Melacak Jejak Zina di Kota Kendal (1) Liputan Investigasi - TopicsExpress



          

Melacak Jejak Zina di Kota Kendal (1) Liputan Investigasi Pelacuran Kendal MESKI pemberitaan mengenai lokalisasi Alaska (Alas Karet) menyeruak dua pekan terakhir, namun tidak mudah bagi Islampos untuk bisa menembus kompleks pelacuran terbesar di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, tersebut. Selain karena kondisi yang masih memanas pasca bentrokan, tidak banyak warga mengetahui lokasi persis dari lokalisasi ini. “Maklum kalau kita ke sana, takut dibilang pelanggan,” kata Maryudi, warga Sukorejo kepada Islampos. Sejak malam pertama tiba di Kendal, Islampos mencoba menembus lokalisasi yang meresahkan warga ini. Saran datang dari tokoh masyarakat setempat agar Islampos tidak nekat menginjakkan kaki di kawasan penuh dosa tersebut. “Tidak usah ke sana, masih rawan,” himbau Ketua Pengurus Cabang Muhammadiyah Sukorejo, Samsudin, kepada Islampos. Islampos sengaja mengunjungi Alaska di malam hari untuk memastikan apakah lokalisasi ini benar-benar tutup. Namun belum pulihnya kondisi keamanan, membuat Islampos harus mengurungkan niat menjamah Alaska pada malam itu. Maklum, kami membawa misi sebagai media Islam. Dan, stigma perlawanan kepada kelompok Islam masih sangat terasa. Alaska terletak di Desa Gedong, Kecamatan Patean. Lokalisasi ini sengaja mengumpat di balik rerimbunan hutan karet yang tumbuh subur di pegunungan Kendal. Jadi, lokalisasi ini berdiri jauh dari rumah penduduk dan hiruk pikuk aktivitas warga. “Tapi kalau sudah setel karaoke, suaranya bisa sampai sini,” kata seorang Ibu warga Sukorejo yang berjarak sekitar 2 KM dari lokalisasi. Mengingat Alaska, tentu pikiran kita akan dihantarkan pada kontrasnya wajah Kabupaten Kendal. Meski dikenal sebagai kota santri, orang tidak mengira ada sebagian manusia mencari nafkah dengan menjajakan tubuhnya di daerah yang berbatasan dengan Kota Semarang tersebut. Perlu dicatat, ada 154 Pondok Pesantren berdiri di Kabupaten Kendal. Bahkan di Kecamatan Sukarejo ada Ponpes Darul Arqom yang berdiri di bawah naungan Muhammadiyah. Maka, Muhammadiyah salah satu organisasi yang sangat gerah dengan kehadiran komplek pelacuran tersebut. Hingga hari kedua, Islampos masih kesulitan untuk masuk ke lokalisasi. Beberapa ikhwan dari Ormas Islam sempat menawarkan bantuan agar kami mudah masuk lokalisasi. Tetapi, rasanya kami tidak ingin merepotkan karena khawatir bentrokan dengan preman berlanjut mengetahui ada ‘perwakilan’ Front PembeIa Islam (FPI) datang. Kami sadar, tujuan kami adalah menggali informasi seluas-seluasnya tentang lokalisasi. Dan, kami harus memastikan situasi kondusif saat tiba di lokalisasi. Ide pun datang untuk menghadirkan warga sekitar lokalisasi sebagai pendamping. Maka pada hari ketiga, Islampos berhasil masuk ke Alaska. Dengan dihantar dua orang warga Kecamatan Patean dan Kecamatan Sukorejo, sore itu kami menelusuri hutan karet dengan berjalan kaki. Rerimbunan hutan berpadu angin sepoi-sepoi langsung menyapa kami. Hujan rintik-rintik semakin menaikkan hawa sejuk kawasan Patean. Sesungguhnya, jalur masuk Alaska tidaklah bagus. Kondisi jalan penuh bebatuan tanpa aspal. Tampak badan para pengguna sepeda motor harus terguncang digoyang kondisi jalan yang tak mulus. Jalan lokalisasi ini sendiri berkontur menanjak, hingga kami harus memasang nafas lebih panjang untuk mencapai lokasi. “Itu di sana, mas,” tunjuk warga Patean yang mengantar kami menunjuk atap lokalisasi. Tanda lokalisasi semakin dekat. Dengan memakan waktu lima menit, akhirnya kami tiba di lokalisasi. Pengumuman dengan sehelai kertas bertuliskan “Alaska Tutup Total” langsung menyapa kami. Namun semakin masuk ke dalam, kami masih melihat satu-dua perempuan berbusana minim. Iman menjadi benteng kokoh diri kami untuk tidak tergiur rayuan dunia tersebut. Tak berselang lama, penampakan para pelacur di kompleks tersebut tiba-tiba saja berganti dengan tatapan para pria berbadan tegap. Mereka adalah para preman penjaga pelacuran. Mayoritas mereka berambut gondrong dengan tubuh diselimuti tato. Berkali-kali mereka memandangi kedatangan kami dengan mengepulkan asap rokok. Maka kondisi terburuk sekejap menghantui diri kami jika memutar waktu satu pekan lalu saat para preman memukuli anggota FPI. [Pz/Islampos/Bersambung]
Posted on: Tue, 30 Jul 2013 18:04:39 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015