BREAKING NEWS !!! TEOLOG KRISTEN ABAD 18 SD ABAD 21 - TopicsExpress



          

BREAKING NEWS !!! TEOLOG KRISTEN ABAD 18 SD ABAD 21 BERKESIMPULAN BAHWA YESUS HANYALAH MITOS (JESUS PARABLE) DAN TIDAK PERNAH BENAR2 ADA -------------------------------------------------------------------------------------- Tiga pilar teori: Ahli Perjanjian Baru Robert Price menulis bahwa teori mitos Yesus berdasarkan pada tiga pilar: Tidak ada penyebutan Yesus sang pembuat mukjizat dalam sumber sekular. Surat-surat tulisan Paulus tidak menjadi bukti yang cukup mengenai keberadaan Yesus. Kisah Yesus berhubungan kuat dengan kepercayaan agama-agama Timur Tengah mengenai dewa yang wafat dan bangkit. Robert Price menulis bahwa pembela Kristen mencoba mengurangi hubungan ini. 1) Abad ke-18 dan 19 Penolakan keberadaan Yesus dalam sejarah (Volney dan Dupuis) Keraguan mengenai Yesus muncul ketika pembelajaran kitab suci secara kritis berkembang pada abad pencerahan (Renaissance). Pelopor teori mitos Yesus adalah filsuf Perancis Charles François Dupuis (1742–1809) dan Constantin-François Chassebœuf (1757–1820).[18] Napoleon Bonaparte secara pribadi pernah mempertanyakan keberadaan Yesus. Dupuis menolak keberadaan Yesus dalam sejarah, dan mendasarkannya pada tulisan sejarawan Romawi Tacitus (56–117) mengenai Kristus. Pada tahun 116, Tacitus menyebut Kristus yang telah dihukum oleh Pontius Pilatus tidak lebih dari gema kepercayaan Kristen yang tidak benar pada masa itu. Inilah kutipan surat Tacitus yang mencatat mengenai kebakaran di sebagian besar kota Roma selama 6 hari dalam bulan Juli 64 M, yang diduga oleh banyak orang Roma disulut oleh Kaisar Nero sendiri. Akibatnya, untuk menyingkirkan laporan itu, Nero menimpakan kesalahan dan memberikan siksaan yang paling berat untuk suatu kelompok yang dibenci karena ketidaksalehan mereka (terhadap dewa-dewa Romawi), disebut Kristen oleh masyarakat. Kristus, orang yang menjadi asal dari nama itu, menderita hukuman ekstrim dalam pemerintahan Tiberius di tangan seorang procurator kita, Pontius Pilatus, dan takhayul yang sangat menyesatkan, seperti telah diteliti saat ini, menyebar lagi tidak hanya di Yudea, sumber pertama kejahatan ini, tetapi juga di Roma, di mana semua hal yang menjijikkan dan memalukan dari berbagai bagian dunia menemukan pusatnya dan menjadi populer. Karenanya, dilakukan penahanan kepada semua yang mengaku bersalah; kemudian, berdasarkan informasi mereka, orang-orang berjumlah banyak didakwa, bukan hanya untuk kejahatan membakar kota, tetapi pula untuk kebencian terhadap manusia. Segala bentuk pengejekan juga ditambahkan kepada kematian mereka. Ditutupi dengan kulit binatang, mereka dicabik-cabik oleh anjing-anjing dan binasa, atau dipakukan di kayu salib, atau dilemparkan ke dalam api dan dibakar, menjadi terang pada waktu malam, ketika hari sudah berakhir. 2) David Strauss: Mitos Yesus sebagai hasil khayalan Teolog Jerman David Strauss (1808–1874) mengakibatkan kehebohan di Eropa karena tulisannya yang berjudul Das Leben Jesu (1835). Ia berargumen bahwa beberapa kisah mengenai Yesus merupakan mitos. David Strauss juga menyimpulkan bahwa masyarakat Kristen awal membuat materi berdasarkan kisah dan konsep Perjanjian Lama. Teolog Thomas L. Thompson menulis bahwa Strauss memandang pengembangan mitos bukan sebagai penipuan, tetapi merupakan hasil dari khayalan 3) Bruno Bauer: Yesus sebagai tokoh buatan Dalam A Critique of the Gospels and a History of their Origin yang diterbitkan tahun 1850–1851, Bauer berargumen bahwa Yesus tidak pernah ada. Penjelasan komprehensif Bauer mengenai asal usul Kristen muncul pada tahun 1877 dalam Christ and the Caesars. Ia mengusulkan bahwa agama tersebut adalah perpaduan stoisisme dengan teologi Yahudi Philo yang dikembangkan oleh Yahudi pro-Romawi seperti Flavius Yosefus. Bauer menyimpulkan bahwa asal usul Kekristenan bukan dari Yahudi, dan pergerakan Kristen berasal dari Roma dan Alexandria, bukan Palestina 4) Mazhab Belanda radikal: Penolakan pernyataan mengenai Yesus dari surat-surat Paulus Pada tahun 1870-an dan 1880-an, sekelompok ahli dari Universitas Amsterdam, mengikuti Bauer dengan menolak keabsahan surat-surat Paulus, dan mengambil pandangan negatif terhadap nilai historis kitab suci. Pada kelompok yang dijuluki mazhab Belanda radikal ini, keberadaan Yesus ditolak oleh Allard Pierson, pemimpin pergerakan, S. Hoekstra, dan Samuel Adrian Naber. Pada tahun 1881 A. D. Loman berargumen bahwa semua tulisan pada Perjanjian Baru berasal dari abad ke-2, dan meragukan bahwa Yesus adalah tokoh historis 5) J.M. Robertson: Yesus menurut kelompok Ebionit atau Nazarene: J. M. Robertson (1856–1933), seorang jurnalis Skotlandia, berargumen pada tahun 1900 bahwa kepercayaan Mesias yang wafat muncul sebelum periode Perjanjian Baru pada sekte yang dikenal sebagai Ebionite atau Nazarene, dan kelompok tersebut telah mengharapkan Mesias bernama Yesus. Dalam pandangannya, dasar tambahan tetapi kurang signifikan bagi kepercayaan Kristen awal mungkin merupakan tokoh Yesus ben Pandera yang dihukum mati. Tokoh ini dicatat pada Talmud sekitar abad ke-3 dan ke-4 M sebagai penyihir dan murid-muridnya memakai namanya untuk menyembuhkan orang. Robertson menulis bahwa, meskipun surat-surat Paulus dari Tarsus merupakan tulisan Kristen paling awal yang masih ada, surat-surat tersebut lebih banyak berbicara tentang teologi dan moralitas, sementara perihal kehidupan Yesus cenderung diabaikan. Robertson menuduh acuan mengenai dua belas rasul dan Perjamuan Kudus Yesus sebagai interpolasi, dan menyatakan bahwa figur Yesus dalam surat-surat Paulus hanya disebutkan sebagai penyelamat yang disalibkan dan bukan sebagai guru atau pembawa mukjizat.[33] Maka Robertson menyimpulkan bahwa elemen-elemen injil yang terkait dengan ciri Yesus tersebut berkembang pada masa berikutnya, kemungkinan di antara orang-orang non-Yahudi yang dikristenkan oleh pengabar injil Yahudi seperti Paulus.[34] Kelompok non-Yahudi yang dikristenkan ini menggambarkan penyaliban dan kebangkitan Yesus dalam drama misteri. Dalam drama tersebut, untuk memisahkan pemujaan dari Yudaisme, penghukuman mati Yesus dikaitkan dengan penguasa-penguasa Yahudi, dan pengkhianatan terhadap Yesus oleh seorang Yahudi (Ioudaios, disalahpahami sebagai Yudas). Menurut Robertson, drama semacam itu akan berkembang menjadi injil. Kekristenan akan mencoba memperbesar daya tariknya terhadap orang-orang non-Yahudi dengan menggunakan mitos dalam kultus pagan dengan tambahan Yudaik - contohnya, mukjizat penyembuhan Yesus berasal dari Asclepius, pemberian makan kepada ribuan orang dari Dionysus, ekaristi dari penyembahan Dionysus dan Mithra, dan berjalan di atas air dari Poseidon. Status Yesus sebagai keturunan Daud, dan mukjizatnya yang membangkitkan anak seorang janda dari kematian, adalah untuk menghormati harapan orang Yahudi akan juru selamat. Meskipun penggambaran Yesus sebagai logos dalam injil Yohanes tampak keyahudian, Robertson menyatakan bahwa konsep tersebut berasal dari fungsi Mithra, Thoth, dan Hermes sebagai perwakilan Tuhan tertinggi. 6) William Benjamin Smith: Penolakan penekanan Yesus sebagai Tuhan Pada saat yang sama, William Benjamin Smith (1850–1934), seorang professor matematika di Universitas Tulane, New Orleans, menulis dalam buku-bukunya, bahwa sumber-sumber Kristen awal, terutama surat-surat Paulus, menekankan ketuhanan Kristus, dan sama sekali tidak menjabarkan pribadi manusianya, sehingga keberadaan manusia bernama Yesus menjadi tidak masuk akal 7) Arthur Drews: Yesus dari kultus Gnostik Yahudi: Arthur Drews (1865–1935), seorang profesor filsafat di Technische Hochschule, Karlsruhe, Jerman, dalam bukunya Mitos Kristus (Die Christusmythe) yang diterbitkan pada tahun 1909, mempertahankan gagasan bahwa Kekristenan merupakan kultus Gnostik Yahudi yang menyebar dengan mengambil aspek-aspek dalam filsafat Yunani dan kisah hidup-mati-bangkit dewa-dewa lain. Drews menulis bahwa tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah tokoh mitos, dan tidak ada alasan untuk menganggap bahwa tokoh tersebut pernah ada. 8) Paul-Louis Couchoud: Yesus sebagai imajinasi Paulus 9) G.A.Wells: Yesus menurut motivasi Kristen: Wells mendasarkan argumennya pada pandangan sejumlah ahli Perjanjian Baru yang mengatakan bahwa kitab-kitab yang ada merupakan sumber yang ditulis jauh setelah kematian Yesus oleh orang-orang yang tidak mengenalnya secara personal. Sebagai tambahan, Wells menulis, bahwa kalimat-kalimat yang termuat semata-mata termotivasi secara Kekristen dan teologi, juga mengenai orangtua Yesus, tempat lahirnya, pengajarannya, percobaannya, atau penyalibannya.[52] Bagi Wells, sosok Yesus dari Kekristenan paling awal adalah murni sebuah mitos, yang berasal dari spekulasi-spekulasi mistis dimana tradisi Kebijaksanaan Yahudi menjadi sumbernya. Menurut pandangan ini, strata paling awal dari literatur Perjanjian Baru menghadirkan Yesus sebagai tokoh berbasis supernatural yang samar-samar keberadaannya di bumi sebagai manusia pada suatu periode tidak pasti pada masa lalu 10) Alvar Ellegård: Yesus sebagai fiksi dari Injil 11) Robert M. Price: Yesus sebagai karangan orang Kristen Ahli Perjanjian Baru Robert Price menyatakan bahwa kita tidak akan pernah tahu apakah Yesus sungguh ada atau tidak, kecuali jika buku harian atau tulang belulangnya ditemukan. 12) PARA AHLI TEOLOGI KRISTEN ABAD 21 : > Thomas L. Thompson, pensiunan professor teologi di University of Copenhagen, berargumen dalam The Messiah Myth (2005) bahwa Yesus dalam injil tidak pernah ada > Penulis Kanada Earl Doherty dalam The Jesus Puzzle (2005) dan Jesus: Neither God Nor Man—The Case for a Mythical Jesus (2009) berpendapat bahwa Yesus sebenarnya dimaksudkan sebagai sebuah mitos yang berasal dari paham Platonisme Pertengahan dengan sebagian pengaruh mistis Yahudi > Aristides dari Athena, yang memperhitungkan keberadaan Yesus dalam perjuangan Kekristenan mereka. Malahan para penulis Kristen awal menggambarkan sebuah gerakan Kekristenan yang didasarkan pada filosofi Plato dan Judaisme Helenistik, menyarankan pemujaan akan monoteistik dewa Yahudi dan apa yang disebutnya Putera bertipe-logos. Doherty berpendapat bahwa Theophilus dari Antiokhia (c. 163–182), Athenagoras dari Athena (c. 133–190), Tatian orang Asiria (c. 120–180), dan Marcus Minucius Felix (penulisan sekitar tahun 150–270) tidak memberikan indikasi bahwa mereka meyakini sesosok figur historis disalibkan dan hidup kembali, dan nama Yesus tidak muncul dalam tulisan manapun > Acharya S mempertahankan posisi dimana injil kanonik menampilkan kreasi akhir abad ke-2 menggunakan naskah-naskah Perjanjian Lama yang bersifat ramalan sebagai cetakbirunya, dikombinasikan dengan penambalan lain yang lebih tua, yakni konsep Pagan dan Yahudi, dan oleh karena itu Kekristenan diciptakan untuk bersaing dengan agama-agama lain yang populer pada masa itu. > God Is Not Great (2007) karya penulis Inggris Christopher Hitchens. Dawkins, mengacu kepada G.A. Wells, menganggap injil sebagai versi pengulangan dari Kitab Ibrani, dan menuliskan bahwa kemungkinan Yesus pernah ada, namun terdapat argumen kuat untuk menyangkal hal tersebut, walaupun bukan yang didukung secara luas. Pendapat Strenger adalah bahwa penulisan injil dipinjam dari beberapa sekte Timur Tengah. Hitchens berpendapat bahwa hanya ada sedikit atau tidak sama sekali bukti kehidupan Yesus, berbeda dengan nabi Muhammad > Richard Dawkins menulis dalam bukunya bahwa terdapat argumen kuat untuk menyangkal bahwa Yesus pernah ada
Posted on: Sun, 27 Oct 2013 06:15:49 +0000

Trending Topics




ACTION CHAINRING SUGINO TRACK 48T/130MM MESSENGER BK 1/8 Review
OS DOCUMENTOS QUE FORAM OCULTADOS E MANIPULADOS PELO STF NO
late joke of the day. well at south health hospital now got
I would like to know are there really no senior or junior council
Gonna sell out in Northeast missouri, dont have the time i used to
On the evening of August 2, 1923, President Warren Harding died in

Recently Viewed Topics




© 2015