Prestasi Presiden ‘Pecundang’: Rupiah Jatuh - TopicsExpress



          

Prestasi Presiden ‘Pecundang’: Rupiah Jatuh Sendirian! Jakarta – KabarNet: “Jangan khawatir, Fundamental ekonomi kita cukup kuat” – Itulah kata-kata dusta yang sering keluar dari mulut para pejabat penipu rakyat, yang didukung pernyataan pengamat ekonomi penjilat pantat pejabat pemerintah. Faktanya kini nilai tukar Rupiah semakin terpuruk, padahal nilai Dollar AS sedang jatuh dan seluruh mata uang negara-negara lain nilainya naik, kecuali Rupiah sendirian yang terpuruk. Dugaan bahwa rupiah akan terus terperosok akhirnya menjadi kenyataan. Kendati pekan lalu pemerintah berhasil melelang surat berharga negara dari jenis syari’ah (SPN-S24012014 dan PBS005) atau sukuk sebesar Rp5,27 triliun, ternyata hal itu tak membuat rupiah kembali berotot. Lihat saja, pada Senin (29/7/2013), kurs tengah Bank Indonesia (BI) anjlok di level Rp 10.270 per dolar atau melemah 5 basis poin dibanding penutupan Jum’at pekan lalu. Bahkan di pasar spot sudah melemah ke level Rp10.300. “Investor masih menunggu pertemuan The Fed pekan ini,” kata Alwi Assegaf, analis SoeGee Future. Kalau melihat perkembangan perekonomian Amerika, penghentian kebijakan Quantitative Easing (QE) III memang semakin kuat. Ini terlihat dari sentimen konsumen di Amerika pada Juli ini mencapai 85,1 atau level tertinggi dalam enam bulan terakhir. Terlebih lagi Ben Bernanke, Gubernur The Fed, akan pensiun Januari 2014. Terlepas dari sikap menunggu investor, ternyata rupiah merupakan mata uang yang ‘terpuruk sendirian’ nilai tukarnya. Soalnya, saat ini dolar justru sedang melemah terhadap sejumlah mata uang dunia lainnya seperti pound sterling, yen, dan dolar Australia. Berdasarkan survey Bloomberg, pasar berspekulasi bahwa The Fed belum akan menghentikan program QE jilid III. Maka wajar bila hari-hari ini umpatan kepada Bank Indonesia (BI) kian santer terdengar. Ada pun yang menggerundel adalah kalangan pengusaha yang merasa bank sentral kurang sigap menjaga nilai tukar kebanggaan RI itu. Sehingga, di tengah tren penguatan sejumlah mata uang dunia, nilai tukar rupiah justru melemah. Sebenarnya, BI bukanlah satu-satunya “kambing hitam” yang menjadi penyebab melemahnya rupiah. Sebab, selama Juni dan Juli, permintaan dolar untuk impor dan membayar utang luar negeri yang sudah jatuh tempo memang cukup besar. Sedangkan dolar yang masuk ke sini sangat seret. Buktinya, transaksi berjalan sepanjang kuartal II–2013 mengalami devisit US$8 miliar atau 3,5% dari produk domestic bruto (PDB). Jadi, selama transaksi berjalan mengalami defisit begitu besar, maka berbagai langkah yang dilakukan BI untuk memperkuat otot rupiah menjadi sia-sia. Tidak ada cara lain, selain cari utang baru, dan kinerja ekspor yang memang harus digenjot untuk meningkatkan arus masuknya dollar dan mata uang asing lainnya ke Indonesia. Terpuruknya nilai tukar rupiah secara sendirian ditengah menguatnya mata uang negara-negara lain lagi-lagi membuktikan kebenaran tudingan sejumlah kalangan yang setuju dengan penilaian bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah seorang ‘pecundang’. SBY terbukti telah gagal membuat rakyat negeri ini menjadi lebih sejahtera. Dicabutnya subsidi BBM dan Listrik yang berakibat sistemik melonjaknya harga-harga seluruh kebutuhan pokok adalah salah satu bukti kegagalan rezim SBY. Melonjaknya inflasi sebagai konsekwensi logis dari dicabutnya subsidi BBM dan Listrik yang memicu kenaikan seluruh harga komoditi juga menjadi bukti kegagalan pemerintahan SBY dalam menstabilkan perekonomian negeri ini. Kini, bahaya serius sedang mengancam perekonomian negeri ini, yakni hancur-leburnya nilai tukar Rupiah yang akan merubah wajah Indonesia menjadi terbalik 180 derajat. Kalau sampai bencana ekonomi tersebut terjadi, maka benarlah anggapan yang menilai Presiden SBY hanyalah seorang ‘pecundang’. [KbrNet/adl – Source: Inilah]
Posted on: Wed, 07 Aug 2013 00:40:33 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015