Migas, 20-08-2013 Kisah Naiknya Rudi Rubiandini: “The Accident - TopicsExpress



          

Migas, 20-08-2013 Kisah Naiknya Rudi Rubiandini: “The Accident Man” atau Simbol Konspirasi? Rudi Rubiandini, mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang ditangkap (13/8) lalu karena terkena OTT (Operasi Tangkap Tangan) KPK, hingga kini masih menjadi buah bibir. Guru Besar Teknik Perminyakan Intitut Teknologi Bandung yang lahir 9 Februari 1962 tersebut menyisakan cerita “keterkejutan” tersendiri. Terkait atas naik dan jatuhnya dia di “kursi panas” nan “licin” dunia migas Indonesia. Dalam catatan indoPetroNews, tampilnya Rudi di panggung migas, selalu dalam kondisi atau suasana kritis atas sebuah peristiwa atau dinamika politik. Di saat para pihak "dipaksa" tidak memiliki pilihan lain dan memerlukan satu figur yang dianggap “clear”, orang kampus, dan jauh dari vested interest. Sementara terkait keahlian, sesungguhnya hanya menjadi “cover” atas figur yang dipilih. Mengingat, terkait industri migas, secara praktis, tentu saja masih banyak ahli bisa disebut untuk mereka yang kesehariannya memang bergelut dengan industri yang sangat high-risk, high-tech, dan high-capital itu. Baik dari kalangan internal maupun eksternal. Boleh dibilang, tampilnya Rudi di panggung migas yang akhirnya menghebohkan itu, mengiringi juga cerita heboh di belakangnya. Sehingga, kemunculan Rudi pun agaknya layak dicermati, apakah sebagai “The Accident Man" atau simbol konspirasi. Atau dalam bahasa yang halus bisa juga disebut "kompromi". Setidaknya, ada beberapa peristiwa naik hingga turun tahtanya Rudi di birokrasi dunia migas yang dicatat indoPetroNews: 1. Peristiwa Lapindo: Ketika terjadi semburan lumpur Lapindo, 26 Mei 2006, Rudi Rubiandini termasuk ahli yang bersuara keras dan lantang mengatakan penyebab luapan lumpur karena faktor kegiatan operasional pengeboran Lapindo yang tidak menggunakan casing. Jadi bukan karena faktor bencana alam. Saat itu pun Rudi dipercaya untuk menjadi Ketua Tim Investigasi Independen Lumpur Lapindo. Walapun kemudian namanya sempat dicoret dari Timnas penanggulangan lumpur yang dibentuk pemerintah. Rudi termasuk 1 dari dua orang yang menjadi peserta pertemuan sekitar 2000-an geologist di Captown Afrika Selatan, yang ketika voting mayoritas suara menyatakan lumpur Lapindo akibat kegiatan operasi/pemboran. Saat itu namanya mulai banyak dikenal di pentas nasional. 2. Desakan Komisi VII DPR RI: Pada saat dilakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara BP Migas dengan DPR, beberapa anggota DPR Komisi VII DPR sempat mencecar sejumlah pertanyaan ke Kepala BP Migas, yang saat itu dipimpin R Priyono. Staf pimpinan atau sekteratis kala itu dinilai kurang dapat mendukung laporan yang dibuat Kepala BP Migas di hadapan DPR. Sehingga R Priyono mengangkat Rudi Rubiandini menjadi Corporate Secretary (CS). Diangkatnya Rudi yang merupakan simbol “orang kampus” adalah bentuk kompromi R Priyono dengan pihak DPR, dan juga kalangan internal BP Migas sendiri. Mengingat posisi CS ini dianggap sangat strategis. Di samping melakukan tugas-tugas administratif, mengkoordinasi para deputi, dan lobbying ke beberapa pihak, Rudi juga diberikan kesempatan untuk dapat berbicara kepada media, walaupun dengan wewenang yang masih terbatas. Karena dalam sebuah kesempatan, kepada indoPetroNews dia pernah mengaku “ditegur” Pak Priyono lantaran pernyataannya yang “liar” untuk konsumsi media terkait mundurnya Deputi Operasi Budi Indiyanto lantaran berseteru dengan R Priyono ketika itu. 3. Perseteruan Menteri ESDM dengan R Priyono: Saat menteri ESDM dijabat Darwin Zahedy Shaleh, pejabat asal Demokrat ini sempat mengganti beberapa deputi di BP Migas. Dua nama deputi, yakni keuangan dan operasional sempat ditentang R Priyono. Karena Priyono merasa beberapa nama usulannya tidak ditanggapi Darwin. Polemik di wilayah publik pun terjadi. Lalu sebagai jalan tengahnya, atau bisa disebut sebagai jalur kompromi, terkait Deputi Operasi, ditunjuklah Rudi Rubiandini untuk mengisi pos tersebut. Sehingga dengan bangganya, R Priyono mengatakan ketika itu, 2 pejabatnya diisi oleh dua orang profesor, yakni Profesor Syachroza dan Prof Rudi Rubiandini. 4. Meninggalnya Prof. Widjayono Partowidagdo: Sebuah peristiwa mengejutkan juga terjadi saat Rudi Rubiandini terpaksa menjadi Wakil Menteri ESDM, menggantikan Prof. Widjajono, yang tiba-tiba meninggal dunia lantaran sakit saat mendaki gunung. Saat itu, Jero Wacik katanya tidak mempunyai pilihan lain karena tengah menghadapi berbagai pihak atas rencana kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi. Rudi Rubiandini lah orang yang berani pasang badan untuk menghadapi berbagai pihak untuk menjelaskan logika kenaikan BBM bersubsidi kepada sejumlah pakar, termasuk kepada sejumlah media. 5. Pembubaran BP Migas: Lagi-lagi peristiwa yang menghebohkan terjadi. Lewat Judicial Review yang diajukan sejumlah kalangan, tiba-tiba BP Migas dibubarkan. Saat itu, Mahkamah Konstitusi menyerahkan mandat penanganan indsutri minyak, diantaranya kepada Kementerian ESDM. Lagi-lagi, Jero Wacik tidak memiliki pilihan lain, mengingat Rudi lah orang yang dianggap dekat dengan dia dan dapat memimpin nahkoda BP Migas, yang ketika itu bernama SKSP Migas, SK Migas, dan akhirnya SKK Migas. 6. Penangkapan oleh KPK: Episode ini, agaknya menjadi ujung dari “petualangan” Rudi yang naik melesat bak meteor dan akhirnya harus jatuh terperosok ke jurang yang dalam. Lewat OTT (Operasi Tangkap Tangan) yang dilakukan Tim Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), 13 Agustus 2013 lalu, Rudi ditangkap dan akhirnya ditetapkan sebagai tersangka keesokan harinya. Saat ini Rudi tengah disidik KPK untuk kasus dugaan korupsi dengan ancaman 20 tahun penjara. Ditangkapnya Rudi memang menimbulkan tanda tanya besar. Kalau memang kasus penyuapan yang dituduhkan kepadanya terkait penjualan minyak bagian negara, bukankah "hajat" ini sudah menjadi agenda rutin tiap 6 bulan sekali dan berlangsung sejak 2003? Mengapa semua petinggi SKK Migas (dulu BP Migas), termasuk para kepala-nya bebas dari jeratan hukum dan baru kali ini berhasil ditangkap? Dugaan bahwa Rudi dianggap "tidak bagi-bagi" atau "makan sendiri" memang mengemuka. Tapi semua itu harus dibuktikan dengan fakta hukum yang jelas. Ataukah seorang Rudi hanya menjadi korban konspirasi? Kita tunggu saja. Oleh: Kusairi, Pemimpin Redaksi Indopetro.News
Posted on: Fri, 23 Aug 2013 10:02:33 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015