76. KEBIASAAN PIKIRAN MENJELAJAH SUARA ATR DALAM BERPIKIR - TopicsExpress



          

76. KEBIASAAN PIKIRAN MENJELAJAH SUARA ATR DALAM BERPIKIR KETAATAN VERSUS MAKSIAT 1. PENDAHULUAN Sejalan dengan kekuatan „berpikir keaatan“, maka anda dapat membayangkan apa yang tampak tidak selalu seperti yang sejatinya.Kenalilah tabiat dunia dengan hatimu. Kekayaan, kedudukan terhormat, dan prestise dalam sosial hanyalah bagian yang sangat kecl dari kekuasaan-Nya yang tiada terbatas. Ingatlah bahwa masa kemuliaan dunia itu terbatas dan anda tidak bisa mencegah saat masa itu bisa, sehingga sempurnakan penggerak unsur jiwamu sebagai alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal agar engkau menemukan-Nya lebih dekat daripada apa pun. Oleh karena itu, kekuatan berpikir ketaatan bila dapat kita tumbuhkan mampu untuk tidak tertipu pada yang tampak, sehingga ada daya kemauan untuk tanggalkan kebanggaanmu pada kemuliaan duniawi dengan usaha menyempurnakan kesadaran untuk menuntun kedalam usaha meninggalkan kebiasaanmu yang bergantung kepada makhluk sebab akan membuatmu suntuk dan takluk yang mendorong menjadi candu. Bertolak dari ungkapan pikiran diatas, sadarilah bahwa dalam pikiran ini ada apa yang disebut dengan „Balasan Ketaatan“ yaitu bila engkau ingin cepat sampai kepad-Nya bersegeralah menuju-Nya. Jangan tunda amalmu sebab dia senantiasa mengiringinya dengan balasan. Dengan begitu cukuplah sebagai alasan Allah atas ketaatanmu ketika dia meridoimu sebagai pelaku ketaatan, sehingga ini tidak terbayangkan oleh kita, sebab kita sering menganggap ketaatan adalah pilihan kita semata. Oleh karena itu, belajar kepada para Rasul dan nabi-Nya, begitu banyak dalam surat dan ayat yang dapat kita pelajari dalam Al Quran dimana para teladanan itu selalu mengungkapkan rasa cukupnya balasan dari Allah. 2. KETAATAN VERSUS MAKSIAT Bertitik tolak pemikiran yang kita ungkapkan diatas, maka bagaimana kekuatan pikiran ini dapat mendalami untuk kita pahami apakah ada hubungan dengan anggota badan untuk menjadikan kedewasaan kita berpikir. Jadi apakah mengetuk dinding jiwa dalam usaha apa sebaiknya sudah kita pikirkan bahwa apakah sudah sesuai dengan yang dikehendaki oleh agama dan yang dicintai-Nya ? Disinilah letak kunci seberapa jauh kita dapat meningkatkan kedewasaan berpikir dalam rohaniah, sosial, emosional dan intelektual untuk dapat menuntun hal-hal yang terkait dengan : 1) Anggota badan yang berupa MATA, diciptakan oleh Allah untuk meneliti dan mengenangkan kerajaan langit dan bumi agar dijadikan sebagai suri teladan hidupnya dan digunakan untuk melakukan ketaatan. 2) Anggota badan yang berupa TELINGA diciptakan kita sanggup mendengar keluhan orang-orang yang teraniaya, orang-orang yang kelaparan, sengsara dan mampu mendengar kata-kata hikmat yang banyak berisi ilmu pengetahuan. 3) Terhadap lisannya juga dapat diberikan pemikiran yang demikian artinya mendekatkan diri kepada Allah itu dengan menggunakan lisanku ini. 4) Terhadap harta kekayaan juga membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam. Kita dapat membayangkan dalam kekuatan untuk dapat mengungkit daya ingat atas hal-hal yang kita utarakan diatas menjadi daya kemauan dalam mewujudkan bagaimana dapat dipercepat usaha-usaha yang baik-baik dengan milik-milik-Nya itu dan merenungkan pula agar supaya amalan yang akan dikerjakan dapatlah didasarkan pada keikhlasan hati yang semurni-murninya. Dengan cara berpikir tersebut seberapa jauh kita dapat melepaskan diri dari kebiasaan pikiran yang bersifat maksiat. 3. PENUTUP Mengetuk dinding jiwa dalam usaha-usaha membangun daya kemauan yang kuat dengan kekuatan „kesadaran, kecerdasan dan akal“ kedalam kebiasaan pikiran untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam proses berpikir „KETAATAN disatu sisi dan disisi lain mampu lepas dari pikiran „MAKSIAT“ Dalam mengungkapkan tersebut akan ditentukan oleh kemampuan anda untuk selalu selalu meningkatkan kedewasaan dalam prikir rohaniah, sosial, emosional dan intelektual dima setiap manusia mulai sjak terbitnya matahari sampai terbenamnya memeriksa seluruh anggotanya yang tujuh yakni MATA, TELINGA, LISAN, KEMALUAN, PERUT, TANGAN dan KAKI, kemudian seluruh tubunya, apakah pada saat itu masih tidak sedang mengandung kemaksiatan. Oleh karena itu, renungkanlah dalam mengetuk dinding jiwa dimana sekiranga masih ada kemaksiatan yang sedang dilakukan, hendaklah seketika itu juga ditinggalkan. Andaikata hari kemarinnya melakukan hendaklah disusuli / ditutupi oleh perasaan perasaan menyesal dan berhasrat untuk meninggalkan selama-lamanya.
Posted on: Thu, 20 Jun 2013 08:14:25 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015