sudah Yunho lupakan keberadaanya.” Terang Jaejoong. Siwon hanya terdiam. Tak mengerti harus memberikan respon apapun. “Itulah kenapa Shilla syok dan langsung pergi dari sana kurasa. Aku hanya berharap Shilla akan baik-baik saja” lanjut Jaejoong. Siwon menyangga kepalanya dengan sebelah tangannya. Rasanya begitu banyak yang terjadi hari ini. Keduanya kini diam. Sibuk dengan pemikiran masing-masing. “Kenapa kau menyarankanku kesini? Kurasa kau adalah sahabatnya?” ucap Siwon menghancurkan suasana canggung itu. Sejujurnya pertanyaan itu sedari tadi menghantui Siwon. ia bahkan tak bisa menjawab saat Shilla menanyakan hal sama. Kenapa membawanya ke tempat Jaejoong? Siwon juga tak tahu. “Tapi kau sahabatku juga kan? Aku sudah pernah mengatakan padamu, kan? I don’t want to see anyone to hurt my friends, whoever is he/she” ucap Jaejoong. Siwon hanya menganggukkan kepalanya. “Keureonde, kalau Yunho tahu aku ada di rumahmu kurasa itu akan jadi masalah besar untukmu” Siwon mengutarakan rasa cemasnya. Jaejoong hanya menjawabnya dengan senyuman. “No he wouldn’t. dia tak akan tahu kau ada disini. Sejauh yang aku tahu, detektif yang ia sewa hanya memberi informasi tentang dirimu dan keluargamu. Bukan masa lalumu bersama teman-temanmu. Jadi kurasa posisiku masih aman” terang Jaejoong. “Bagaimana kau bisa seyakin itu?” Jaejoong tersenyum tipis. “Aku punya informasiku sendiri kurasa.” “Tapi aku harus tetap bekerja besok. Dan kurasa…” “Gwenchana. Kau bisa bekerja dengan tenang, Siwon-ah. yunho sudah tenang. Ia tak akan bertindak gegabah.” “Huh?” “Yunho will be a scary person when he’s mad, that’s why I told you to left your house. Dan kurasa mengingat Shilla kabur dari rumah kurasa Shilla juga sedang tak ingin bertemu Yunho atau keluarga Jung yang lain. Jadi kupikir lebih baik menyembunyikan Shilla sementara” jelas Jaejoong. Siwon hanya bisa menganggukkan kepalanya setuju. Pandangan mata Siwon beralih pada sosok Shilla yang tertidur pulas di sofa mewah milik Jaejoong. Ketika tidur wajah wanita itu bahkan terlihat tenang. “Dia…akan baik-baik saja sendiri?” Tanya Siwon. pandangan matanya tak beralih pada Shilla. Jaejoong mengikuti arah pandang Siwon dan tersenyum lembut. “Kau tenang saja! Aku akan menyuruh Myungsoo untuk menemaninya besok” “Myungsoo?” “Eo. Kurasa kau sudah tahu kan kalau Myungsoo dan Shilla bersahabat? Dan kupikir Myungsoo akan senang bisa menghabiskan waktu bersama Shilla lagi. Selama ini Shilla terus mengasingkan dirinya, bahkan dari orang-orang yang menyayanginya” gumam Jaejoong. Siwon memandangnya sekilas. “Gomawo. Jeongmal gomawo, Jaejoong-ah” Jaejoong menepuk pundak Siwon. “No need to thank me. Aku melakukan ini karena aku peduli dengan kalian semua. Lagipula aku juga sudah menganggap Shilla seperti adikku sendiri.” Ucapnya tulus. Siwon tersenyum lembut. “Kurasa Shilla tak akan nyaman tidur dalam posisi seperti itu. Biarkan ia tidur di kamar tamu” titah Jaejoong. Siwon menganggukkan kepalanya. Pria itu mendekati Shilla yang tengah tertidur. Perlahan ia menjulurkan tangannya dan membopong Shilla dengan sangat hati-hati. Takut membangunkan wanita itu. Dan ia bisa bernapas lega karena sepertinya Shilla sama sekali tak terbangun. Hanya menggeliat kecil tapi sama sekali tak membuka matanya. Jaejoong tersenyum melihat pemandangan itu. Ia membantu Siwon membukakan pintu kamar tamu. Dan berikutnya yang Siwon lakukan adalah merebahkan tubuh Shilla dengan hati-hati dan menyelimutinya. “I can see how you love her, Siwon-ah” lirih Jaejoong. Siwon menolehkan kepalanya dan tersenyum tipis. Ia duduk di tepian tempat tidur. “But there are too many obstacles, Jaejoong-ah! aku hanya tak tahu bagaimana aku bisa mencintainya. It just happened” ungkap Siwon. jaejoong tersenyum mendengarnya. “Don’t give up on her Siwon-ah! Sudah saatnya ia merasakan bahagia lagi. Having someone loves her dearly in her arms again. Fight for her!” nasehat Jaejoong. Siwon terhenyak sesaat. Siwon memandang Jaejoong serius. “Kau keberatan kalau menceritakan tentang suaminya padaku?” pertanyaan itu membuat Jaejoong terkesiap singkat. Tatapan serius Siwon membuat Jaejoong hanya bisa menganggukkan kepalanya. “Kita bicara diluar kalau begitu” =Reminiscence Chapter 14= Siwon menyesap kopi buatannya. Pikirannya berkelana hingga membuatnya terkesiap saat ia merasakan sebuah tepukan singkat di bahunya. Siwon mendongakkan kepalanya dan mendapati Jaejoong menatapnya heran. “Aish pagi-pagi dan kau sudah melamun? Tck tck! Apa yang kau pikirkan sebenarnya?” Omonganmu semalam. “Ah aniya. Just overthinking I guess” ucap Siwon ambigu. Jaejoong tersenyum singkat. “Araseo. Aku pergi dulu, ada meeting pagi. Myungsoo akan kesini sekitar sejam lagi. Jadi kau bisa kan berangkat kerja setelah Myungsoo datang? Kurasa Shilla tak ingin ditinggal sendiri sekarang” ujar Jaejoong. Siwon menganggukkan kepalanya. “Ne. gomawo” “Kkalke” ucap Jaejoong kemudian menyambar tas kerjanya begitu saja. Siwon hanya memandang punggung Jaejoong yang semakin menjauh. Pikirannya kembali berkelana. Semua pencerahan yang Jaejoong berikan semalam serasa membuat kepalanya pening. Too much to handle. “Life is so complicated” gumamnya. Kembali menyesap kopinya kemudian menyambar roti bakarnya. Ia tersenyum tipis ketika Jaejoong bahkan masih ingat selai kesukaan Siwon. ya, Jaejoong yang menyiapkan sarapan itu. Bukan rahasia lagi untuk Siwon kalau Jaejoong bisa memasak. Tak seperti dirinya. “Oppa…” suara lirih membuat Siwon menghentikan kunyahannya. Ia terdiam sejenak, menganalisis apakah yang ia dengar itu nyata atau hanya sekedar ilusinya. “Oppa…” lagi. Kali ini mata Siwon membulat. “Andwe!” Siwon tak butuh waktu lama untuk melangkahkan kakinya dan menghampiri sumber suara. Ia berlari ke kamar tamu dimana Shilla tidur. Dan benar saja, Shilla bergerak gelisah dalam tidurnya. Belum lagi beberapa gumaman yang rasanya menunjukkan kalau dirinya tengah mengalami mimpi buruk. “Ilwoo Oppa..” gumam Shilla lagi. Siwon terhenyak singkat. Ia duduk di tepian tempat tidur itu. Berusaha membangunkan Shilla. Hingga tanpa ia sadari, satu persatu perkataan Jaejoong mulai bermunculan lagi. Ketika kau melihat Shilla dan Ilwoo maka kau pasti akan tahu betapa keduanya saling mencintai. Tak terpisahkan. “Woo Oppa hajima…mianhae” gumam Shilla lagi. Keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya. “Shilla-ya…” “Andwe…” “Shilla-ya ireona! Ireonabwa!” ucap Siwon sembari terus mengguncangkan tubuh Shilla. Dan beruntung Shilla terbangun. Wanita itu menatap Siwon dengan ekspresi takut dan cemasnya. Membuat Siwon perlahan merasakan sesak tersendiri. Ia mengelus rambut Shilla dan memeluknya. Shilla terdiam dalam pelukan Siwon. entah sejak kapan, tapi rasanya pelukan Siwon membawa efek tenang. Siwon mengelus rambut Shilla. “Gwenchana. Hanya mimpi” ucapnya menenangkan. Shilla tak mengatakan apapun dan hanya terdiam dalam pelukan Siwon. “Woo Oppa…dia marah padaku” gumam Shilla. Membuat Siwon menautkan alisnya bingung. Dia bermimpi tentang Ilwoo? “Dia ingin meninggalkanku” lagi. Shilla bergumam tak jelas. Siwon merasa prihatin tentu saja. Di awal kepergian Ilwoo, Shilla menjadi bukan dirinya. She was being delusional. Yunho bahkan harus memanggil jasa psikiater karena hal itu. Siwon awalnya tak percaya dengan ucapan Jaejoong. Tapi rasanya mengingat bagaimana Shilla kini, ia tahu ucapan Jaejoong benar adanya. Dokter bilang Shilla tak boleh terguncang lagi atau kondisinya seperti beberapa bulan lalu akan terulang. “Aniya. Tak ada hal seperti itu. Dia tak marah padamu” ucap Siwon tenang. Masih mengelus puncak kepala Shilla. Menenangkan wanita itu, meski Siwon tak tahu apakah caranya ini berhasil untuk menenangkan Shilla. Tapi melihat Shilla sudah bisa bernapas lebih teratur sepertinya cara Siwon berhasil. “Dia bilang dia tak akan kembali padaku kalau aku menikah dengan pria lain” ucap Shilla. Seketika Siwon merasakan perih di dadanya mendengar ucapan Shilla. “Aniya. Dia tak akan melakukan hal itu” komentar Siwon. “Kau tenang saja. Dia tak akan seperti itu” tambah Siwon. ia melepas dekapannya kemudian tersenyum pada Shilla. Senyum yang sekali lagi menenangkan Shilla. “Kau lapar? Semalam kau tak makan malam, kan? Kaja kita sarapan!” ucap Siwon. mengalihkan pembicaraan tentang Ilwoo begitu saja. Ia hanya jengah mendengarnya entah kenapa. Cemburu? Mungkin saja. Karena Siwon tahu Shilla begitu mencintai Ilwoo. Mereka mengenal sejak Shilla bahkan berusia 6 tahun. Shilla begitu bergantung pada Ilwoo, begitu mencintai Ilwoo. She loves him so much. Siwon menggelengkan kepalanya ketika rasanya ucapan Jaejoong terus saja berhamburan di benaknya. Membuatnya seperti diingatkan bahwa Ilwoo adalah satu-satunya pria yang Shilla cintai. Dan wanita itu tak ingin siapapun menggantikannya. Perlahan Siwon membantu Shilla berdiri. Menuntun Shilla ke ruang makan apartemen itu. Shilla hanya menurut begitu saja. Ia tak tahu kenapa rasanya ia hanya bisa menuruti semua perkataan Siwon. seperti anak kecil yang patuh pada ucapan sang ibu. Ya, mungkin kondisi Shilla bisa dikatakan seperti itu sekarang. Siwon menyerahkan segelas susu untuk Shilla dan wanita itu segera meneguknya. Senyum kecil Siwon bubuhkan. I promise to protect you, no matter what. “Makanlah! Kau pasti lapar” ucap Siwon. shilla hanya menganggukkan kepalanya. Perlahan ia memasukan roti bakar itu ke mulutnya. “Jaejoong Oppa…dia…” “Dia sudah berangkat ke kantor.” Jawab Siwon cepat. Ia bisa melihat Shilla menghentikan kunyahannya. Seperti ada yang wanita itu pikirkan. “Kau tenang saja. Jaejoong tak akan memberitahukan keberadaanmu.” Lanjut Siwon. menjawab keraguan di wajah Shilla. Perlahan wanita itu menganggukkan kepalanya. Mempercayai ucapan Siwon. “Temani aku ke taman, eo?” pinta Shilla. Siwon hanya menatapnya ragu. “Wae?” “Ilwoo Oppa akan kembali, bukan? Aku hanya tak ingin ia kesana dan tak ada diriku” ujar Shilla. Siwon menghela napasnya. Siwon menyadari kalau Shilla sudah banyak bicara padanya. bukan lagi kalimat pendek-pendek tapi sudah sebuah kalimat utuh. Hanya saja rasanya itu tetap saja menyakitkan. Karena nyatanya kalimat-kalimat itu hanyalah sebuah kalimat halusinasi. “Ehm kurasa aku harus mandi. Kurasa Woo Oppa tak akan suka melihatku kusam” ujar Shilla. Ia bangkit dari duduknya. Hanya saja Siwon menahan lengannya. “Geuman!” “Wae?” “Kita tak akan ke taman. Tidak sekarang” ucap Siwon. ia hanya merasa tak bisa menuruti semua halusinasi Shilla. Shilla menatapnya kecewa. “Keureonde Woo Oppa akan kecewa nanti. Tak apa kalau kau tak mau menemani. Aku bisa kesana sendiri” “Andwe! Tak boleh!” “Ah wae? Woo Oppa…” “But he’s dead already!” pekik Siwon. shilla terdiam seketika. Tatapan matanya berubah gelap. “He’s dead. Your lovely husband is dead. Cant you just accept the fact?” PLAKK Tamparan keras mendarat di pipi Siwon. menghentikannya dari segala bentuk kekesalan dan frustasinya. “Aniya. Ilwoo Oppa masih hidup. Dia akan kembali” ucap Shilla tenang. Matanya menatap Siwon garang. “He’s dead Shilla-ya!” PLAKK Lagi. Shilla menampar Siwon. ia menatap Siwon garang. Menahan kuat air mata yang akan jatuh dari pelupuk matanya. Menggigit bibir bawahnya kuat menghalau rasa sesak yang tiba-tiba menyergap kuat dirinya. Shilla membekap mulutnya dengan tangannya. Air matanya benar-benar jatuh. Nyatanya ia tak sanggup menahan air matanya itu untuk tak jatuh. Tanpa melihat Siwon sedikitpun ia berlari meninggalkan Siwon begitu saja. “Aish!” teriak Siwon frustasi. Ia mengacak rambutnya kesal. You messed the thing up, Siwon-ah. she’ll hate me after this. Ais To be continued…
Posted on: Wed, 31 Jul 2013 15:32:12 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015