"RAHASIA KECERDASAN YAHUDI" Menurut penelitian Dr. Stephen Carr - TopicsExpress



          

"RAHASIA KECERDASAN YAHUDI" Menurut penelitian Dr. Stephen Carr Leon, seorang yang menjalani housemanship selama tiga tahun di beberapa rumah sakit di Israel, kecerdasan yang dimiliki oleh bangsa yahudi telah dibentuk secara turun-temurun bahkan sejak masa sebelum mengandung. Bangsa yahudi sejak dahulu kala telah memiliki tradisi yang memprioritaskan improvisasi kecerdasan keturunan mereka. Doktrin rasisme yang telah ditanamkan dalam diri tiap generasi mengharuskan mereka untuk tidak mengambil keturunan selain dari sesama yahudi yang memiliki kecerdasan seperti mereka. Disamping menjaga genetika mereka, bangsa yahudi juga memiliki tradisi pembinaan otak sejak masa pra-kelahiran. Sejak masa kandungan, para orangtua yahudi telah terbiasa memberikan pendidikan terhadap janin mereka dengan aktivitas rutin berupa kebiasaan mendengarkan serta bermain musik dan mengerjakan soal-soal matematika yang terus berlanjut sampai masa pasca-kelahiran bahkan sampai sang anak tumbuh dewasa. Disamping itu, mereka juga sangat menjaga makanan yang masuk ke tubuh mereka. Menu makanan mereka merupakan menu pilihan yang telah terbukti dapat memacu kecerdasan mereka serta keturunan mereka. Makan kurma dan susu Sejak awal kehamilan, Wanita hamil di Israel suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya adalah roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut wanita Yahudi tersebut, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak sementara kepala ikan mengandung kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan otak anak dalam kandungan. Ketika diundang makan malam bersama orang Yahudi. Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu makan mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya daging atau fillet)”, sebelum saya lanjutkan artikel ini, masyarakat Jepang juga suka memakan ikan. Pantesan ketularan pintar. Stephen melanjutkan, “biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersamaan di satu meja.” Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tidak bagus dimakan bersamaan. Sedangkan Salad dan kacang , harus ada, terutama kacang badam. Uniknya, mereka akan makan buah-buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi, akan dihidangkan buah-buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan utama dahulu (karbohidrat seperti nasi dan roti) dahulu kemudian memakan buah-buahan, ini akan menyebakan kita merasa mengantuk. Akibatnya lemah dan payah memahami pelajaran di kelas. Bermain Musik dan Olahraga Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata-rata mereka mnegusai tiga bahasa, Hebrew, Arab, dan Inggris. Sejak kecil mereka diajarkan bahasa oleh orang tua mereka Selain itu sejak kecil anak-anak Yahudi juga dilatih bermain alat musik seperti piano dan biola. Ini adalah sebuah kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami nada-nada musik dapat meningkatkan IQ. Dan sudah tentu akan menjadi anak yang pintar. Menurut ilmuwan Yahudi, hentakan musik dapat merangsang perkembangan otak. Tak heran banyak pakar musik atau musisi terkenal bersal dari Yahudi (Seperi Madona). Di kelas 1 hingga kelas 6, anak-anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perdagangan. Pelajaran IPA pun sangat diutamakan. Bahkan menurut Stephen (yang merupakan Warga California), “Perbandingan dengan anak-anak di California, tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!!” Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran di atas, olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari. Memanah dan menembak dapat melatih otak agar focus. Menembak juga bagian dari persiapan bela negara. Sidang pembaca yang berbahagia! Itulah penjelasan singkat mengenai langkah dan upaya bangsa Yahudi agar generasi mereka menjadi pintar (kalau penjelasan saya lebih panjang lagi, Anda akan dikenai tarif). Semoga ada manfaatnya. Oya satu lagi, mungkin orang tua kita belum tahu tentang ini, bukan berarti kita tidak pintar. Bahkan sebenarnya agama Anda mengajarkan untuk menjaga makanan, bukan untuk Tuhan atau Rasul Anda, tetapi untuk Anda. Pastikan generasi Anda berikutnya pintar, dimulai sejak fetus hingga dewasa. Bangsa yahudi juga sangat menjaga diri serta keluarga mereka dari barang-barang yang berpotensi dapat merusak kecerdasan mereka. Barang-barang seperti minuman keras, nikotin, maupun rokok merupakan hal yang tabu bagi mereka. Orang yahudi tidak akan segan-segan untuk mengusir siapapun yang nekat merokok di sekitar rumah mereka. Bangsa yahudi juga memiliki solidaritas yang tinggi terhadap saudara mereka. Pantang bagi seorang yahudi untuk merokok di tempat umum. Bahkan apabila seorang yahudi perokok melihat ada seorang wanita hamil di jalan raya, ia akan segera menghentikan aktivitasnya tersebut meskipun ia tak mengenalnya. Satu fenomena yang sangan mengesankan di kalangan yahudi, seorang pecandu rokok akan segera berhenti total ketika mengetahui istrinya mengandung, hal itu terus berlanjut sampai sang anak berusia 7 tahun. Itupun biasanya mereka merasa malas untuk menghisap rokok lagi. Dalam dunia akademis, Bangsa yahudi memiliki kurikilum pendidikan serta konsep belajar yang sistematis serta selalu dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Pelajar yahudi tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan secara teoritis, mereka bahkan dituntut untuk memiliki penemuan baru sejak mereka masih duduk dalam bangku sekolah dasar. Prinsip selalu bertanya dan kritis dalam belajar, serta tidak pernah menganggap mutlak teori yang ada, memotivasi mereka untuk selalu melakukan penelitian dan penemuan terbaru yang jauh lebih sempurna. Segala tradisi dan aktivitas yang dilakukan oleh bangsa yahudi diprioritaskan untuk menghasilkan generasi yang benar-benar cerdas dan aktif serta produktif. Orang yahudi akan sangat malu jika memiliki keturunan yang bodoh atau memiliki kecerdasan rata-rata standar bangsa non-yahudi. Tradisi Islam Yang Ditinggalkan Dari paparan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh orang-orang yahudi bukan semata-mata takdir dan karunia tuhan. Lebih dari itu, kecerdasan yang mereka miliki adalah hal yang rasional dan melalui proses yang dapat dijelaskan secara ilmiah. Bahkan bangsa manapun selain yahudi memiliki potensi yang sama untuk memiliki kecerdasan seperti yang mereka miliki. Namun yang mungkin tak terpikirkan oleh kita, ternyata rahasia kecerdasan orang yahudi tersebut telah diajarkan oleh agama kita bahkan sempat dipraktekkan oleh kaum muslimin selama beberapa abad!!! Sejak masa Rasulullah Sallalahu ‘alaihi wa sallam, kaum muslimin sudah terbiasa hidup dengan teratur bahkan melebihi kaum yahudi. Sejak kurun awal generasi Islam, tradisi menjaga keturunan serta makanan yang dikonsumsi merupakan prioritas kaum muslimin. Hanya saja, berbeda dengan tradisi yahudi yang bersifat rasional dan berdasarkan pada pengalaman empiris, tradisi kaum muslimin tersebut lebih bersifat metafisik dan didasarkan pada pengejawentahan ajaran Islam. Konsep kafa’ah misalnya, merupakan ajaran Islam yang mengandung hikmah dalam urgensi menjaga keturunan, Konsep waro’ dalam mencari rizki merupakan langkah Islam dalam menuntun ummatnya untuk berhati-hati dalam makanan yang masuk ke tubuh mereka. Apalagi ajaran Islam yang bersifat dogmatis tersebut, lambat laun mulai menemukan rasionalitasnya terutama di era modern ini. Sebagai agama yang ajarannya bersumber langsung dari Allah ta’ala sang pencipta semesta, tak ada satupun barang yang berbahaya bagi manusia yang tidak diharomkan dalam agama Islam. Jika kita renungkan, dari sekian banyak konsumsi yang diharomkan, khomer ternyata mendapat perhatian lebih. Berbeda dengan babi dan makanan berbahaya lainnya, khomer memiliki keistimewaan dengan hukuman bagi pelakunya yang ditentukan langsung oleh syariat berupa had. Hal ini tak lain karena pengaruh khomer yang berdampak langsung pada kerusakan akal dan kecerdasan manusia. Secara implisit dapat kita simpulkan, bahwa agama Islam mengajarkan ummatnya untuk memberikan perhatian lebih dalam menjaga akal dan kecerdasannya. Ummat Islam juga memiliki tradisi mendidik anak mereka bahkan sebelum mereka berada di kandungan. Dalam ajaran Islam, seorang ayah memiliki kewajiban untuk mencarikan ibu yang baik bagi calon anaknya begitu juga sebaliknya. Dalam masa kehamilan, Jika bangsa yahudi merangsang kecerdasan janinnya dengan mendengarkan dan bermain musik, orangtua muslim memembacakan untuk jabang bayi mereka ayat-ayat suci Al Qur’an yang jauh lebih berpengaruh terhadap kecerdasan janin. Konsep pendidikan Islam bahkan lebih unggul dari pendidikan yahudi, jika bangsa yahudi hanya menitikberatkan pendidikan pada kecerdasan intelektual atau intellectual quotient (IQ), sistem pendidikan Islam memberikan perhatian lebih terhadap kecerdasan emosional atau emotional quotient(EQ) dan kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ). Implikasinya, generasi kaum muslimin memiliki variasi kecerdasan yang lebih unggul dari generasi yahudi. Pelajar muslim tidak hanya memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi juga memiliki akhlak dan kepribadian yang sholeh. Imam Syafi’i merupakan satu dari ribuan intelektual muslim yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual yang mengagumkan, disamping beliau sanggup menghapal langsung hal apapun yang pernah dilihat dan didengarnya, beliau juga dikenal sebagai sosok yang soleh dan dermawan. Yang sangat disayangkan, tradisi baik yang bersumber langsung dari ajaran Islam ini telah lama ditinggalkan oleh kaum muslimin. Seiring dengan berjalannya waktu, minat dan semangat kaum muslimin dalam mendalami dan menjalankan sunnah semakin memprihatinkan. Tradisi yang dulunya sempat melahirkan generasi mujtahidin dan ilmuan dengan tingkat kejeniusan dan pengetahuan intelektual yang luarbiasa ini, kini hanya tinggal torehan-torehan emas dalam buku-buku sejarah. Gelar mujtahid yang dulunya berhasil dicapai oleh banyak intelektual muslim, menjadi sebuah strata yang absurd untuk dicapai generasi muslim sejak abad ke 4 hijriah. Bertolak dari pembahasan singkat ini, ummat Islam harus pandai-pandai membawa diri agar bersikap moderat (tawassuth). Diawali dengan membuka kesadaran bahwa kecerdasan dan hegemoni bangsa yahudi adalah sebuah realita, dan hal tersebut harus diterima sebagai tantangan yang harus dihadapi. Bukan justru melakukan kegiatan kontraproduktif dengan rasa inferioritas dan menjadikan mereka sebagai kiblat. Akan tetapi dengan kembali kepada ajaran Allah ta’ala dan sunnah nabinya Muhammad shollalahu ‘alaihi wasallam. Tentunya dengan konsep yang lebih rasional dan modern, tanpa harus mengorbankan keimanan kita terhadap syariat tersebut atau hanyut dalam modernitas yang bertentangan dengan esensi syariat Islam. Dengan tetap mempertahankan tujuan awwal, yaitu menjalankan syariat Allah ta’ala dan sunnah nabinya Muhammad shollalahu ‘alaihi wa sallam dengan ikhlas.Wallahu A’lam. ”Itulah kenyataannya" Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran. Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. “Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi. Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur’an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka. Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid. Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia . Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya. Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal. Benarkah merokok dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
Posted on: Thu, 27 Jun 2013 02:57:06 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015