Hari itu, seorang teman dengan nada main-main, “makanya punya - TopicsExpress



          

Hari itu, seorang teman dengan nada main-main, “makanya punya mata itu jangan kecil-kecil, buka dong matanya”. Hah..? kecil, buka mata? Lah, dia kira aku nyetelin mataku ini kekecilan dan aku sepanjang perjalanan tidur terus ya ? Nadanya sih main-main, tapi siapa sangka, hari ini saya sangat tersinggung dan mulai jaga jarak, entar nabrak dia kerena mataku kecil, karena aku selalu menutup mataku. Bukan hanya sampai disitu, masih banyak lagi yang lainnya. Seperti kulitku yang gelap, tubuhku yang pendek, hidungku yang pesek, selalu saja jadi bahan olok-olokkan mereka. Apakah kekuranganku mengganggu mereka? Kekuranganku lucu dimata mereka atau… ah, aku terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak. Beberapa hari yang lalu saya menonton acara musik yang disiarkan live oleh stasiun TV swasta, salah satu presenternya *L*A yang memang sering ditegur oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) karena candaannya yang sering menyinggung kelompok tertentu, dia berkata kepada salah satu penonton acara tersebut “panci gosong, kain lap, dsb” maaf, memang kulitnya agak gelap dan wajahnya pun pas-pas. Dia pikir, itu anak tidak punya perasaan? Ngomong ya dipikirkan dulu, asal jangan ngomong saja, orang tertawa, dia kira lucu? Setelah nonton acara tersebut saya jadi kurang respect sama orang yang suka main-main dengan fisik, dijadi bahan lucu-lucuan, dijadikan bahan olok-olokkan. Saya juga pernah update status di akun pribadi saya mengenai hal ini. Lah, bebarapa hari yang lewat saya malah merasakan hal yang sama, (Hiks, kita senasib). Bicara tentang kekurangan yang saya miliki mengenai fisik saya yang serba sederhana, mata yang kecil (sipit), hidung yang pesek, tubuh yang pendek, dan kulit saya yang gelap, bukankah itu ciptaan Tuhan? Bukankah kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT? Allah lah dzat yang maha sempurnah. Ini bukan bentuk dari pembesaran hatiku saja. Merasa sempurnah? Memiliki segalanya? Oh, kenyataan begitu pahit ketika mereka menjadikan kekuranganku sebagai bahan tertawaan, hiks … Dulu ketika SMP dan SMA, saya juga pernah mengalami hal yang sama. (menyedihkan bukan sepanjang hayat selalu menjadi bahan olok-olokkan?) Aku mau berontak, tapi sama siapa? Sama ibu? Atau sama tuhan? Terkadang kita tak perlu harus percaya, ketika kondisi sebuah jalan yang sepi, hujan semalam akan membuatnya begitu segar diwaktu pagi. Ah, terlalu berpuitis. Takkan pernah ada dendam, takkan pernah aku mau mengolok-ngoloknya balik karena aku sadar, aku sangat-sangat banyak kekurangan. Saya akan selalu berdoa untuk orang yang selalu menertawakan kekurangan saya, untuk orang yang selalu mengolok-ngolok kekurangan saya suatu saat nanti orang itu JATUH HATI PADAKU karena “kekuranganku” itu. Saat itulah saya akan tersenyum dan bilang “AKU TIDAK SEMPURNAH SEPERTI KAMU” dengan nada dingin berharap mereka membeku. Main sih boleh, mau lucu-lucuan juga boleh, saya juga termasuk orang yang punya selerah humor yang tinggi. Tapi main-mainnya dan lucu-lucuannya bukan masalah kekurangan fisik ya. Ketika saya berteman dengan orang yang juga tidak sempurnah, saya berusaha dengan sekuat tenaga menjaga perasaannya, agar dia tidak merasa dikucilkan, agar dia tidak merasa memiliki kekurangan. Namun disaat saya berusaha keras menjaga perasaan orang lain, eee.. yang lain tidak menjaga perasaan saya, keterlaluan. Jagalah bicara ketika bermain-main, jangan sampai mau lucu-lucuan malah yang terjadi singung-singungan. Jangan contohkan para pelawak Indonesia jaman sekarang yang ngelawak bahannya mengolok-ngolok kekurangan fisik seseorang. Pernah nonton Mr. Bean? Lucu? Bukan Mr. Bean-nya yang dilihat tapi kecerdasaan orang yang ada dibelakang layar itu yang harus dicontoh. Mereka ngelawaknya dengan kecerdasan pikiran mereka. NEGERI INI SANGAT LUCU, TINGGAL PILIH MAU TERTAWA ATAU MENANGIS?
Posted on: Fri, 18 Oct 2013 04:11:11 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015