Apakah Dolar Bisa Kembali ke Rp 9.500? Ini Jawaban DGS BI - TopicsExpress



          

Apakah Dolar Bisa Kembali ke Rp 9.500? Ini Jawaban DGS BI Terpilih Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance Senin, 23/09/2013 13:53 WIB images.detik/content/2013/09/23/6/135601_dolarnew4.jpg IHSG dan Rupiah Anjlok Jakarta - Posisi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini masih tertekan meskipun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah beberapa kali dinaikkan. Apa kata Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang baru saja terpilih sebagai Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara? "Jangan terlalu khawatir kondisi rupiah saat ini. Itu justru kita dari level Rp 9.500/US$ ke sekarang ini posisi equilibrium, kalau dipaksa ke Rp 9.500/US$ kita akan unstable," kata Mirza saat acara HUT LPS di Hotel Ritz Carlton Pasific Place, Jakarta, Senin (23/9/2013). Dia menjelaskan, masyarakat saat ini sudah berlebihan menanggapi gejolak rupiah yang dianggap tertekan. Padahal, pelemahan rupiah saat ini justru untuk membantu kestabilan perekonomian Indonesia nantinya. "Saya rasa kita ini terlalu khawatir kalau melihat rupiah bergejolak sebenarnya kalau rupiah terlalu kuat itu kita perlu khawatir. Kita menganggap kalau rupiah terlalu kuat itu hebat padahal tidak," ujarnya. Lebih jauh dia menjelaskan, nilai tukar rupiah beberapa waktu lalu yang sempat menguat hingga angka Rp 9.500/US$ membuat Indonesia lebih banyak melakukan impor dan menarik utang dalam denominasi dolar karena dianggap murah. Hal inilah yang membuat terlena pemerintah Indonesia akibat menguatnya rupiah. "Kalau rupiah terus menguat itu justru tidak kompetitif sehingga banyak impor, utang banyak karena dianggap murah nanti bahaya lama-lama bubble. Kemarin pada saat rupiah di Rp 9.000/US$ pada waktu itu memang ekonomi kita booming tapi rupiah kita di level segitu, itu sudah over value itu yang membuat impor barang atau ngutang dolar terasa murah," jelasnya. Terkait hal itu, Mirza menyebutkan jika Indonesia perlu sedikit legowo untuk bisa melemahkan nilai tukar rupiah yang bertujuan untuk bisa menstabilkan gejolak perekonomian Indonesia akibat defisit neraca perdagangan yang terlalu besar. "Kita juga menghadapi impor yang terlalu besar sehingga defisit. Cara menguranginya dalam jangka pendek, impor dikurangi yaitu caranya pertumbuhan ekonomi diperlambat," kata dia. "Supaya impor tidak merasa murah lagi ya mau nggak mau rupiah diperlemah lagi agar fundamental ekonomi kuat. Nanti kalau kita sudah bisa mengatasi neraca pembayaran dan mengurani utang dolar baru nanti rupiahnya menguat pelan-pelan," kata Mirza.
Posted on: Mon, 23 Sep 2013 11:37:16 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015