Waspada"KARENA PERGERAKAN RUPIAH, BELI TEMPE-TAHU JADI SUSAH - TopicsExpress



          

Waspada"KARENA PERGERAKAN RUPIAH, BELI TEMPE-TAHU JADI SUSAH Produk olahan kedelai yang difermentasi menjadi makanan tempe ataupun tahu masih menjadi favorit banyak masyarakat Indonesia. Kandungan gizi dan harga yang terjangkau menjadi salah satu alasan banyak orang menggerami lauk kayak protein ini. Namun saat kurs rupiah terus melemah seperti yang terjadi saat ini, berbicara tempe dan tahu seolah rumit. Sama rumitnya seperti saat memantau pergerakan kurs rupiah di pasar keuangan. Memang Indonesia mampu memproduksi kedelai, sebagai bahan dasar tempe dan tahu. Namun menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, kebutuhan kedelai nasional setiap tahunnya jauh melebihi hasil produksi petani. Alhasil, impor pun dilakukan. Berdasarkan catatan Kemendag, kebutuhan kedelai mencapai 2,5 juta ton. Sementara suplai domestik hanya 800 ribu ton. "Tiap tahun kedelai yang dibutuhkan Indonesia 2,5 juta ton sedangkan produksi nasional kurang lebih hanya 800 ribu ton. Jadi kita mau tidak mau harus melakukan pengadaan dengan cara impor. Kita terus mencari solusi bagaimana untuk meningkatkan 800 ribu ton itu di dalam negeri menjadi angka yang lebih besar agar kebutuhan nasional bisa diatasi," jawab Gita pekan lalu di Bandung. Lalu, kenapa suplai dalam negeri hanya sanggup memenuhi kurang dari 50% dari kebutuhan. Padahal ketergantungan pada luar negeri membuat tempe-tahu menjadi tidak mandiri. Apa tidak apa upaya untuk mengoptimalkan tanaman kedelai di tingkat petani, sehingga setiap tahunnya Indonesia harus mengimpor? Entahlah! Gita hanya menyebut, empat paket kebijakan yang dirilis pemerintah sudah mengakomodir stabilitas nilai tukar, dan makro ekonomi dalam beberapa bulan ke depan. Dari hulu, nilai ekonomis kedelai meninggi saat menjadi olahan tempe-tahu. Penciptaan nilai tambah level satu ini pun dilakukan banyak pengusaha UMKM yang tergabung dalam Koperasi Pengrajin Tahu-Tempe Indonesia. Sekali lagi, karena pelemahan rupiah menjadi keluhan serius perajin. Budisudarno, perajin tempo asal Medan salah satunya. Harga yang ia dapat dari distributor pada 12 Agustus masih Rp 7.350 per kg, lalu naik Rp 7.600 per kg, dan tertinggi di 24 Agustus kemari, Rp 8.800 per kg. "Nggak tau lagi apa nanti harga naik lagi atau malah turun dan kembali ke harga normal sebesar Rp7.200-Rp7.300 per kg," ceritanya. Akibat tren harga kedelai yang terus naik membuat distributor tidak berani melakukan transaksi dalam jumlah banyak. (KF-WEP) Keluhan juga datang dari perajin asal Banda Aceh, Banyumas, hingga Bojonegoro. Bahkan perajin di Lebak terancam bangkrut jika harga kedelai tak kunjung turun.
Posted on: Tue, 27 Aug 2013 01:49:52 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015