My Husband is A Vampire by Meiko Hoshiyori Chapter 1: Hes A - TopicsExpress



          

My Husband is A Vampire by Meiko Hoshiyori Chapter 1: Hes A Vampire #sasuke_kun ff baru teman2x My Husband is A Vampire Disclaimer: Not Mine Rate: M Genre: Romance, Drama, Family, Angst, Hurt/Comfort Pair: JinBoon, slight MinhoxTaeyon Warning: Switchgender, bloody, femaleKey and femaleTaemin, bit NC, dll. A/N: Alohaa… My second fic here! Hope youll enjoy it! Umur pakai umur Korea ya! My first vampfict XD Dont like dont read! Enjoy it, guys! Chapter 1: Hes A Vampire Pernikahan. Suatu hubungan yang suci antara seorang yeoja dan seorang namja. Didasari oleh cinta antara keduanya. Membangun sebuah keluarga yang baru. Keluarga yang bahagia dan penuh cinta. Tiap hari penuh kemesraan dan kasih sayang satu sama lain. Tapi, bagi Kim Gweboon, pernikahan yang seperti itu hanya tinggal mimpi baginya. Salah, ia kini bukan lagi bermarga Kim, tetapi Lee. Yeoja yang masih berusia 22 tahun itu sudah terikat dengan seorang namja. Bukan namja pilihannya sendiri. Gweboon adalah seorang yeoja yang cantik dan manis. Ia seorang diva di kampusnya. Tubuh yang seksi, indah dan proposional. Wajahnya cantik. Pipinya tirus dan sering merona kemerahan. Matanya bersudut lancip di bagian atasnya, seperti mata kucing. Rambutnya cokelat muda bergelombang sampai punggungnya. Kulitnya putih dan mulus. Sempurna bukan? Dan kini, yeoja cantik itu tengah berbaring di ranjang double size dan menutupi tubuhnya dengan selimut berwarna pink, warna favoritnya. Tubuh mungilnya terbungkus gaun tidur berwarna pink. Yeoja itu tidak bisa tidur malam ini. Malam pertama pernikahannya. Ia gelisah. Entah apa yang akan dilakukan oleh nampyeonnya malam ini padanya. Di tengah pemikirannya yang rumit itu, Gweboon mendengar suara langkah mendekat. Ia tahu siapa yang datang mendekat. Yeoja itu semakin menutupi tubuhnya dengan selimutnya. Tindakannya itu mengundang kekehan dari orang yang mendekat padanya. Gwe… Yeoja itu menoleh ketika suara sehalus beledu itu menyebut namanya. Yeoja itu menatap ke arah namja tampan yang memanggilnya. Namja itu duduk di ranjang, di sisi yang berlawanan dengan Gweboon. Namja itu rupawan, sangat tampan. Ia terlihat seumuran dengan Gweboon, walaupun sebenarnya lebih tua tiga tahun dari Gweboon. Pipinya chubby. Matanya sipit, seperti bulan sabit. Ia seorang eksekutif muda yang bekerja di perusahaan yang cukup besar. Rambutnya berwarna cokelat keemasan. Sangat tampan. Wa-Wae, Jinki Oppa? tanya Gweboon sedikit takut. Jinki tersenyum pada yeoja berwajah manis itu. Ani. Hanya mengecek apa kau sudah tidur atau belum. Kenapa belum tidur, Gwe? Gweboon terdiam. Ia tak bisa menjawab pertanyaan nampyeonnya. Yeoja itu hanya menatap Jinki. Pipinya memerah. Namja yang bernama Lee Jinki itu tertawa kecil melihat respon dari anaenya. Ia naik ke atas ranjang dan berbaring di samping yeoja itu. Jemarinya menyusuri pipi tirus Gweboon. Wae? Takut denganku, eoh? tanyanya. Gweboon kembali mengangguk pada namja tampan itu. Namja itu terkekeh. Kenapa, Gwe? Aku sudah menjelaskan dengan detail bukan? Bisa saja kau berbohong. Jinki tersenyum lembut pada yeoja itu. Dikecupnya dahi yeoja manis itu dengan lembut. Merengkuhnya dalam rangkulannya. Gweboon pasrah dengan tindakan Jinki, tahu ia tak bisa melawan namja yang memesona itu. Selamanya, ia tidak akan bisa melepaskan diri dari Jinki. Aku tidak membohongimu, Lee Gweboon. Untuk sekarang, aku hanya meminta darahmu, ujar Jinki. Dan ciuman. Gweboon pasrah ketika Jinki mengangkat dagunya, menempelkan bibir mereka. Bibir Jinki terasa seperti bongkahan es di bibirnya. Amat dingin. Bibir itu melumat bibirnya. Menggigitnya, meminta akses masuk ke dalam mulutnya. Gweboon membuka mulutnya, membiarkan Jinki mendominasinya, memainkan lidah mereka berdua. Oppa… desah Gweboon. Tubuhnya terasa lemas. Selalu seperti ini. Ia tak bisa menolak sentuhan dari Lee Jinki. Ia justru membalas sentuhannya. Tubuhnya bereaksi pada sentuhan Jinki, seolah-olah membutuhkannya. Desahan mengalun dari bibirnya. Tubuhnya terkunci dalam rengkuhan Jinki. Masih teringat jelas di memori Gweboon, bagaimana ia bisa bertemu dengan namja rupawan itu. Flashback on Heh, klienmu sudah menanti di dalam. Layani dia! Gweboon didorong masuk ke sebuah ruangan oleh seorang namja bertubuh besar. Yeoja manis itu menggigit bibirnya, takut. Pakaian yang dikenakannya sangat minim. Rok mini ketat dan atasan ketat yang menonjolkan buah dadanya. Hari pertamanya dipekerjakan sebagai budak seks. Yeoja manis itu dijual oleh seorang reternir sebagai ganti hutang orang tuanya. Orang tuanya masih hidup, tapi karena hutang mereka yang tak mereka sanggup bayar, Gweboon dibawa paksa oleh seorang reternir dan dijual ke sebuah pub untuk dijadikan pelacur. Yeoja itu terpaksa melakukannya. Ia tak mau orang tuanya dibebani hutang seperti itu. Hutang yang ada karena seorang penipu. Tepat sebelum tubuhnya membentur lantai, ia merasakan ada yang menyokongnya. Tangan yang dingin, namun kokoh. Dan tangan itu menariknya ke pelukan seorang namja. Dan dengan gerakan yang sangat cepat, tak kasat mata, namja itu mendudukkan Gweboon di atas ranjang. Gweboon terperangah. Kedua matanya yang runcing itu menatap ke arah namja itu. Namja yang saat ini berdiri di hadapannya. Memesona. Rupawan. Tampan. Kata-kata itu tak cukup untuk menggambarkan namja itu. Ia terlihat sangat muda, malah terlihat lebih muda daripada Gweboon. Kulitnya pucat. Matanya sipit dan irisnya berwarna cokelat tua. Rambutnya cokelat keemasan. Pipinya chubby. Ia sangat tampan, berbeda dari kebanyakan namja hidung belang. Namja inilah yang memenangkan pelelangan atas Gweboon. Kim Gweboon… N-Ne? Namja rupawan itu tersenyum simpul. Matanya terlihat teduh, meneduhkan hati Gweboon. Ia duduk di samping Gweboon, dengan gerakan yang tidak bisa ditangkap oleh kedua mata runcing Gweboon. Menurutmu, apa yang akan kulakukan saat ini? tanyanya. Gweboon terdiam, menunduk. Pertanyaan yang retoris, sebenarnya. Mungkin… memintaku untuk melayani Anda? tanya yeoja itu. Toh ia memang harus seperti itu, walau ia tidak menginginkannya. Namja itu terkekeh mendengar jawaban Gweboon. Jawabanmu seperti jawaban untuk orang yang lebih muda, Gweboon-ssi. Jangan seperti itu, aku lebih tua darimu, katanya. Mi-Mianhe. Gwenchana. Banyak yang seperti itu padaku. Sayang sekali, jawabanmu salah. Aku tidak memintamu untuk melayaniku, kata namja itu. Oh ya, namaku Lee Jinki. La-Lalu? Jinki menyeringai mendengarkan pertanyaan Gweboon. Kau tahu mitos tentang vampir? tanya namja itu. Ia mendorong pelan tubuh Gweboon hingga yeoja itu terbaring di ranjang. Jinki memosisikan dirinya di atas tubuh yeoja itu, menumpukan tangan di sisi kepala Gweboon, supaya tidak menindihnya. Gweboon mengerjapkan matanya. Aku tahu. Kau percaya bahwa vampir itu ada di dunia ini? Gweboon menggeleng. Itu hanya mitos belaka. Jinki kembali tertawa mendengar jawaban Gweboon. Begitukah? Hanya mitos, ya… Kalau aku berkata bahwa aku adalah vampir? Jin-Jinki-ssi, apa maksud Anda? Sesuai dengan perkataanku, Gwe. Vampir bukan mitos belaka. Ada di dunia ini, membaur dengan manusia, dan salah satunya ada di depanmu, jawab Jinki. Mata runcing Gweboon membulat. Aura Jinki terasa sangat kuat, menguncinya. Kalau Jinki benar-benar vampir, tamatlah riwayatnya. Darahnya akan habis dan ia akan mati. Begitulah yang ia lihat di film-film vampir. Yeoja itu menggigit bibirnya, takut. Takut Jinki benar-benar akan meminum darahnya sampai habis. Jinki kembali terkekeh melihatreaksi Gweboon. Wae? Takut padaku? Kau takut aku akan meminum habis darahmu seperti di film-film vampir itu, Gweboonnie? Gweboon hanya terdiam, tidak merespon. Jinki tersenyum pada yeoja itu. Aku tidak seperti itu. Kami, para vampir juga punya etika. Aku juga belum pernah meminum darah langsung dari manusia, katanya. Gweboon mengernyitkan dahinya, heran dengan pernyataan namja rupawan itu. Apa maksudmu? Aku belum pernah minum darah manusia. Tepatnya seperti itu. Karena hukum. Kau boleh percaya boleh tidak. Aneh. Bagimu, ya. Bagiku tidak. Gweboon, aku punya penawaran denganmu. Kau mau kubebaskan dari tempat ini? tanya Jinki. Gweboon terkejut mendengarkan penawaran Jinki. Maksudnya? Jinki tersenyum. Mengeluarkanmu dari tempat kotor ini. Kau tak pantas di sini. Tempatmu bukan di sini. Dan para namja brengsek itu tidak pantas menikmati tubuhmu. Aku akan membayar berapa pun harganya, jawab Jinki. Gweboon menatap ke mata sipit Jinki. Syaratnya? Tidak mungkin kau mengajukannya tanpa syarat. Kau pintar juga. Ah, kujelaskan dulu tentang aturan yang membingungkanmu. Seorang vampir juga bisa merasakan cinta, Gweboon. Kami punya perasaan yang sama dengan manusia. Lalu? Dan manusia yang kupilih adalah kau, Kim Gweboon. Gweboon tersentak mendengarnya, menatap Jinki dengan pandangan aneh. Jinki tersenyum ke arah yeoja itu. Tadinya aku tidak mengerti dengan perasaanku saat pertama kali melihatmu. Tapi, kuakui, kau manusia pertama dan satu-satunya yang menarik hatiku. Lalu? Kau mau bilang kau mencintaiku, begitu? Jinki tersenyum lembut. Ne. Saranghae, Kim Gweboon. Gweboon menatap dalam mata Jinki. Ia tidak terlihat jahat. Justru terlihat tulus dan sungguh-sungguh. Matanya begitu teduh. Gweboon menggigit bibirnya, tak tahu harus membalas apa. Ini pertama kalinya ia menerima pernyataan cinta dari seorang vampir. Kalau manusia, sering, toh ia adalah diva di universitasnya. Kau masih bingung ya… Aku menawarkanmu untuk bebas dari sini. Akan kubayar. Dengan syarat, kau harus mau menikah denganku dan… darah. Di luar itu, semua keinginanmu akan kupenuhi, kata Jinki. Uang, seberapa banyak yang butuhkan, apa pun yang kau inginkan, akan kupenuhi. Mendengar kata bebas itu, Gweboon tidak bisa memikirkan apa pun lagi. Mungkin lebih baik mati daripada harus hidup melayani napsu para pria bejat. Oh, lagi. Aku bukan orang jahat, jadi kupikir, yah, soal seks… Aku tidak akan memaksamu sampai kau siap. Kau tidak berbohong kan? Aku tidak berbohong. Gweboon menghela napas. Baiklah, aku akan menyanggupinya. Flashback off Gweboon memejamkan matanya. Jinki menepati kata-katanya. Ibunya bilang Jinki yang membelinya dan bermaksud menjadikannya sebagai istri. Entah apa yang dilakukan oleh Jinki sampai akhirnya ia diijinkan menjadikan Gweboon sebagai istrinya. Yeoja manis itu mendorong pelan Jinki, merasa kehabisan napas. Ambilah, Jinki Oppa. Jinki tersenyum. Ia sudah haus sejak tadi. Ia tak berani meminum darah Gweboon di tengah acara. Hanya kerabatnya saja yang merupakan klan vampir. Dan Gweboon menyadari bahwa Jinki terlihat sedikit lelah. Matanya sedikit menggelap, tanda ia haus. Namja rupawan itu menenggelamkan kepalanya di sela leher Gweboon, membuka mulutnya. Taringnya menyobek kulit Gweboon, mengalirkan darah segar dari leher yeoja itu. Meminum cairan merah yang sangat menggodanya itu. Menikmati tiap tetesnya, memuaskan dahaganya. Gweboon mendesah pelan. Tangannya merengkuh leher Jinki, meremas rambut namja itu. Semakin lama ia semakin terbiasa dengan hal ini. Bahkan ada sensasi tersendiri saat namja itu menjilat leher putihnya. Hampir setiap hari seperti ini. Namja itu meminum darahnya, seakan tak ada darah lain yang mampu memuaskannya. Gomawo, Gwe. Gweboon hanya tersenyum samar. Jinki menariknya ke dalam pelukannya. Menyandarkan kepala Gweboon di dada bidangnya. Mengecup lembut puncak kepala yeoja itu. Gwe… Bisakah kau mencintaiku? tanya Jinki. Gweboon mendongak, menatap vampir itu. Wae, Oppa? tanyanya. Mungkin aneh, tapi ia lebih suka memanggil Jinki dengan sebuat Oppa. Rasanya ia tidak ingin memedulikan bahwa Jinki adalah vampir. Baginya, Jinki adalah namja yang sangat baik. Di luar fakta ia adalah vampir, Jinki benar-benar baik padanya. Selalu lembut padanya. Lupakan. Mungkin aku hanya parasit bagimu. Oppa… Kau bukan parasit. Aku akan belajar untuk mencintaimu, Lee Jinki. Walau kau vampir, tapi kurasa… yah, aku percaya padamu. Jinki tersenyum. Gomawo, Gwe. Dua bulan berlalu semenjak pernikahannya dengan Jinki. Gweboon merasa hidupnya banyak berubah. Menjadi mahasiswi sekaligus istri tidak mudah. Belum lagi ia harus memberikan darahnya pada sang nampyeon, dan ia harus siap, tidak tahu kapan kondisi Jinki melemah. Tapi, Gweboon lumayan menikmatinya. Jinki juga selalu akan menuruti kemauannya. Jinki sangat menyayanginya. Melebihi apa pun. Bukan karena darahnya. Gweboon juga tahu itu. Sehaus apa pun Jinki, Jinki tidak akan meminta darah Gweboon saat Gweboon lelah. Ia akan menundanya atau meminum pil darah. Sebelum bertemu Gweboon, Jinki meminum darah dari orang tua, adiknya atau pil darah. Gweboon menghela napas mengingat semuanya. Yeoja itu merapikan dress sederhana berwarna pink yang dikenakannya saat ini. Ia berada di depan kantor Jinki, mengantar bekal(Jinki juga bisa makan makanan manusia, walaupun asupan utamanya berasal dari darah) dan sekaligus menjadi hidangan utamanya, karena sudah dua hari Jinki tidak minum darah, dengan alasan Gweboon terlihat lelah. Kaki jenjangnya yang dialasi wedges yang senada dengan dressnya, tidak tinggi dan berhiaskan pita. Satpam yang menjaga menghentikannya ketika ia menjejakkan kakinya masuk. Gweboon memutar bola matanya. Tidakkah satpam itu tahu bahwa Gweboon adalah istri salah satu atasan di kantor ini? Gweboon tersenyum manis pada satpam itu. Aku mau menemui Lee Jinki-ssi, aku ada janji dengannya. Tanya sekretarisnya kalau tidak percaya. Lee Gweboon. Mendengar namanya, satpam itu langsung mengijinkan Gweboon masuk. Yeoja itu tersenyum. Ada secercah rasa bahagia di hatinya karena hendak menemui nampyeonnya. Dua bulan hidup dengan Jinki membuat benih cintanya terhadap vampir tampan itu tumbuh. Awalnya ia sangat tidak mau, karena Jinki bagaimana pun adalah vampir. Tapi, semakin lama, hatinya mencair dengan sendirinya, karena kebaikan Jinki. Bersenandung kecil, ia berjalan ke arah lift. Menenteng bekal buatannya untuk Jinki. Yeoja itu mengabaikan pandangan orang-orang. Ia tahu banyak yang iri padanya karena Jinki memilihnya sebagai pasangan hidupnya. Brugh… Aw… Gweboon merintih kecil saat ia menabrak seseorang. Beruntung ia tidak sampai jatuh, karena orang yang ditubruknya menahannya. Seorang namja, kalau Gweboon benar. Ah, mianhe… Gweboon melepaskan diri dengan cepat. Ia menatap ke arah namja itu. Detik berikutnya, mata kucingnya membulat. Namja yang tadi menubruknya juga membulatkan mata belonya. Minho Oppa? Kau Gweboon kan? Hening. Gweboon menggigit bibirnya. Tak menyangka akan bertemu namja jangkung nan tampan itu saat ini. Choi Minho. Seniornya di SMA yang sempat disukai olehnya. Oh, Jinki tidak boleh mengetahuinya. Jinki sangat protektif terhadapnya, namja itu pernah menghajar habis-habisan para preman yang menggoda Gweboon. Kalau tidak dihentikan Gweboon, nyawa para preman itu sudah melayang. Kekuatan fisik vampir memang luar biasa dibandingkan manusia. Gweboon mengangguk pelan. Ne. Apa yang kau lakukan di sini? Minho tersenyum lebar. Aku bekerja di sini. Kau sendiri? Ah… Mengantar bekal untuk Jinki Oppa. Jinki-ssi? Ah, dia atasanku. Apa hubunganmu dengannya? Aku anaenya. Minho terdiam sejenak mendengar perkataan itu. Ia tahu Gweboon pernah menyukainya saat SMA. Tapi, ia tidak menyukai Gweboon, jadi yah, mereka hanya teman. Sudah lama aku tidak bertemu denganmu dan sekarang kau sudah menikah? Chukkae, Gweboon-a. Gweboon tersenyum manis. Gomawo, Minho Oppa. Kalau ada waktu luang, mau makan denganku? tanya Minho. Sebagai teman, tambahnya. Gweboon mengangguk. Baiklah, tentu saja. Ah, aku duluan, pamitnya. Ia masuk ke dalam lift, lalu menekan angka lantai tempat ruangan Jinki berada. Perusahaan ini milih klan vampir Jinki. Semua atasan di sini vampir, walaupun para karyawan tidak tahu. Posisi Jinki cukup tinggi di sini, karena pemiliknya saat ini adalah kakeknya. Ketika lift berhenti, Gweboon segera keluar dari dalam lift dan berjalan ke ruangan Jinki. Tak lupa ia tersenyum pada bawahan nampyeonnya. Kaki jenjangnya semakin mendekati ruangan Jinki. Jinki selalu mengijinkannya kemari kapan pun, tidak ada yang boleh melarang Gweboon masuk. Jinki Oppa… Gweboon mematung melihat pemandangan di ruangan Jinki. Seorang yeoja tampak menggoda Jinki. Yeoja itu berdiri di samping meja Jinki, berpakaian minim dan seksi. Api cemburu terasa membakar tubuh Gweboon saat ini. Rasanya ia ingin menampar yeoja itu. Menggoda nampyeonnya. Gweboon hanya berusaha mengatur emosinya, tetap tersenyum. Gwe? Kemarilah. Jinki yang tadinya berwajah datar di depan yeoja sinting itu pun tersenyum melihat Gweboon. Ia melambaikan tangannya, menyuruh Gweboon datang ke sisinya. Matanya seakan menghipnotis Gweboon. Gweboon melangkah maju mendekati Jinki. Tak mungkin Jinki-nya tergoda oleh yeoja murahan. Dengan senyuman yang menggoda dan cara jalannya yang sensual, ia mendekat ke arah Jinki. Ketika Gweboon sampai di samping Jinki, Jinki menarik pinggangnya dan mendudukkannya di pangkuannya. Gweboon tersenyum pada namja tampan itu. Apa aku tidak mengganggu meetingmu, Oppa? tanyanya. Ia melirik sinis ke arah yeoja itu. Tangannya membelai pipi chubby Jinki. Tindakannya seakan-akan mau menegaskan pada yeoja yang menggoda bahwa Jinki miliknya seorang. Tidak, chagi. Tentu saja kau tidak mengganggu. Jinki mengecup bibir mungil Gweboon. Kau sangat membantuku. Ia menoleh ke arah yeoja yang tampak mematung di samping meja kerjanya. Pergi dari sini, sekarang. Aku sudah mengusirmu dari tadi, dan sekarang ini peringatan terakhir. Bilang pada bosmu, jangan mengirim yeoja untuk menggodaku, karena tidak ada yang bisa. Jangan harap aku mau menyetujui kontrak dengan cara seperti ini. Di dunia ini, hanya anaeku yang berhak menggodaku. Pergi. Mendengar suara dingin dari Jinki, yeoja itu berdecih, menatap sinis Gweboon, lalu pergi. Mau tak mau ia mengakui kekalahannya, melihat paras Gweboon yang sangat cantik walaupun tanpa make up dan tubuhnya yang lebih seksi darinya. Yeoja sinting, gumam Gweboon. Jinki tertawa mendengarkan gumaman Gweboon. Ia mengelus pipi tirus Gweboon. Kau cemburu? Jangan dipikirkan, banyak yang mengalami seperti ini, Gwe. Atasan di sini sudah sering mengalaminya. Aku juga tidak akan berpaling, Gwe. Kau tetap yang terbaik untukku. Benarkah? Darahnya tidak seharum darahmu, yeobo. Tidak secantik dirimu dan tidak seseksi nae Gwe. Gweboon tertawa. Sejak kapan seorang vampir bisa menggombal? Aku tidak menggombal. Gweboon menatap namja itu. Oppa… Sekarang kau harus minum. Matamu sudah menggelap, Oppa. Jinki tersenyum. Gweboon sangat perhatian padanya. Ia menyukai perhatian itu. Jarang ada manusia yang suka rela menawarkan darahnya. Gweboon melakukannya ketika ia merasa Jinki memang sudah melemah. Perhatian itu membuat Jinki benar-benar senang. Kiss me, first, pinta Jinki. Gweboon menghela napas. Ia menarik kerah Jinki, lalu melumat bibir tebalnya. Mengalungkan tangannya di leher Jinki, meremas rambutnya. Ia membiarkan namja itu mendominasinya, menikmati ketika lidah mereka bertemu. Membiarkan Jinki mengecap rasa bibirnya. Setelah melepaskan ciuman mereka, Jinki merendahkan kepalanya, menggigit sela leher Gweboon dan meminum darahnya. Gweboon mengelus rambut Jinki, membiarkannya meminum darahnya. Tangannya tetap memeluk erat leher namja itu, sementara Jinki memeluk pinggangnya erat. Oppa! Gweboon mengernyit. Jinki segera melepaskan gigitannya, menoleh ke arah pintu ruangannya. Ia menggeleng melihat sosok itu. Gweboon malah terkejut. Yeoja yang ada di sana bertubuh mungil dan sempurna. Wajahnya sangat imut. Ia mengenakan dress selutut berwarna kuning. Ia tersenyum ke arah Jinki dan Gweboon. Pantas saja Oppa tidak ikut menjemputku di bandara, hm? Rupanya ini alasan Oppa? tanyanya sembari mendekat. Aku sibuk. Tapi kau juga tidak mengundangku ke pernikahanmu, Oppa! Aish… Eomma dan Appa bilang kau menikah dengan manusia? Kau tidak mengundangku! Harusnya kau mengundangku! Persetan dengan liburanku, kata yeoja itu. Ia berdiri di depan meja Jinki, mem-poutkan bibirnya. Tapi, katanya kau menikahi manusia, Oppa? Jinki tergelak mendengarkan pertanyaan yeoja itu. Taeyon… Kau sudah tidak bisa merasakan bahwa ia manusia? Gwe, dia adikku, Taeyon. Taeyon, ini anaeku, Gweboon. Taeyon mengerjap. Gweboon Eonnie? Oppa, kalau aku boleh bilang, dia lebih cantik dari vampir mana pun yang pernah kutemui. Pantas saja Oppa menikahinya. Darahnya juga harum, katanya. Jinki terkekeh mendengarkan ucapan dari Taeyon. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Gweboon. Ia mengecup puncak kepala Gweboon. Aku tidak menikahinya karena itu, Taeyon… Eonnie orang yang baik. Padahal banyak vampir yang menginginkan Oppa, yah, aku malah lebih senang Oppa menikah dengan Gweboon Eonnie. Dia bisa menilai orang itu baik atau tidak, Gwe, ucap Jinki melihat anaenya kebingungan. Ah, ne. Jinki Oppa, bisakah kau melepaskanku sebentar? Jinki tersenyum, membiarkan Gweboon turun dari pangkuannya. Gweboon berjalan mendekati Taeyon. Ia tersenyum pada dongsaeng dari Jinki itu. Taeyon tidak terlihat jahat. Lebih manusiawi daripada vampir mana pun yang ia temui. Eonnie, kau sangat cantik kalau dilihat lebih dekat begini, puji Taeyon ketika Gweboon mendekatinya. Gweboon tersenyum. Gomawo. Kau juga cantik. Aku tak menyangka Jinki Oppa punya adik. Taeyon tertawa manis. Kurasa kau tidak tahu banyak tentang Jinki Oppa, Eonnie. Mau aku ceritakan? Aku tahu banyak kelemahan Jinki Oppa, Eonnie bisa menggunakannya kalau Oppa terlalu memaksa. Ya! Yonnie! Wae? Aku pinjam Gweboon Eonnie! Aku juga mau punya kakak perempuan, tidak hanya Oppa! Gweboon tersenyum. Aku ikut denganmu, Yonnie. Yes! Bye, Oppa! Jinki menghela napas. Ia membiarkan dua yeoja cantik itu keluar ruangannya. Tersenyum. Mereka memang bisa akrab dengan cepat. Mungkin Gweboon juga bisa mengatasi kesepian Taeyon. Gwe… Kau benar-benar yeoja yang sangat baik. Jadi, sejak kapan kau menikah? tanya Minho. Ia dan Gweboon berada di sebuah kafe dekat kantor Minho. Duduk berdua. Dua minuman tersedia di depan mereka. Black coffee untuk Minho dan ice chocolate untuk Gweboon. Gweboon menyesap minumannya, lalu menjawab, Hm… Sejak dua bulan yang lalu. Memang tidak banyak yang tahu. Yah, aku juga tidak tahu di mana kau, jadi aku tidak mengundangmu, mianhe. Gwenchana. Hanya saja, aku tidak menyangka yang menikahimu adalah Lee Jinki. Aku tidak tahu kau mengenalnya. Gweboon tersenyum simpul. Dunia memang sempit. Tapi Jinki Oppa memang orang yang baik kok. Appa dan Ummaku juga setuju. Minho hanya tersenyum mendengar penuturan Gweboon. Dan kau juga tahu bahwa dia bukan manusia? Deg! Gweboon terpaku mendengarkan ucapan Minho. Ia menatap namja itu dengan pandangan tidak percaya. Dari mana Minho tahu bahwa Jinki adalah vampir? Ia menggigit bibirnya. Tidak, tidak boleh ada yang tahu keberadaan vampir kecuali vampir itu sendiri dan manusia yang menjadi pasangannya, kalau pasangannya adalah manusia. Minho terkekeh melihat raut wajah Gweboon. Gwenchana. Aku sama sepertimu, Gweboon. Aku tahu semuanya. Jangan bilang kau tidak tahu. Ba-Bagaimana bisa? tanya Gweboon terbata. Lee Taeyon. Dia yeojachinguku. Mwo? Yonnie? Dia tidak cerita padamu? Hm… Aku memang menjalin hubungan dengannya. Aku yang mendekatinya, tanpa tahu sosok aslinya. Aku baru tahu setelah berpacaran dengannya. Yonnie bilang padaku secara terang-terangan, kata Minho sambil tertawa pelan. Kau tidak takut? Minho menggeleng. Tidak juga. Kupikir dia bercanda, tapi Yonnie malah membuktikannya. Kau tahu dengan cara apa. Yonnie sangat manusiawi. Dan aku tidak mau kehilangannya. Jadi, walaupun dia adalah vampir, aku tetap mencintainya. Memang tidak terlalu enak karena aku jadi makanan utamanya dan Yonnie manja sekali, jawabnya. Sinar bahagia tampak di matanya. Gweboon menghela napas. Memikirkan kembali hubungannya dengan Jinki. Ia bahkan tidak menikah karena cinta. Ia tidak membenci Jinki, tapi tidak juga mencintainya. Tapi Jinki mencintainya. Ia tidak membalasnya, tapi Jinki menunggunya dengan sabar. Tidak seperti Minho dan Taeyon. Gweboon? Kau kenapa? Gweboon tersentak. Ia melamun. Ia merasa pipinya basah. Segera diusapnya air mata yang mengalir dari kedua sudut mata kucingnya. Ah? Aku tidak apa-apa, katanya pelan. Kau… tidak menikah dengannya karena kau mencintainya? tanya Minho, menganalisis reaksi Gweboon setelah mendengar ceritanya. Gweboon mengangguk lemah. Benar… Minho membulatkan mata besarnya. Namja tampan itu tidak percaya. Seorang Kim Gweboon bisa menikah seperti itu. Gweboon, kau… Dia mencintaiku. Kalau kau di posisiku, kau akan memilih menikah dengannya juga, Minho Oppa. Aku… Aku belum melaksanakan tugasku sebagai istri dengan baik. Aku tidak tahu… Jinki Oppa tidak pernah mempermasalahkannya, selalu sabar menghadapiku. Tapi aku tidak tahu… Kau mencintainya atau tidak, Gweboon? Kalau ya, kenapa kau tidak mengatakannya? tanya Minho. Gweboon terdiam. Jantungnya selalu berdetak kencang karena Jinki. Jinki selalu membuatnya merasa nyaman dan aman. Jinki selalu memerhatikannya dan Gweboon menyukainya. Ia selalu bahagia dekat dengan Jinki. Darah bukan harga yang layak untuk semua itu. Hanya saja, ia terlalu takut Jinki menipunya. Membohonginya. Gweboon, kalau kau mencintainya, nyatakan saja. Semudah itu. Ia pasti bersungguh-sungguh padamu. Itu alasannya kenapa ia menjadikanmu makanan utamanya. Kalau tidak benar-benar mencintai, rasanya berbeda, itu kata Yonnie padaku, kata Minho. Gweboon tersenyum tipis mendengarnya. Gomawo, Minho Oppa. Aku tidak menyangka bahwa nasib kita sama. Dan yah, kurasa aku mencintai Jinki Oppa. Dia namja yang tepat untukmu, kurasa. Mengingat dulu kau judes dan cuek. Gweboon tertawa pelan. Ia selalu judes terhadap namja yang menganggunya. Tapi ia tidak pernah bisa judes di hadapan Jinki. Tiap kali ia hampir marah, senyuman manis Jinki selalu membuatnya luluh. Sungguh namja yang manis. Susah bertingkah seperti itu di depannya. Ah, kurasa aku harus pulang, aku harus membuat makan malam, kata Gweboon. Minho mengangguk. Waktu istirahatku juga sudah habis. Setelah membayar, mereka berdua pergi keluar dari kafe. Gweboon melihat ke arah jam tangannya. Masih ada sekitar dua sampai tiga jam untuk memasak dan istirahat sebelum Jinki pulang. E-Eh? Saking tidak memperhatikan jalan, Gweboon kehilangan keseimbangan, apalagi yang ia memakai wedges. Yeoja itu tidak bisa menyeimbangkannya kembali. Tepat sebelum ia mencium jalanan, Minho menahannya dan menariknya. Dan posisi mereka saat ini tampak seperti sedang berpelukan, karena Gweboon juga memegang bahu Minho. Gwenchana? tanya Minho. Gwe-Gwenchana. Gomawo, Minho Oppa, jawab Gweboon sambil melepaskan diri. Minho tersenyum. Nah, hati-hati, Gweboon. Fighting! Ne. Gomawo. Gweboon tersenyum pada Minho, lalu melangkah kembali ke apartement tempat ia dan Jinki tinggal. Ia tak menyangka ada sepasang mata yang dari tadi mengawasinya dan Minho. Sepasang mata milik namja yang merasa sakit hati setelah melihat adegan tadi. Tangan namja itu terkepal. Merasakan marah dan cemburu di saat yang sama. Gwe... Gweboon duduk di sofa, mengerjakan tugas kuliahnya sembari menunggu suaminya pulang. Ia bersenandung kecil sembari mengerjakannya. Makan malam sudah ia siapkan. Bahkan Gweboon sudah menyiapkan makanan manusia favorit Jinki, yang berbahan utama ayam. Romantis, bukan? Yeoja manis itu tersentak mendengar pintu dibuka dengan kasar dan ditutup kembali dengan kasar. Harusnya yang bisa masuk kemari hanya sedikit, karena ada kombinasi angka untuk membuka pintu. Jinki tidak pernah kasar melakukan apa pun. Tapi Gweboon terkejut, karena yang masuk adalah Jinki. Wajahnya datar, tidak tersenyum sedikit pun. Oppa… Gweboon bangkit dari duduknya, mendekati Jinki. Senyuman terukir di wajahnya yang manis. Aku sudah menyiapkan makan dan air panas. Oppa mau mandi dulu atau makan dulu? Jinki tersenyum sinis pada anaenya itu. Kau tidak perlu melakukannya, Gweboon. Gweboon mengerutkan dahinya, heran dengan tingkah Jinki yang berbeda. Bahkan, Jinki tidak memanggilnya Gwe lagi. Oppa? Waeyo? tanyanya heran. Biasanya ia juga melakukan ini, dan Jinki sama sekali tidak pernah protes. Gweboon, hentikan tingkahmu sekarang juga. Gweboon semakin heran. Jinki terlihat marah padanya, untuk pertama kalinya. Berhenti bersikap seolah-olah kau memperhatikanku, Gweboon. Bertingkah seolah-olah kau menyukaiku. Oppa? Wae? Kenapa mendadak Oppa jadi seperti ini? Jangan berpura-pura, Gweboon! Kau bertemu dengan Choi Minho dan berpelukan dengannya, kan? Dia seniormu yang sempat kau sukai dulu! Jangan bohong, aku tahu semuanya. Dan sekarang kau berhubungan dengannya lagi. Gweboon mematung mendengar ucapan Jinki. Lidahnya kelu, tidak bisa membantah. Matanya terasa panas. Ini pertama kalinya nampyeonnya marah padanya. Marah besar padanya. Ia bisa melihatnya di mata bulan sabitnya yang tampak berkilat penuh amarah. Ia terlalu takut. Tidak membantah? Ikut aku. Jinki menarik tangan Gweboon, melangkah cepat ke kamar mereka. Vampir tampan itu mendorong Gweboon sampai yeoja itu terhempas di ranjang mereka. Oppa… Gweboon terlihat takut saat Jinki menindihnya. Kedua tangan Jinki berada di sisi kepalanya. Wae, Gwe? Apa yang aku lakukan untukmu belum cukup? Tidak bisakah kau melihatmu, Gwe? Tidak bisakah kau mencintaiku? Aku mau bersabar, Gwe, sampai kau punya perasaan yang sama denganku. Aku tidak ingin kau melihatku sebagai vampir, aku ingin kau melihatku sebagai namja biasa, Gwe. Oppa- Aku tidak mau mendengar alasan lagi, Gwe. Kau sudah membuatku sakit hati. Dengan cara apa aku harus menyadarkanmu? Kau milikku, Gwe. Aku nampyeonmu! Op-hmmmffff… Bibir tebal Jinki mendarat tepat di bibir Gweboon. Mencumbunya dengan kasar, mengisyaratkan kemarahannya. Tidak lembut dan manis sama sekali. Gweboon tersentak, tak bisa melawannya. Ia diam. Jinki… ini bukan Lee Jinkinya. Bukan nampyeonnya. Jinki beralih ke leher Gweboon, mencium dan menghisap kulit lehernya yang putih mulus itu, membuat yeoja itu melenguh pelan. Tangannya bergerak, meraba paha Gweboon. O-Oppa, hentikan… Gweboon mencicit. Terisak pelan. Tak menyangka namja yang benar-benar ia cintai bisa berlaku seperti ini padanya. Jinki tidak mendengarkannya. Tangannya menyusup masuk ke balik rok Gweboon, mengelus bagian intimnya dari luar. Andwae! Oppa! Andwae! Gweboon menangis keras. Meronta-ronta minta dilepaskan. Mendorong dan memukul Jinki sekuat tenaganya. Ia tidak mau seperti ini. Ini bukan Jinki-nya. Ia tidak mau sentuhan ini. Mianhe, Gwe. Sepertinya aku benar-benar parasit bagimu. Kurasa… sebaiknya kita tak perlu bertemu lagi. Aku akan mengurus perceraian. Kau tidurlah di sini, aku akan tidur di luar, kata Jinki dingin. Mata kucing Gweboon membulat mendengar ucapan Jinki. Sementara otaknya sibuk mencerna, Jinki meninggalkannya dengan cepat. Begitu sadar, Jinki sudah meninggalkannya. Jinki Oppa! Gweboon keluar dari kamarnya, mencari-cari Jinki. Jinki tidak ada di mana pun. Tak peduli penampilannya yang berantakan, ia keluar dari apartementnya. Air mata terus mengalir di sudut matanya. Nihil. Jinki tidak ada. Mobilnya juga tidak ada di tempatnya. Jinki Oppa… Mianhe… Semua rencananya malam ini gagal. Mengucapkan kata cinta begitu sulit. Bahkan namja yang ia cintai malah berencana berpisah darinya. Hatinya hancur berantakan, terkoyak-koyak. Perih. Hampa. Air mata tidak pernah berhenti mengalir dari kedua sudut matanya. Jinki… A/N: Karena ini vampfict pertama, jadi maaf kalau aneh. Maaf Jinki OOC di akhiran #ditampongOnew. Dan karena saya sendiri ga bisa bikin OnKey(ga bisa bikin yaoi, tepatnya), jadi yah... JinBoon deh... Mianhe. Saya masih baru di fandom ini, jadi belum tahu banyak dan belum tahu apa-apa. Jadi maaf kalo ambruadul ga karu-karuan. Jadi, saya mohon review dan kritiknya untuk membangun saya menjadi lebih baik. #bungkuk Review, please! TBC minta pendapatnya donk, jangan lupa like juga.
Posted on: Mon, 04 Nov 2013 14:58:10 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015