Mengenang Perjuangan Aki Papi masa revolusi Fisik .. Walaupun - TopicsExpress



          

Mengenang Perjuangan Aki Papi masa revolusi Fisik .. Walaupun tidak dianugerahi Pahlawan tapi dia adalah Pahlawan keluarga Atmadibrata ; Berikut tulisan pengalaman beliau di Majalah Cahaya.. Riwayat Singkat Perjoangan Pemuda Jawatan listrik dan Gas Bandung Dalam Revolusi Fisik Tahun 1945 – 1947 Oleh: R.Abas Atmadibrata Pendahuluan Pada masa pendudukan Jepang dari bulan Maret 1942 s/d Agustus 1945, di Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogya dan Surabaya, dibentuk Barisan Pemuda atau Seinendan yang diberi latihan atau pendidikan kemiliteran. Di Bandung kemudian diadakan peningkatan latihan melalui “keuring” guna membentuk pasukan komando, melalui latihan khusus selama 3 bulan dalam asrama, yang kemudian disebut pasukan “KOHAN”, terdiri dari 26 orang. Dengan demikian terdapat pasukan Seinendan biasa dan pasukan istimewa. Dua orang terdiri dari Sdr. Sri Hendrarto dan saya sendiri (RA Atmadibrata) diberi tugas untuk memimpinnya (sbg lulusan terbaik KOHAN). Pada umumnya lulusan KO-HAN lainnya dijadikan pelatih dan kepala regu atau Hantjo. Saya sendiri sebagai tugas rangkapan pada pertengahan tahun 1943 pernah melatih Seinendan Cirebon selama beberapa bulan. Pada akhir 1943, dengan sepasukan Seinendan (30 orang) yang telah kami latih selama 2 bulan di Bandung, kami ditugaskan di Proyek Cilaki (Cilaki Kensetsu Zimusjo) di Pangalengan, di proyek mana kemudian pada tahun 1944 – 1945 tiap harinya dipekerjakan sekitar 3000 sampai 5000 orang Romusha yang terbagi dalam 3 shift, karena harus bekerja 24 jam tanpa mengenal hari Minggu (libur). Tahun 1944 kami di beri lagi 30 Seinendan dari latihan angkatan kedua. Dari pasukan KO-HAN ada beberapa yang masuk PETA (Pembela Tanah Air) dari militer Jepang. Seperti diantaranya Moh. Dahlan sebagai Komandan Kompi Hei-Ho lapangan terbang Andir (Husen Sastranegara sekarang) sehingga yang memimpin di Bandung hanya tinggalah Sdr. Sri Hendrarto sedangkan saya sendiri ditugaskan di Pangalengan. Setelah dekrit Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, maka kami dipanggil oleh Dewan Pengambilalihan Pimpinan dari tangan Jepang di Bandung. Kami diserahi tugas keamanan. Kami himpun semua macam senjata yang ada yang terdiri dari golok panjang dari Pangalengan, granat tangan, samurai dan pistol yang didapat dari Jepang. Sementara kita sedang menghadapi bentrokan-bentrokan dengan tentara Jepang, datanglah banjir besar Sungai Cikapundung yang merusak prasarana pusat kota Bandung dari Utara sampai Selatan. Ribuan Manusia dan rumah-rumah hanyut, demikian pula Kantor Listrik Bandung. Gudang barang, kantor-kantor dan kendaraan-kendaraan yang berada pada tingkat (lantai) bawah telah hanyut atau terendam air dan lumpur.. Keadaan menjadi sangat berantakan apalagi setelah adanya ultimátum dari tentara Inggris (Rapwi) untuk kita segera meninggalkan daerah Bandung Utara, karena Bandung dibagi menjadi dua bagaian. Sementara staf pimpinan kantor memindahkan kantor ke Gang Pabaki yang agak jauh dari garis demarkasi. Pada saat itu juga kami segera mengeluarkan panggilan melalui RRI kepada semua pemuda Listrik/Gas untuk berkumpul di suatu tempat. Bersama Moh. Dahlan yang ketika itu sudah kembali ke perusahaan, kami angkut semua pemuda yang terkumpul ke Pangalengan untuk melakukan latihan ulang kilat selama dua minggu. Selesai latihan tersebut, seluruh anggota pasukan kami tempatan di kantor jalan Cikapundung Barat sebagai asrama, sehingga dengan demikian kami dapat menjaga dan mengawasi seluruh komplek serta isinya , siang malam. Pada bulan Desember 1945 kami daftarkan pasukan kami kepada Resimen VIII Divisi III yang ketika itu masih memakai nama TKR (Tentara Kamanan Rakyat) yang kemudian menjadi T.R.I . Dari Resimen VIII kami mendapat jaminan uniform, mesiu, makanan, rokok dan lain-lain. Seinendan ex Gas yang kemudian berangsur-angsur menggabungkan diri kembali ditempatkan di asrama Pabrik Gas Kiaracondong, dibawah pimpinan Sdr. R.I. Surjakusumah. Adapun tugas-tugas pokok pasukan kami adalah : 1. Meyelamatkan seluruh kekayaan perusahaan Listrik Negara 2. Melakukan tugas sebagai militer dakam perjuangan revolusi fisik Tanah Air. Perjuangan Bagi Perusahaan Dengan pertimbangan tugas menyelamatkan segala kekayaan perusahaan, hanya dapat dicapai dengan sempurna jika mempunyai kekuatan yang terorganisir, berdisiplin, kemampuan dan perlengkapan cukup serta mempunyai status yang resmi dan berwenang penuh. Dengan menggabungkan diri kepada TRI/TNI, maka terpenuhilah syarat diatas. Dalam bulan Desember 1945 atas perintah Bapak Menteri Ir. Laoh, kami ditugaskan mengambil 25 ton Bensin dari Cepu dengan kereta api. Setelah 125 drum disiapkan di station Kiaracondong, kami berangkatkanlah satu regu dibawah pimpinan Sdr. M. Soepadio dan R.I Surjakusumah. Hampir sebulan kemudian regu tersebut tiba kembali dengan membawa hasil 25 ton bensin, 2 pucuk senjata P.F (pistolritrailleur) dan pistol. Bensin kami turunkan di station Cicalengka untuk diteruskan ke Wonosobo, Garut, Pangalengan, Tasikmalaya, Ciamis dan sebaginya. Di Bandung , Jawatan Listrik saat itu satu-satunya kantor yang dapat melakukan pengungsian semua kekayaan secar besar-besaran. Kendaraan-kendaraan kami tidak ada yang berani menyerobotnya, sehingga pada waktu itu masih mempunyi sebanyak 35 buah kendaraan dari berbagai jenis. Anggota pasukan kami yang bertugas sebagai pengawal saat pemindahan barang-barang itu semua bersenjata api. Senjata api yang kami miliki sekitar 40 pucuk terdiri dari ; Karabijn Belanda, Jepang, Lee Enfield, Beaumont, Tommy-Gun, P.M dan pistol-pistol Colt, Bulldog dan FN. Pasukan kami berasramakan di Jalan Cikapundung Barat dan di Pabrik Gas Kiaracondong sampai dengan dijadikannya Bandung Lautan Api dalam bulan Maret 1946. Pada saat itu pengungsian barang-barang sudah hampir selesai seluruhnya. Pengungsian kantor dari Gang Pabaki ke Soreang dan Ciluncat sudah dilakukan sebelumnya. Setelah melakukan tugas militer sebagaimana mestinya , baru lewat tengah malam kami dengan berjalan kaki meninggalkan kota Bandung dan pada pagi harinya kami sampai di Ciluncat dengan disusul secara berangsur-angsur oleh pasukan kami dari Pabrik Gas . mereka melakukan perjalanan lebih jauh dari pada kami karena melalui Dayeuhkolot dan Banjaran. Gudang kami yang berada di seberang Citarum tinggalah Dayeuhkolot. Selama gudang tersebut belum diduduki oleh tentara Inggris/Belanda tiap hari bersama-sama pegawai yang ada masih terus mengangkut barang-barang dengan menggunakan perahu-perahu dan ponton dari drum-drum dari gudang tersebut ke gudang Banjaran. Selain menempatkan pos penjagaan gudang-gudang di Banjaran, juga masih terus melakukan pengawalan dari gudang Banjaran itu ke Garut atau Tasikmalaya dan Cirebon. Setelah perjalanan Cangring/Cicalengka mulai diganggu musuh, kami pindahkan isi gudang Banjaran ke Pangalengan, untuk kemudian dari situ dipindahkan lagi melalui Majalaya dan Cicalengka ke Garut, Tasikmalaya atau Wonosobo dengan Kereta Api dari Cicalengka. Setelah Ciluncat dan Banjaran juga diganggu dengan tembakan-tembakan meriam musuh, kantor mengungsi ke Garut, sedangkan asrama pasukan kami pindahkan ke Pangalengan. Pos-pos penjagaan ditempatkan di Sentral Lamajan, sentral Plengan dan gudang Banjaran. Salah seorang anggota pasukan kami bernama Otjo, dalam tugas patroli ke Gudang Banjaran tertawan oleh pihak musuh saat secara mendadak mengadakan penyerbuan ke daerah Banjaran dan baru dikeluarkan setelah perundingan Linggarjati. Anggota lainnya sempat menyelamatkan diri dari kepungan tersebut. Barang-barang yang masih ada di Gudang Banjaran dan Pangalengan berangsur-angsur dipindahkan ke daerah-daerah garis belakang seperti Garut, Tasik, Ciamis dan sebagainya dengan pengawalan pasukan kami. Pada permulaan tahun 1947 a setelah ditandatanganinya Naskah Linggarjati berlakulah suatu gencatan senjata di seluruh front, oleh Resimen VIII kami disarankan agar kami kembali ke Jawatan listrik sepenuhnya untuk memperkuat kembali formasi Jawatan yang harus merencanakan pemasukkan kembali ke kota, dengan menyerahkan semua persenjataan kami kepada Brigade Mobil di Pangalengan yang dipimpin oleh Letnan Effendi. Setelah serah terima selesai, kami buka suatu kursus Adimoinstrasi dan Teknik selama 2 bulan dimana para anggota kami boleh memilihnya. Selesai kursus tersebut, kami tempatkan mereka kembali ke Jawatan. Akan tetapi diantaranya ada beberapa anggota yang menggabungkan diri kembai ke satuan-satuan Tentara Republik Indonesia. Pada permulaan clash I dalam bulan Juni 1947, saya sendiri ditugaskan mengatur pembumihanguskan instalasi-instalasi listrik yang akan direbut oleh pihak lawan sepanjang Bandung Timur dan Selatan dan menyampaikan gaji darurat dan instruksi-instruksi terakhir rencana pengunduran. Ketika itu sebagian anak buah pasukan masih ada di Garut di Kantor Cabang Bandung. Setelah pemboman Garut oleh pihak Belanda, kami membantu pengungsian kantor dari kota Garut, sebagian ke Munjul (selatan) dan sebagian ke Gunung Telaga Bodas. Dari situ kami ditugaskan oleh Kepala Propinsi Jawa Barat Bapak R. Prihadi untuk menyelamatkan barang-barang yang ada di Tasik dan Ciamis supaya segera dikirimkan ke Wonosobo. Dalam mengusahakan tugas tersebut truk satu-satunya di Ciamis yang kami pakai ditembaki oleh pesawat musuh sehingga terbakar. Ketika dicoba dengan menggunakan gerobak-gerobak ditarik kuda, ternyata tidak lancar karena pesawat musuh terus-terusan mengintainya dari atas. Tidak berapa lama Tentara Belanda malah lebih dulu menduduki Ciamis. Diusahakan oleh penjaga-penjaga kami di statiun untuk mendorong saja wagon yang sudah memuat barang-barang itu sejauh mungkin ke luar kota Ciamis. Kami sendiri mengungsi ke gunung Sawal sebelah utara Ciamis. Setelah Ciamis dan Tasikmalaya diduduki musuh sampai dengan tahun 1948 kami masih terus mengadakan hubungan dengan kantor kami di gunung Galunggung Garut. Dengan didudukinya seluruh Jawa Barat oleh Belanda dan kelistrikan dipegang lagi oleh NV. GEBO dan N.V OGEM (Overzeese Gas- en Elektriciteitsmaatschappij N.V.), maka praktis kedudukan para pegawai yang berada di gunung-gunung ketika itu kehilangan wilayah kerja sama sekali. Setelah dimulainya pembersihan ke gunung-gunung oleh pihak Belanda pada umumnya para pengungsi-pengungsi yang tidak punya penghasilan dan kehabisan bekal yang dapat ditukar dengan makanan berangsur-angsur secara diam-dian merembes ke kota kembali. Saya sendiri karena termasuk oknum yang masih dicari oleh pihak Belanda tidak dapat masuk ke kota Bandung. Saya masuk ke Jakarta melalui Jawa Tengah. Saya mendapat pertolongan untuk bekerja pada Dasaad Musin Concern. Sebagian pegawai yang tidak turut dalam Pasukan Pemuda Listrik diantaranya banyak yang bekerja kembali pada N.V GEBEO atau N.V. OGEM . Anggota-anggota ex Pasukan Pemuda Listrik pada clash I banyak yang menggabungkan diri kembali kepada T.R.I. Pada permulaan tahun 1950 setelah adanya penyerahan kedaulatan penuh dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia kami masuk bekerja pada N.V OGEM Jakarta. Perjuangan Revolusi Fisik. Pada tahun 1945-1946 di dalam kota Bandung pos-pos yang kami tempatkan di Jalan Cikapundung dan Pabrik Gas Kiaracondong, sekaligus merupakan pos-pos pertahanan menghadapi garis demarkasi antara Utara dan Selatan untuk mengamati gerak-gerik pihak musuh disebelah utara garis demarkasi. Pada bulan Maret 1946, kami melaksanakan pembumi hangusan kota Bandung yang akan kami tinggalkan. Menjelang Lebaran tahun 1946, ketika asrama sudah berada di Ciluncat kami melakukan tugas peerusakkan instalasi listrik di daerah musuh di Bandung Utara. Pada operasi pertama hanya dapat merusakkan tunnel saluran air Sentral Dago, karena kurang cukup bahan peledak. Sedangkan pada operasi kedua dimana perlengkapan kami lebih baik dan kamipun menyamar (tidak pakai seragam) sebagai rakyat biasa, telah berhasil menghancurkan rumah katup beserta drukbuis-drukbuis senttral Dago yang dijaga oleh tentara Gurkha/Inggris sehingga Bandung Utara menjadi gelap gulita. Walaupun mereka melepaskan tembakkan-tembakan mortir, kamisemuanya dapat kembali ke pangkalan dengan selamat. Pembumihanguskan kota Bandung dan penyerangan-penyerangan instalasi-instalasi litrik tersebut menyebabkan kami dicari oleh Pemerintah Pendudukan Belanda karena diketahui bahwa kami adalah kepala pasukannya. Karena kami termasuk pasukan paling lengkap alat-alat pengangkutannya seperti sepeda motor, truk, sedan dan pick-up kami turut membantu pula mengantarkan makanan ke pos-pos terdepan dan pengangkutan korban-korban pertempuran dari Daerah Ciluncat – Banjaran untuk dimakamkan di Pangalengan. Pernah ada korban barisan Hizbullah yang hanya bersenjatakan bambu runcing dan golok sebanyak 40 orang lebih. Di sentral-sentral Lamajan, Plengan dan Cileunca kami siapkan instalasi-instalasi untuk menghancurkannya bilamana musuh akan mendudukinya dengan alat-alat peledak yang cukup besar yang dijaga siang malam oleh pasukan kami. Berhubung sebelum clash I kami telah diperintahkan oleh komandan Brigade Guntur II sebagai penjelmaan dari Resimen VIII (Letkol Daan Jahya ketka itu) untuk mengoperkan saja tugas militer kita kepada Brigade Mobil, dengan segala persenjataan yang ada pada kami, maka status kami sebagai tentara telah berakhir. Sehingga ketika musuh dalam clash I menyerbu daerah sentral Lamajan dan Pangalengan, rencana penghancuran diatas tidak ada yang melakukannya, bahkan beberapa bekas anggota staf Resimen dan seluruh pegawai Lamajan tertinggal di sentral Lamajan. Beberapa orang bekas Pasukan kami yang ketika itu masih tertinggal di Pangalengan masih sempat melakukan pembumihangusan gudang-gudang alat-alat proyek Cilaki. Sebagaimana kamisebutkan di atas, bahwa pada pecahnya clash I kami sendiri ditugaskan oleh perosahaan menyampaikan gaji darurat, instuksi-instruksi perusakkan dan pengunuran terakhir kepada pos-pos terdepan Ciwidey, Pangalengan, Ciparay, Majalaya, Cicalengka, Tanjungsari, Sumedang dan kembali ke Garut melalui Gunung Arjuna berhubung jalan lewat Cicalengka sudah terputus. Demikianlah riwayat singkat perjuangan Pasukan Pemuda listrik Bandung dan para pegawai Jawatan Listrik/Gas pada tahun-tahun 1945 s/d 1947nsebagi sumbangan kepada Nusa dan Bangsa.
Posted on: Tue, 20 Aug 2013 08:15:13 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015